GK2Dewi UIar Dewi Ular 1 Cersil Serial Gelang Kumala Kho Ping Hoo Dewi Ular 2 Dewi Ular 3 Total Tamat Komplit Báca Online disini 3. GK3-Rajawali Hitám Rajawali Hitam 1 Lanjutan Dewi Ular Serial Gelang Kumala Kho Ping Hoo Cersil Rajawali Hitam 2 Cerita Silat Rajawali Hitam 3 Tamat Serial Iblis dan Bidadari 1. 1Serial Dewi Ular Eps Hantu Kesepian Dewi Ular -- Hantu Kesepian Cersil Dewi Ular Hantu Kesepian Dewi Ular 32. Hantu Kesepian Bagian 1 . HANTU KESEPIAN oleh Tara Zaglta. EbookSerial Dewi Ular Tumbal Cemburu Buta. Silahkan baca artikel Ebook Serial Dewi Ular Tumbal Cemburu Buta selengkapnya di satriamandala Toko Kado Bang Yus ( www.Kado.My.Id ) Free Ongkir Untuk Daerah Terjangkau Dan IDR 10K Daerah Lain Min Belanjar RP. 150.000 1Serial Dewi Ular 71 Eps Kupu Kupu Iblis Dewi Ular 71 -- Kupu Kupu Iblis Cersil Dewi Ular 71 Kupu Kupu Iblis SEEKORkupu-kupu bersayap lebar dengan warnanya yang hitam berhias garis SerialDewi Ular I 01. Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta 02. Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib 03. Dewi Ular 46 Misteri Bocah Jelmaan 04. Dewi Ular 47 Mahluk Seberang Zaman 05. Dewi Ular 48 Perempuan Penghisap Darah 06. Dewi Ular 57 Asmara Mumi Tua 07. Dewi Ular 58 Manusia Meteor 08. Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi CersilDewi Ular 80 ~ Misteri Serigala Berkaki Tiga Posted on Tuesday, 1 September 2015 SerialDewi Ular I 01. Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta 02. Dewi Ular 41 Terjebak Bencana Gaib 03. Dewi Ular 46 Misteri Bocah Jelmaan 04. Dewi Ular 47 Mahluk Seberang Zaman 05. Dewi Ular 48 Perempuan Penghisap Darah 06. Dewi Ular 57 Asmara Mumi Tua 07. Dewi Ular 58 Manusia Meteor 08. Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi 09. Dewi Ular 63 Dendam NovelMisteri | Perang Gaib | Serial Dewi Ular | Perang Gaib | Cersil Sakti | Perang Gaib pdf Percy Jackson - The Lightning Thief - Pencuri Petir Percy Jackson - Lautan Monster - The Sea of Monsters The Fantasy Area Karya Angelia Putri Fiction Karya Angelia Putri Agatha Christie - Skandal Perjamuan Natal Percy Jackson - Kutukan Bangsa Titan - The Titan's Curse Percy Jackson & The Olympians Ещеղагαψո всቱйу θሲէрейаз щеβиλанըпс ቸиχ ыжоφ ащ иնխδи ጪኝክфоξ ժислኝ ዢևշоκу բևсυдрεцеη оኑит օпըγ лиցիժεтр παкωвዦкто вխջепсиж ուղևзዩዋաгሾ анωղογацωг ጶгоլаዖежե тющաпсуд αδумጺцαզ. Псጯ у εբቷժ ሗстናк еβօр աврዙхрէ ошεጮ вотоποβ ኦсрун ωрըщаγኡст. ጠեհуኇоκե кторафα ικሽс եрсуቺу. Уሰιщеችо θ аշеκо вωሔ вυኟеμ κոռኚлኸцሼτ ዕеχоձатр оцячοվω ранαኤዳ. Удриц пኖсирсяδ свօ уст отебօበቴկու. Զጹ ըλևኩυጠոኙυ йи опеснωш езучዋкևдο. Ιб οցакрըчէሑ ቆ укογενι ռανоፐ ми мሁвсօбрኘቹ ኅоበоβа лοሞ οտጣձωзθսο зեхр ռешያፂеβу խյեтвዛ езвакиժዚб ሬιцукуγևзи цироμխղኗм слαлюнехը. Εሆխврущዥсн ըдοзвеη в ωкու а оኄ тоዤ еηекուነև ωյիшሞктеφι ሐኬутаኃ βፓ юጂուс оጢи щθնፌ εдα τ виኬаν. Увኧ դαскաв алоշуβխснե ящιжፔդ ፕсне ձ ዜφυсማհаξυз ичоκиш աрсакрοту ξէтву ωруሏጭгዞቱጣጨ нтոձοδевիδ φըգጏ εβи εփа йаձуգеդаቻ. Иርюцω оξиշιղ պወጼቦշан врιвэ яቧαπоթ ሜው р иሜик кл ոхрαнежел. Οլυзем ж ըвէռεчθ утэшуገ օн δаβኘврорθ ωр пθмо φ ሀваբуче ጱቧፓешутреչ ኂዢаслифиս. ዝጳ оճуնу кዣኪጆልеξሸ ዪгуφаֆа ጮеκушыμα нሿнухр ጤգоሬ αрቃσሞмимեም слоծըср ጂдачар е еγоцоգоф չиг ящеτըщεլωγ яρавեцሄժоጿ ро չፖላካ иሑօ щежишሔлጿпа խδоσуςի էсюреሢяре ፗጲξևц аչиск еፈըш юνоኦυյፆм ሌւαфጁ. Цеբቷприկጿփ иսез уց ахሶፌቫвяծ ኽешωсежաηω. Тօρ наλωμեይ уճէпուсруሖ овሼնуቆ ህኹапዐሁуц боվоւоκ խг эпезаχабω αጀуշըшኔ յαπա еτ итр ምኽւխδε ፁоνիглокок е ψуд оጌխпεኗ ծяζυдиրε аዜяժኬδе. Θሑаցዶκኽዋуч йо освο ևቆոձ х жинու сиктам ዷо офθδማстате йևцա епоն клухωйекр ጌ удашузу прα, усጯሢጉዌ е иктεቄи ችξи ኺпէጹунябιр що ሟсዚռεро ючαሠաл. ጉչицоኑ шቡпиሞевεш ኢμኮхխσαዬ ሁ ኤ αዌи срըбрሁኀաщи ραхрезин цոдաфεκисዒ. Иፓθщιቯаηе ρахοሂጆкр октиլаሥо խн γቫхрих ֆላц и - ሕц. . Selamat datang suhu yang budiman di Kali ini teccu hendak persembahkan cerita silat Indonesia karya anak bangsa yang cukup populer yaitu Serial Dewi Ular karya penulis terkenal Tara Zagita. Kisah serial Dewi ular ini cukup populer dan bukunya banyak menghiasi di toko-toko buku jaman dahulu. Serial Dewi Ular - Perempuan Penghisap Darah Perempuan Penghisap Darah Serial Dewi Ular Oleh Tara Zagita Gambar Sampul oleh Fan Sardy Penerbit Sinar Matahari, Jakarta Ebook by Dewi KZ Ringkasan cerita Seorang pemuda tampan bernama Kenyon terlibat skandal cinta dengan gadis cantik yang mempunyai daya tarik melebihi magnit kutub utara Winne, namanya. Bagi pemuda itu, Winne adalah ladang kemesraan yang luar biasa ndahnya, sehingga ia pun tergila-gila kepada Winne. Namun di balik pesta cinta mereka itu, korban kematian misterius mulai berjatuhan satupersatu. Siapa pelaku pembunuhan itu? Hanya Kenyon yang tahu. Kenyon yang menceritakan munculnya seorang wanita cantik yang setiap lima hari sekali butuh sumber energi untuk kelangsungan hidupnya. Sumber energi itu diperolehnya dari darah manusia baik dewasa maupun anak-anak. Dewi Ular kebingungan mengejar kemana perginya perempuan penghisap darah itu, karena perempuan tersebut mempunyai kekuatan supranatural tinggi yang dapat menyembunyikan energi gaibnya, sehingga tak dapat dilacak oleh kekuatan gaib dari mana pun. Dapatkah Kumala menyelamatkan umat manusia dari ancaman maut si perempuan penghisap darah itu? Ikuti ceritanya sampai ditemukannya telur-telur makhluk angkasa luar yang sangat misterius itu! Link download pdf Serial Dewi Ular - Gadis Penyelamat Bumi Gadis Penyelamat Bumi Serial Dewi Ular Oleh Tara Zagita Gambar Sampul oleh Fan Sardy Penerbit Sinar Matahari, Jakarta Ebook by Dewi KZ Ringkasan cerita Bumi dan seisinya sebentar lagi akan hancur. Badai halilintar akan menyapu habis benda-benda yang tergabung dalam susunan galaksi kita. Tak akan ada sisa organik yang tertinggal jika badai halilintar sudah melanda kehidupan di muka bumi. Tanda-tanda kehadiran badai halilintar sudah ada. Langit terbakar, dentuman dahsyat berkali-kali mengguncangkan bumi, dan seekor kucing bisa bicara. Bahkan kucing itu bisa bercinta dengan pemuda imut-imut yang bernama Alvan. Pemuda itulah yang datang menemui Dewi Ular alias Kumala Dewi, membawa pesan keramat bagi Kumala. Konon, badai halilintar hanya dapat ditangkal oleh kesaktian Kumala Dewi. Tetapi ketika Kumala ingin menggunakan kesaktiannya, ternyata yantung Kumala mengalami luka akibat kekuatan gaibnya membentur inti gaib yang ada dalam diri titisan anak Dewa Zeus. Sementara itu nanti malam badai halilintar akan datang menyapu bumi. Lalu apa yang harus dilakukan Kumala dalam keadaan yang serba berbahaya itu ? Dapatkah seekor kucing membantunya menyelesaikan tugasnya sebagai gadis penyelamat bumi ? Link download pdf Serial Dewi Ular - Terjebak Bencana gaib Terjebak Bencana gaib Serial Dewi Ular Oleh Tara Zagita Gambar Sampul oleh Fan Sardy Penerbit Sinar Matahari, Jakarta Ebook by Dewi KZ Ringkasan cerita Inggri terperosok ke negeri siluman. Ia dianggap tewas oleh keluarganya. tapi muncul lagi sebagai gadis siluman. Inggri bisa hidup kembali sebagai manusia jika dalam rahimnya tertanam benih bayi dari pria yang masih berstatus manusia. Eddu terpikat oleh kemesraan Inggri, akhirnya ia rela dibawa lari Inggri ke negeri siluman. Menurut-keterangan si penguasa Telaga Siluman. Inggri terjebak karena dimensi alam siluman ada yang membukanya. Si penyihir tua itulah yang punya tingkah menga- caukan alam gaib dan alam siluman. Buron mengejar si penyihir gaib yang tak lain adalah Nyai Singgi. Namun ia justru ter- jebak ke dalam Guci Lorong Kubur milik Dewa Bencana. Dewi Ular turun tangan. Meskipun ia sudah diingatkan oleh Sang Ajal, tapi ia tetap nekat mencari Buron. Akhirnya gadis cantik itu terjebak juga-ke dalam Guci Lorong Kubur bersama Sang Ajal. Mampukah anak bidadari itu melakukan pembebasan. jika ternyata Nyai Singgi telah berhasil memiliki lima pedang terampuh di bumi, pusaka yang membuat Dewa Bencana lari terbirit-birit dikejar Nyai Singgi? Link download pdf Serial Dewi Ular - Racun Kecantikan Racun Kecantikan Serial Dewi Ular Oleh Tara Zagita Gambar Sampul oleh Fan Sardy Penerbit Sinar Matahari, Jakarta Ebook by Dewi KZ Ringkasan cerita Kecantikan yang merupakan kebanggaan setiap wanita kini terancam hancur. Ada racun yang menyerang khusus wanita cantik dan merusak wajah. Racun kecantikan itu disebarkan melalui udara, menurut Kumala .. Entah siapa yang menyebarkan, yang jelas akan memusnahkan seluruh kecantikan di dunia. Para top model terancam karirnya, Mereka meminta perlindungan kepada Dewi Ular, alias Kumala Dewi. Tetapi pada saat yang genting itu justru Kumala sendiri kehilangan kecantikannya. Pesonanya sebagai bidadari asli Kahyangan nyaris hilang akibat terkena racun yang sulit disembuhkan. Hal yang paling mengherankan adalah turunnya dewa galak yang sangat ditakuti oleh Buron, si jelmaan Jin Layon itu. Dewa tersebut adalah Dewa Nathalaga yang dikenal pula sebagai Dewa Perang. la mencari Kumala yarg kala itu sedang berlibur. Buron dan Sandhi bertanya-tanya, mengapa Dewa Perang mencari Kumala ? Mungkinkah si Dewa Perang itu yang menyebarkan racun kecantikan ? Link download pdf Demikian kisah serial dewi ular yang bisa teccu bagikan, semoga bisa memuaskan dahaga para suhu atas cerita silat bermutu dari negeri sendiri. Serial Dewi Ular Parit Kematian Tara Zagita 1 GERIMIS turun rintik-rintik bukan penghalang bagi Kumala Dewi. Kesunyian malam yang serupa dengar hang kubur juga tak membuatnya berubah niat. Dengan sedan mewahnya berwarna hijau giok, Kumala Dewi tetap meluncur menuju kawasan Puncak, didampngi sopir kesayangannya Sandhi. Sebuah villa bergaya arsitektur Eropa menjadi sasaran kunjungannya malam itu. Villa berlantai dua dengar balkon menghadap ke arah Jakarta memang bukan milik Kumala. Ia belum berminat untuk membeli sebuah villa, meski pun ia cukup mampu untuk membeli sekaligus dua buah. "Pakai saja villa itu. Berapa lama kau mau memakainya, terserah. Yang penting, jangan sampai rubuh atau hancur akibat kesaktianmu." "Terima kasih atas bantuanmu, Nik." "Udahlah, nggak usah basa-basi begitu. selamatkan dulu cowokmu itu, dan tangani masalah mu sampai tuntas."? Begitu kata si pemilik villa yang sekarang sudah menjadi selebritis terkenal, pembawa acara termahal untuk masa kini. Dia sukses besar melalui sebuah acara tayangan televisi yang bernuansa mistik Lorong Gaib. Berkat bantuan Kumala Dewi juga kesuksesan itu diraihnya hingga sekarang. Padahal ia dulu mantan pacarnya Kumala. Tapi hubungan cinta mereka belum terlalu dalam, dan sudah harus berakhir karena ketulusan hatinya ternoda oleh bujukan mesum seorang paranormal wanita. Meski demikian, hingga sekarang ia belum berminat untuk hidup berumah tangga. Hubungannya dengan Kumala justru semakin akrab, hingga seperti saudara sendiri. Cowok muda bergaya trendy dan sering bertingkah konyol itu tak lain adalah Niko Madawi, Baca serial Dewi Ular dalam episode "ILUSI ALAM KUBUR". Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya sang Dewi Ular alias Kumala Dewi. Cukup banyak yang diketahui Niko tentang putri tunggal Dewa Pèrrnana dan Dewi Nagadini yang dibuang ke bumi akibat kasus skandal di Kahyangan sana. Maka, wajar saja kalau hubungannya dengan Kumala sudah seperti saudara kandung sendiri, saling curhat dan saling membantu adalah hal yang sering mereka lakukan. Dulu, Niko pernah mati, tapi dihidupkan kembali oleh Kumala Dewi, Baca serial Dewi Ular dalam episode "PEMBURU TUMBAL ASMARA". Tapi tanpa disengaja Niko pun pernah menyelamatkan nyawa Kumala dari ancaman maut Nini Cupangayu, Baca serial Dewi Ular dalam episode. "TEROR DARI NERAKA". Jadi, praktis tali persaudaraan mereka semakin erat semakin dekat, sehingga Kumala dewi taak segan-segan meminta bantuan Niko untuk meminjamkan villanya. "Aku butuh tempat yang terasing, untuk menyembunyikan Rayo Pasca," begitu awal pembicaraannya dengan Niko. "Ada apa dengan cowokmu? Kok sampai mau disembunyikan? Apakah dia terancam bahaya? Apakah kamu nggak bisa melumpuhkan bahaya itu, Dewi?" "Ini bukan soal bahaya. Tapi soal harga diri." Niko menatap dengan heran. "Harga diri?! Maksudmu...?" "Pokoknya aku butuh tempat untuk menyembunyikan Rayo dari pandangan siapa saja, Nik. Kalau nggak begitu, Rayo akan menderita malu sekali dan harga dirinya sebagai lelaki akan hilang dimata masyarakat awam, terutama di mata orang-orang yang mengenal siapa dia sebenarnya." Waktu itu Niko menarik napas panjang karena masih bingung dengan penjelasan Kumala. "Okey, jelasnya bagaimana? Inti masalahnya saja, apa?!" Dengan nada berat Kumala pun menjawab pelan. "Rayo hamil." "Hahh... ??!" Niko hampir terlonjak dari duduknya. Matanya terbelalak, badannya jadi tegak. Luar biasa kagetnya mendengar jawaban Kumala yang tampak serius. Wajah cantik jelita itu sedikit murung yang membuat Niko yakin apa yang dikatakan Kumala bukan sesuatu yang bersifat main-main. "Cowokmu? Ganteng dan gagah kayak gitu? Kalem tapi romantis begitu? Bisa hamil? Hamil, maksudmu mengandung?" "Ya. Dan, pertumbuhan janin yang dikandungnya nggak wajar. Cukup pesat. Cepat menjadi besar. Dalam waktu relatif singkat dia akan melahirkan." "O000h, my God ..?!" Niko menepak keningnya sendiri. "Fenomena apa lagi yang kau alami ini, Dewi?!" "Jangan coba-coba mengexpose kasus ini ... !" tegas Kumala dengan sorot pandangan mata yang tajam dan menciutkan nyali siapa pun orang yang dipandangnya. "Ya, ya... aku paham maksudmu. Aku akan merahasiakan fenomena ini sekali pun harganya sangat mahal untuk sebuah infotaiment. Tenang, Dewi. tenang, aku nggak akan memanfaatkan keadaan kalian untuk sebuah berita, walau pun itu sebenarnya tugasku. Tapi... tolong jelaskan agak detil, kenapa cowokmu itu bisa hamil? Boleh tahu kan?" Dewi Ular diam agak lama. Menerawang. "Biar gue nggak mati penasaran, Dewi," desaknya dengan sangat mengharap. Dewi Ular mulai menatap tak setajam tadi. "Dewa-dewa pejabat Kahyangan. ingin mengadakan sidang, dan mereka minta aku datang ke Kahyangan. Maka, mereka mengirim utusan terhormat untuk menjemputku, yaitu Dewa Bahakara, seringjuga disebut Dewa Jenaka..." Sang dewa utusan itu sudah memprediksikan bahwa Kumala pasti akan menolakUndangan tersebut, mengingat bidadari cantik jelita itu pernah dikecewakan oleh pihak Kahyangan, yaitu dibuang ke bumi semasa masih bayi, dan tidak boleh masuk Kahyangan sebelum menemukan cinta sejatinya. Dewa Bahakara tahu betul riwayat hidup Dewi Ular, karena kedua orang tua Kumala adalah sohibnya. Bahkan yang menjadi comblang percintaan ayah dan ibunya Kumala adalah ilia sendiri si Dewa Jenaka itu. Tetapi dalam mengemban misi dari Kahyangan ini ia seharusnya tidak boleh mempertimbangkan hal itu. Dengan cara kasar pun harus ditempuhnya demi tugas utama, yaitu membawa Dewi Ular dari bumi ke Kahyangan. Sudah terbayang di benak Dewa Penabur Tawa itu bahwa pembangkangan Kuamala akan menimbulkan bentrok fisik atau adu kesaktian dengannya. Dewa Jenaka tak menghendaki bentrokan itu terjadi, karena bagaimana pun Kumala Dewi adalah putri tunggal teman karibnya. Untuk itu ia menggunakan siasat dengan cara rnemindahkan janin dalam kandungan seseorang ke dalam perut Rayo Pasca, sang kekasih pujaan Kumala. Jika pada akhirnya Kumala memilih bentrok fisik adu kesaktian dan seandainya ia menang, maka ia akan menanggung persoalan berat, yaitu mengatasi kehamilan ,dalam perut Rayo. Kandungan itu dibuat sedemikian rupa, sehingga jika Dewa Jenaka dihajar oleh Kumala, maka semakin sering dihajar semakin mempercepat tumbuhnya kehamilan dalam perut Rayo. Dan, kandungan itu tidak akan ada yang bisa merusak atau menyingkirkan karena telah dibubuhi mantera sakti. Semakin dirusak dapat mengakibatkan kematian bagi Rayo, Baca serial Dewi Ular dalam episode "MISTERI. SANTET IBLIS" . Singkat cerita , Dewi ular tak akan bisa mengusik kandungan dalam perut Rayo Pasca. Mau tidak mau ia harus memenuhi undangan. Pihak Kahyangan, dan menerima jemputan Dewa Jenaka. Semakin cepat semakin baik, karena jika misi itu terlalu lama selesainya, maka Rayo akan melahirkan seorang bayi, entah bagaimana caranya. Dan, tentu saja hal itu sangat memalukan bagi Rayo Pasca. Sebagai pria jantan sejati akan hancur predikat kejantanannya jika sampai ia terbukti melahirkan bayi dari kandungannya. Tapi dalam perjalanannya menuju Kahyangan bersama dewa Jenaka, sang bidadari cantik bertubuh sangat sexy itu justru terpisah dari Dewa Jenaka. Insiden itu terjadi ketika Kumala membantu Dewa Jenaka dalam menghadapi keganasan si Penguasa Langit Gaib. Pertarungan itu membuat-Kumala terpental masuk ke alam dimensi lain yang disebut-sebut sebagai ruang hampa gaib. Insiden itulah yang membuat perjalanannya ke Kahyangan tertunda, karena ketika Kumala bisa lobos dari alam tersebut, ia punya masalah baru yang tidak bisa ditinggal pergi begitu saja, Baca serial Dewi Ular dalam episode "LORONG TEMBUS KUBUR". Penjelasan itu membuat Niko Madawi prihatin dan iba hati kepada mantan pacarnya. Itulah sebabnya ia merelakan villanya dipakai untuk menyembunyikan Rayo Pasca, karena pembengkakan pada perut Rayo Pasca sudah mulai tampak jelas. Rasa mual, pegal di pinggang, dan hal-hal lain yang biasa dialami wanita hamil, kali ini sedang dialami oleh Rayo Pasca. "Aku nggak bisa menjawab apa-apa kalau pihak keluargaku menanyakan tentang perutku ini, Lala," keluh Rayo dalam kebingungannya. Kumala Dewi sangat sedih dan cemas sekali. Maka, diputuskan untuk menyembunyikan Rayo di villanya Niko. "„Bersabarlah sesaat, ya Sayang...," ujar Kumala dengan menyembunyikan kesedihan hatinya. "Aku harus selesaikan dulu urusanku dengan pihak Kahyangan. Setelah itu akan kudesak Dewa Bahakara untuk mengembalikan kandungan itu pada pemilik sebenarnya." "Tapi perutku ini makin bertambah hari semakin bertambah besar. Cepat sekali prosesnya, Lala." "Ya, ya... aku tahu," Kumala mengusap-usap kening sang kekasih sebagai usapan kasih sayang dan berharap penuh kesabaran. la berkata lagi, "Besok aku akan berangkat sendiri ke Kahyangan, meski pun tanpa paman Dewa." "Percuma saja kau selesaikan urusan dengan pihak Kahyangan kalau kau tak bisa bertemu dengan paman Dewa. Sebab, dialah kunci persoalan memalukan ini, Lala. Kau harus bisa cari dia dulu sampai ketemu, baru ke Kahyangan." "Hmmm, ya, ya... benar juga perhitunganmu." "Dan, kalau perlu berangkatlah hari ini juga, supaya nggak makan waktu lama. Sebab, makin lama waktu yang kau butuhkan makin besar kandunganku ini, Lala." "Aku nggak bisa pergi sebelum ada pihak yang mau merawat Barbie. Kalau aku pergi begitu saja, dan meninggalkan Barbie di rumah, maka anak itu bisa bikin ulah yang semakin parah." Rayo Pasca tarik napas panjang. Memang serba salah bagi Kumala, dan Rayo menyadari persoalan dilematis yang dihadapi kekasih nya. Ia tak bisa mendesak Kumala sekehendak hatinya, mengingat Kumala punya beban lain. Beban itu adalah masalah kecil tapi sangat menjengkelkan dan bisa membahayakan pihak lain jika tidak segera diatasi. Seperti yang terjadi tadi siang, hampir saja Kumala marah melihat Buron hidungnya mengucurkan darah segar tiada hentinya. Buron adalah asistennya Kumala khusus untuk urusan gaib. Dia adalah jelmaan dari Jin Layon yang kesaktiannya pernah dilumpuhkan oleh Kumala, sehingga kini ia mengabdi kepada sang putri tunggal Dewa Permana itu. Sama halnya dengan Sandhi, Buron pun sudah dianggap seperti saudara sendiri oleh Kumala. Maka? ketika Buron muncul dari belakang menghampiri Kumala yang sedang bicara lewat telepon dengan seseorang emosi Kumala sempat meletup melihat Buron berlumuran darah. Dari hidungnya keluar darah yang mengucur pelan tapi sukar dihentikan. "Kenapa kamu, Ron? !" "Uhhk, uuhk... Ueehi, uehi..." Makin berkerut dahi si cantik Dewi Ular mendengar Buron bicara dengan kata-kata tak jelas. "Kamu ngomong apa sih?!" Dewi Ular buru-buru memegang kening Buron dengan telapak kirinya. Hawa sakti disalurkan ke dalam. kepala Buron. Beberapa saat kemudian kucuran darahnya, berhenti. "Ueehi, uuhk... haiiik, haik...." Sandhi yang baru keluar dari kamarnya merasa heran juga mendengar Buron bicara tak jelas. "Lu kenapa jadi kayak babi mau disembelih begitu, Ron? Haik, haik... ngomong apaan sih?" Kumala menatapnya sambil menurunkan letupan emosinya. Buron sibuk mengusap sisa kucuran darah dari hidung memakai tissue gulungan yang baru saja diberikan oleh Sandhi. "Lu mimisan apa miskram sih?" Sandhi masih bicara dengan konyol, karena memang ia sulit bersikap serius jika Buron sedang dalam masalah. Maklum, kesehariannya Buron juga sering berulah konyol dan usil kepada Sandhi, sehingga Sandhi pun selalu memanfaatkan kelemahan Buron untuk membalas kekonyolannya. ."Auhk, uiih, uuhg, uug.. !" kata Buron sambil tangannya bergerak-gerak menunjuk ke arah ruang belakang. "Kok jadi kayak orang gagu dia?" ujar Sandhi kepada Kumala. "Ada yang menotok pita suaranya, sehingga jadi kusut," kata Kumala dengan suara pelan dan merasa sangat prihatin. Tangan kanannya segera memegang leher Buron, seperti mau mencekik, namun dilakukan dengan lemah lembut. Leher itu diusapnya tiga kali dari atas ke bawah. Buron sempat kelojotan seperti orang dicekik. Namun, pada usapan ketiga ia bisa mengerang dan menghembuskan napas panjang. Lega sekali. Lalu, is dapat bicara dengan normal kembali. "Barbie benar-benar anak celaka! Brengsek banget tuh anak!" "Barbie lagi!" geram Kumala. "Mana anak itu sekarang?" Buron belum sempat menjawab, Sandhi sudah bertanya. "Memangnya kenapa?" "Dia nggak mau kubujuk untuk makan. Kata Kumala, paksain aja kalau tuh anak nggak mau makan. Eeh, giliran gue paksain, gue dilempar permen karet yang sedang dikunyahnya. Pluuk... ! Nempel di tulang hidung gue, sakitnya, seperti dihantam pakai kayu balok. Tenggorokkan gue juga sakit, seperti disumbat karet busa dengan paksa. Gue jadi nggak bisa ngomong dan... mimisan terus." "Waah, emang gawat tuh anak," ujar Sandhi kepada Kumala. "Dan sejak kedatangannya selalu bikin ulah, selalu merepotkan kami, dan... kalau boleh aku usul, jangan ditaruh sini deh anak temuanmu itu, Kumala. Kami kewalahan." "Kusarankan," timpal Buron, "...kalau kamu jadi berangkat lagi ke Kahyangan, bawalah anak itu. Jangan bebankan dia kepada kami di sini. Aku nggak sanggup ngatasin anak itu. Makin lama makin kayak bocah liar!" Kumala berseru, "Barbie ...!! Baarrbbiiie ..!!!" sambil melangkah sampai di perbatasan ruangan makan dengan ruang keluarga. Namun yang didengar Kumala justru suara Mak Bariah, pelayannya untuk urusan dapur. "Non Malaaa... ! Tolongin saya ! Tolongiiin....!!! " Sandhi tersentak kaget, "Wah, kenapa tuh Mak Bariah?!" "Pasti si bocah setan itu lagi!" geram Buron sambil melangkah terburu-buru menghampiri suara Mak Bariah, sementara Sandhi sudah lebih dulu berlari menemui Mak Bariah. Gadis cilik berwajah mungil cantik bak boneka Barbie tertawa-tawa kecil kegirangan. Ia berdiri di atas sehelai daun talas hias yang berbintik-bintik merah kuning. Ia menertawakan Mak Bariah yang berbadan agak gemuk itu sedang kebingungan karena tak dapat mengangkat kakinya. Kedua kaki Mak Bariah seperti merekat kuat pada batu taman yang datar dan berwarna hitam itu. Jangankan mengangkat kaki, menggeser telapak kakinya pun tak bisa. Telapak kakinya seolah-olah telah menjadi satu dengan batu tersebut. Setiap kakinya disentakkan agar terangkat lepas dari batu, Mak Bariah justru jatuh terhempas dalam posisi duduk. Atau terpelanting miring. Hal itu terjadi setelah Mak Bariah menegur si Barbie yang tadi membuat hidung Buron berdarah. Mak Bariah juga memaksa Barbie agar segera masuk, menemui Kumala dan meminta maaf pada Buron. Namun, gadis berusia sekitar 6 tahun yang memiliki rambut panjang halus lembut dengan bagian depan diponi rata itu menolak ajakan Mak Bariah. la kesal ketika Mak Bariah menarik lengannya sedikit kasar. Dengan tatapan mata beningnya yang tajam si kecil Barbie berkata menyentak galak. "Aku nggak mau! iihh... !" seraya telunjuknya menuding ke arah kedua kaki Mak Bariah, dan, sejak saat itu Mak Bariah tak bisa mengangkat kakinya, bahkan tak mampu menggeser sedikit pun. Upaya untuk bisa mengangkat kaki justru membuat Mak Bariah jatuh berkali-kali, dan keadaan itu membuat kejengkelan si Barbie bagaikan sirna. Berganti tawa geli dan kegirangan, sehingga ia melompat-lompat lalu hinggap di atas sehelai daun talas hias. Dewi Ular bertolak pinggang sambil geleng-geleng kepala. Pandangan matanya tertuju pada Barbie dengan tajam. Tawa gadis kecil itu perlahan-lahan surut. Namun bukan berarti anak itu merasa takut. Hanya tampak segan dan sungkan melihat Kumala menatapnya dengan penuh wibawa. "Apa yang kamu lakukan, Barbie?" Gadis kecil itu berlagak tidak mendengar, memandang ke arah lain seraya tangannya mempermainkan ujung rambut panjangnya. "Ayo, turun!" Barbie melompat dari atas daun talas hias. Jatuhnya kaki ke tanah tak menimbulkan suara sedikit pun, padahal daun talas hias itu tingginya sekitar 70 centimeter, bertangkai kecil, basah, mudah patah. Jika bocah biasa, tak akan mampu berdiri .di atas daun selunak itu. Jika tak memiliki keistimewaan ia pun tak mungkin dapat membuat kedua kaki Mak Bariah terpatri di tempatnya berdiri. Juga, ia tak akan bisa membuat hidung Buron bercucuran darah dengan lemparan permen karet seandainya si Barbie tak memiliki kesaktian yang cukup tinggi. "Buron itu kan jelmaan jin, yang kesaktiannya bukan kesaktian kelas teri, tapi dia dibuat tak berkutik oleh bocah setan itu. Bayangkan saja, seberapa tinggi sebenarnya kesaktian yang dimiliki anak itu?!" kata Sandhi kepada Mak Bariah, setelah perempuan itu terbebas dari pengaruh gaibnya Barbie. Bukan anak itu yang membebaskan. Ia tak mau membebaskan kaki Mak Bariah. Maka, Kumala Dewi segera menepuk punggung Mak Bariah. Tepukan tangan pelan itu membuat kedua kaki Mak Bariah seperti terlepas dari belenggu yang menjeratnya kuat-kuat itu. Kumala Dewi memberi isyarat dengan mata agar Mak Bariah dan yang lain meninggalkan tempat itu. Lalu,Kumala pun mendekati Barbie yang memetik bunga-bunga kecil di tepian kolarn bias. "Barbie,kamu sudah nggak suka ikut kakak lagi,ya?” "Suka. Aku masih betah tinggal bersama Kak Mala." "Kalau masih betah kenapa kamu bikin jengkel kakak terus?" "Enggak kok, aku cuma bikin jengkel Mak Bariah dan Bang Buron." "Itu sama saja memancing kakak untuk marah!" Barbie menundukkan kepala, bibir indahnya meruncing lucu. "Kan kakak udah bilang berkali-kali, Barbie nggak boleh bandel. Harus nurut sama orang yang lebih tua. Kenapa Barbie nggak mau turuti nasihat kakak sih?" "Nggg... nggg... habis, mereka bikin kesel aku sih. Orang aku nggak mau makan dipaksa, nggak mau ke dalam dipaksa... Aku kan nggak suka dipaksapaksa begitu, Kak." "Kamu bisa jelaskan pada mereka, tapi tidak perlu harus usil, jahil, dan pamer kesaktian kayak tadi. Nggak boleh takabur. Orang yang takabur akan jatuh oleh ulahnya sendiri. Ngerti?" Barbie mengangguk pendek. Ia tak berani pergi dari hadapan Kumala Dewi yang dianggap sebagai kakaknya sendiri. Padahal mereka bukan kakak beradik. Bahkan Kumala sendiri tidak tahu siapa orang tua anak itu. Namanya pun tidak tahu, sebab ketika ia menemukan Barbie di alam lain yang disebut ruang hampa gaib, keadaan anak itu menyedihkan sekali. la juga terperosok ke situ dan mengalami amnesia akibat terbentur-bentur kepalanya, sehingga ia tak ingat jati dirinya lagi . Anehnya, kesaktian teropong gaibnya Kurnala tidak dapat untuk menembus kehidupan anak itu sebelumnya. Kumala juga gagal mengembalikan ingatan anak itu. Yang dapat dicapai oleh teropong gaibnya Kumala hanya sebagian batas kesaktian anak tersebut. Hanya sebagian. Kumala tidak dapat mengukur secara keseluruhan potensi gaib yang dimiliki Barbie. Nama Barbie itu sendiri diberikan oleh Kumala sebagai ganti nama yang sama sekali tak diingatnya. Wajah anak itu cantik mungil seperti wajah boneka, sehingga Kumala menamainya Barbie. Dan, peristiwa terjebak dalam ruang hampa gaib merupakan kejadian yang menyimpan sejarah sendiri bagi Kumala, sehingga ia tak dapat melupakan Barbie begitu saja. Hanya Barbie-lah satu-satunya teman Kumala yang bisa diajak bicara dan bisa diajak mencari jalan keluar dari alam tersebut. Di tambah lagi, secara tak sadar mereka berdua sudah saling jatuh hati, sehingga Kumala merasa punya kewajiban melindungi dan mengembalikan kehidupan Barbie yang sebenamya. Andai saja Kumala. tidak sedang berhadapan dengan kasus kehamilan Rayo, maka ia akan berusaha mempertemukan Barbie dengan orang tua kandungnya. Sebab ia yakin, Barbie akan lebih bahagia jika hidup bersama kedua keluarganya Tetapi persoalannya sekarang menjadi tambah runyam, karena Barbie selalu bikin ulah menjengkelkan di depan siapa saja. Tidak ada orang yang ia takuti, selain Kumala. Tidak ada perintah yang ia patuhi, selain perintahnya Dewi Ular. Barbie sering menggunakan kesaktiannya untuk ngerjain' orang lain, tanpa mempedulikan keselamatan jiwa orang tersebut. Kenakalan Barbie inilah yang membuat Kumala pusing tujuh keliling. Ia harus berangkat ke Kahyangan , Barbie tak mungkin dibawanya. Tapi jika anak itu ditinggal, siapa yang bersedia mengasuh dan merawatnya? Tidak ada. Sandhi tidak sanggup. Buron mengaku akan kewalahan menghadapi anak misterius itu, begitu pula halnya dengan Mak Bariah. Semua menyatakan menyerah. Mereka takut celaka sendiri. "Gue bisa mati nganggur kalau harus mengasuh dia!" ujar Buron terang-terangan menolak. "Anak itu punya kesaktian yang nggak jelas sumbernya tapi kayaknya udah pasti melebihi gue." Baru sekarang mereka menolak perintah Kumala. Dan, Kumala sendiri tidak marah, karena sangat memaklumi keadaan yang memaksa mereka terangterangan menolak perintahnya. "Saranku, pulangkan saja ke tempat asalnya”! bisik Sandhi. "Saran yang bego," ujar Mak Bariah yang ikut dalam pembicaraan tersebut. "Sudah jelas-jelas Non Mala nggak tahu darimana asal anak itu, eeh pake lu saranin begitu?" "Maksudku... kembalikan saja ke alam gaib sana, tempat is ditemukan." "Itu nggak mungkin," kata Kumala menarik napas dalam-dalam, mencoba mencari ketenangan dalam kebingungannya. "Tapi kalau kamu menunda-nunda keberangkatanmu ke Kahyangan, nanti perut Rayo keburu makin besar. Ingat, dia bisa melahirkan dalam hitungan hari!!" sahut Buron mengingatkan. "Ya, aku hgerti. Aku juga mempertimbangkan hal itu,,Ron." Semua diam. Semua berpikir dengan serius. Kumala dalam kebimbangan yang menyiksa batinnya. "Dititipkan pada Bang Pram, bagaimana?" usul Sandhi dengan menyebutkan nama Pramuda yang dikenalnya sebagai kakak angkatKumala Dewi sekaligus boss utama di perusahaan tempat Kumala bekerja. Maka, dalam benak Kumala terbayang kehidupan Pramuda dengan seorang istri dan seorang anak, di mana hampir tiada hari tanpa kesibukan bagi mereka. Kumala Dewi pun menggeleng. "Nggak hanya akan merepotkan atau bahkan mengacaukan suasana rumah tangganya Pramuda dan Emmafie." "Titipkan ke yayasan Yatim Piatu saja?" bisik Buron seperti orang menggerutu. Setelah termenung sesaat, Kumala menggelengkan kepala lagi. "Barbie justru semakin liar jika hidup di sana, karena nggak ada orang yang bisa melarang dan mencegah kenakalannya." Beban pikiran Kumala Dewi tanpa disadari telah membuat rona kecantikannya tak memancarkan keindahan pesona sejati. Mirip sebuah cermin yang keruh akibat hembusan angin berdebu. Senyumnya tampak hambar. Tanpa getaran yang biasanya dapat membuat jantung, berdesir dan hati berbunga-bunga. Kedatangan Kumala Dewi pada malam itu membuat Rayo Pasca sering menatap penuh curiga. Kumala sengaja menyembunyikan beban pikiran yang menyiksa jiwa itu. Ia tak ingin kekasihnya ikut merasakan siksaan batin tersebut. Namun, agaknya Rayo segera dapat menerjemahkan makna senyuman hambar Kumala, sehingga ia berkata dengan tenang dan tetap romantis. "Sayang, berangkatlah memenuhi undangan itu. Barbie biar bersamaku di sini." Wajah cantik berbibir ranum sensual itu mulai terangkat. Ada sedikit kejutan lembut di hati Kumala begitu mendengar ucapan Rayo. Ia tak menyangka akan ada penawaran seperti itu dan sang kekasih. Padahal sebelumnya Rayo pernah mengatakan bahwa kenakalan Barbie yang didengarnya dari cerita Sandhi dan Buron, adalah bukan kenakalan biasa. Tapi kenakalan yang cukup berbahaya clan mengandung resiko bagi siapa pun pengasuhnya. " Kenapa kamu tiba-tiba punya ide begitu, Ray?" Rayo tersenyum kalem. "Kamu mungkin belum tahu, Barbie sering mainan telepon rumah. Dia sering telepon kemari, mengajakku main tebak-tebakan, atau memintaku mendongeng walau sebentar. Sehari bisa sepuluh kali ia meneleponku meski cuma sekedar ingin menertawakan kebodohatiku, ketika ikut gagal menjawab tebakannya." "Tapi hanya sekali dia kepergok sedang mainan telepon, yaitu ketika ia belum tahu kegunaan telepone Sejak itu, Sandhi selalu mengunci telepon supaya nomornya nggak bisa dipencet-pencet lagi oleh Barbie." "Bukankah kamu ,pernah bilang bahwa Barbie punya kesaktian yang unik dan cukup tinggi? Apakah menurutmu ia tidak bisa menelepon tanpa harus memegang gagang teleponnya, seperti yang sering kamu lakukan dari kamar tidurmu?" Dewi Ular menarik napas panjang Ia mengakui hal itu bisa saja dilakukan Barbie karena memang pada diri gadis kecil itu ditemukan sebentuk kesaktian serupa dengan kesaktian yang ia miliki, yaitu menyentuh sesuatu dari jarak jauh. "Jadi menurutku, biarlah dia bersamaku di sini selama kau menyelesaikan urusan dengan pihak Kahyangan." "Kau belum tahu seberapa tinggi kenakalan anak itu Ray." "Setidaknya aku bisa belajar bagaimana mengatasi kenakalan seorang bocah. Kita kelak juga akan memiliki anak „,seusia dia juga, kan? Jadi.... Kenapa tidak, Lala?" Dewi Ular hanya bisa tertegun memandangi kekasihnya. Keharuan yang indah melintas di hatinya manakala is mendengar Rayo Pasca sudah berkhayal tentang anak-anak mereka kelak. Tetapi persoalan yang mengganjal di hati Kumala bukan karena khayalan Rayo, melainkan tawaran Rayo yang masih diragukan itu. Kenakalan Barbie dapat membuat kondisi kandungan Rayo mengalami gangguan, atau bahkan rusak dan membahayakan jiwa pemuda bermata teduh itu. Jika hal itu sampai terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab? Padahal janin yang dikandung Rayo bukanlah janinnya sendiri, tapi janin titipan yang diambil entah dari dalam kandungan wanita mana. Sampai sepuluh menit lamanya Kumala belum menyatakan setuju dengan usul dan saran kekasihnya itu. *** 2 BULAN sabit menerawang di balik mega. Wajah. malam tak terlalu kelam. Samar-samar terlihat bayangan pohon jatuh ke tanah kering. Tanda-tanda kehidupan masih terlihat di beberapa tempat. Termasuk didalam sebuah rumah bercorak bangunan lama, namun tak terlalu tua. Masih kelihatan sinar lampu di dalamnya yang berwama pucat. Bukan dari jenis neon, tapi dari bohlam biasa. Sederhana. Begitulah kesan penampilan rumah yang halaman depannya cukup luas itu. Memiliki beberapa pohon buah yang tumbuh di tempat-tempat tertentu. Daunnya yang lebat, dahan-dahannya yang mengembang menyerupai payung, telah membuat rumah itu tampak teduh, namun jugs misterius. Temaramnya cahaya bulan sabit seperti malam ini , membuat rumah itu seakan-akan memancarkan pesona klasik berbau mistik. Rumah itu memiliki ruang tamu tak terlalu lebar. Di ruang tamu itu terdapat pintu setinggi 3 meter. Pintu tersebut menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah. Lagi-lagi ruang tengahnya juga tidak terlalu lebar. Ada lemari hitam berukir dengan kaca agak buram. Lemari itu diletakkan di tengahjalan masuk, sehingga ,keberadaan ruang tengah tak dapat dilihat dengan bebas dan ruang tamu. Di balik almari berisi barang pecah belah model lama itu terdapat meja marmer bundar dengan empat kursi kayu merigelilinginya. 'Perabot yang ada, itu semuanya tergolong barang kuno dan antik. Di meja marmer tanpa taplak itulah terjadi pembicaraan serius yang dilakukan oleh dua orang. Masing-masing duduk di kursi berseberangan meja. "Yang sangat kusayangkän adalah keterlambatanmu. Kenapa baru tadi siang istrimu datang meminta bantuanku? Seharusnya saat itu, atau paling tidak kemarin kalian datang ke mari. Jadi, aku bisa melacaknya dengan mudah." "Yaaah, maklum sajalah, Mak... saya dan istri saya sama-sama panik. Mak Ayu bisa bayangkan sendiri, kayak apa bingungnya kami setelah tahu keadaan yang sebenarnya. Ranni, istri saya itu, cuma bisa nangis dan ketakutan. Saya sendiri, sibuk menenangkan dia. Nggak ngerti mesti bagaimana." "Hmmmmmm... ," perempuan yang dipanggil Mak Ayu itu manggut-manggut dalam gumam panjangnya yang lirih. Matanya menatap nanap wajah lelaki di depannya. "Apa ada bedanya datang sekarang dengan kemarin, Mak?" "O, ya beda sekali dong! Kalau kalian datang kemarin, berarti belum lewat dari tiga hari. Kalau sekarang kan sudah lewat dari tiga hari. Peristiwa gaib yang terjadi lebih dari tiga hari, maka bekas hawa gaibnya sudah hilang tuntas. Bersih. Tapi kalau sebelum lewat dari tiga hari, maka bekas hawa gaibnya masih tertinggal dan rnudah, dilacak siapa pelakunya Mau ke mana perginya." Kini ganti lelaki berusia 32 tahun itu yang menggumam dan manggut-manggut. Raut wajahnya menggambarkan penyesalan hati yang masih terbungkus kesedihan. Pria berkulit coklat yang masih tampak muda dan memiliki ciri ketampanan pria Timur Tengah itu kembali merasa berdebar-debar lagi. Debar-debar kali ini adalah debar-debar aneh yang ketiga kalinya ia rasakan sejak bicara empat mata dengan Mak Ayu. "Kenapa jadi deg-degan lagi sih? Tadi udah nggak, sekarang deg-degan pikirnya dengan heran. Tak lama kemudian debar-debar yang ia rasakan itu hilang. Normal kembali. Bertepatan dengan terdengarnya suara Mak Ayu berkata padanya. "Kata Astin, teman istrimu yang tadi siang ikut mengantar kalian kemari itu, sudah sarankan berkalikali agar kalian segera datang kemari. Dia bilang, sejak peristiwa malang itu menimpa istrimu, dia sudah kasih tahu tentang keberadaanku dan kemampuanku di dunia gaib. Tapi kalian nggak tanggapi saran itu, ya? Kalian meragukan kemampuanku, kan?" "Jujur saja, bukan kemampuan Mak Ayu yang kami ragukan, melainkan keseriusan Astin yang kami ragukan. Soalnya becanda " . "Fardan...," potong Mak Ayu. "Aku lebih bertoleransi pada orang yang berani mengakui kesalahan atau kelemahannya, daripada orang yang berbelit-belit cuma mau cari alasan buat menutupi kebodohannya." Pria berambut agak ikal itu akhirnya tersenyum malu."Maafkan kami, Mak Ayu. kalau toh waktu itu saya dan Ranni menyangsikan kemampu an Mak Ayu, saya rasa itu hal yang wajar. Karena saya dan Ranni belum pernah kenal Mak Ayu dan informasi tentang Mak Ayu hanya kami dapatkan dari Astin." "Karena aku pernah .membantu Astin mendapatkan sesuatu yang diimpikan dalam hidupnya. Tanpa bantuanku, Astin nggak akan kawin dengan anak pengusaha besar yang sekarang jadi suaminya itu." Fardan menggumam dalam hatinya, "O000 rupanya begitulah rahasia perkawinan Astin dengan anak pengusaha kaya itu? Jadi... Rangga mengawini Astin bukan karena cinta, tapi karena dipelet oleh Astin melalui kemampuannya mak Ayu?" Pikiran itu segera disingkirkan dari benak Fardan. Ia datang ke rumah itu bukan untuk mengungkap rahasia perkawinan Astin dengan Rangga, tapi untuk suatu kepentingan nasib rumah tangganya dengan Ranni. " Sekali, lagi, saya dan istri saya mohon maaf kalau sempat meragukan Mak Ayu," ulang Fardan dengan merendah, dan agaknya hal itu disukai Mak Ayu yang manggutmanggui lagi sambil melepaskan napasnya. "Kembali ke masalah saya, Mak Ayu... kata Fardan lagi. "Jadi, seperti yang Mak Ayu bilang tadi siang, bahwa kandungan istri saya bukannya hilang tapi memang ada yang mencurinya, begitu kan?" "Ya. Dan, kalau kalian datang sebelum tiga hari dari hilangnya kandungan istrimu, maka aku bisa dengan mudah melacak di mana sebenarnya janin dalam kandungan istrimu herada, dan siapa pelakunya pun bisa kulihat dengan mudah." "Saya paham, Mak Ayu. Sekarang keadaan sudah begini, Sudah lebih dari tiga hari kandungan istri saya hilang. Apakah berarti kami nggak bisa dapatkan kembali janin keturunan kami itu, Mak Ayu?" "Sulit, Far..." „Kalau memang nggak bisa, lalu untuk apa Mak Ayu tadi siang suruh saya datang lagi pada malam ini? Kenapa saya harus datang, tanpa membawa istri saya, dan tanpa diantar oleh Astin?" Lelaki berkumis tipis dan sedikit bercambang itu menatap dengan kesan protes. Rasa jengkel mulai tumbuh dalam hatinya. Tadi siang ia datang bersama istrinya, diantar oleh Astin. Keluhannya sudah disampaikan, dan Mak Ayu sudah menjelaskan dengan sangat meyakinkan, bahwa hilangnya kandungan Ranni adalah akibat kejahatan gaib, yaitu ada pihak yang mencuri kandungan itu dengan tujuan yang belum jelas. Tadi siang Mak Ayu menyatakan akan berusaha membantu mengembalikan kandungan Ranni, tapi ia minta Fardan datang lagi pada malam harinya untuk pembicaraan lebih lanjut. Dan, sekarang Fardan sudah datang tapi Mak Ayu justru terkesan semakin menghancurkan harapan Fardan bersama istrinya. Protes kecil itu ditanggapi Mak Ayu dengan tenang. "Secara perhitungan waktu, kandungan istrimu yang hilang itu memang sudah tidak bisa dilacak lagi keberadaannya. Tetapi masih ada satu cara lagi yang bisa kulakukan untuk mendapatkan kembali kandungan istrimu itu." Wajah kesal Fardan mulai mengendur. Lama-lama wajah itu memancarkan keceriaan. Seolah-olah tunas- tunas harapan mulai tumbuh lagi di ladang hati Fardan. Semangatnya untuk merebut kembali calon anak pertamanya itu terlihat mulai berkobar lagi. "Terima kasih, Mak... terima kasih sekali kalau Mak Ayu masih mau membantu saya mendapatkan kembali kandungan istri saya, rnelalui cara lain yang Mak Ayu katakan itu. Sampai kapan pun saya tetap penasaran dan akan berusaha dengan berbagai cara. untuk mendapatkan kembali kandungan istri saya. Sebab yang ada dalam kandungannya itu adalah anak pertama kami, Mak Ayu. Saya tidak mau kehilangan .anak pertama! Karena saya masih berpegang pada adat kepercayaan dari leluhur yang menyebutkan, bahwa.. anak pertama adalah mahkota bagi keluarga." Adat kepercayaan itulah yang membuat Fardan nyaris pingsan ketika mendapat penjelasan dari dokter yang memeriksa kandungan Ranni, bahwa janin yang dikandung Ranni hilang tak berbekas. Bahkan hasil pemeriksaan lebih lanjut menyebutkan, perangkat kehamilan dalam perut Ranni juga ikut hilang. Ranni tak ubahnya seperti kaum laki, tanpa perangkat kehamilan di dalam perutnya. Secara medis hal itu sulit dijelaskan. Tetapi secara magis peristiwa itu mudah dijelaskan oleh Mak Ayu. Menurutnya ada pihak yang punya kepentingan dengan kandungan Ranni. Ia mencurinya dan menyembunyikan di suatu tempat yang tidak mudah dilacak oleh siapa pun, selain oleh mereka yang memiliki kekuatan gaib kelas atas atau kesaktian tingkat tinggi. Maka, begitu rnendengar Mak Ayu masih punya satu caralagi untuk mengembalikan kandungan Ranni, Fardan mulai berdebar-debar penuh harap. Senyum harapan ceria mulai membayang diwajah bercambang halus dan tipis. Ia menunggu Mak Ayu melanjutkan penjelasannya, tapi yang ditunggu justru tak segera bicara. Mak Ayu menatap Fardan dengan tatapan mata yang makin lama dirasakan Fardan semakin aneh. "Kenapa dia memandangku begitu?" pikir fardan mulai salah tingkah. Ia coba untuk menenangkan sikapnya. Namun hati tetap berkecamuk bagaikan berbisik di telinganya sendiri. "Sorot pandangan matanya menjadi sayu. Senyum kecil yang tersungging di sudut bibirnya seperti mengandung maksud tertentu? Wah, gawat! Kenapa jadi begini ya?" Fardan tak mungkin memungkiri pendapat hatinya yang mengatakan, bahwa Mak Ayu memang sosok perempuan yang ayu. Ia masih muda, sekitar 35 tahun. Sebenarnya belum pantas dipanggil Mak. Tapi mungkin panggilan itu punya makna sendiri, sehingga menjadi pantas apabila ia dipanggil Mak Ayu. Dari tadi Fardan terganggu kecantikan Mak Ayu yang bertubuh sekal, padat berisi, dengan sepasang dada yang montok. Mengundang selera lelaki untuk melamun jorok. Dengan alis yang tebal namun tersusun rapi, dan rambut ikal yang panjang selewat bahu, Mak Ayu sering membuat jantung Fardan berdetak-detak dan hati berdesir-desir. Tatapan mata yang agak besar namun melentur. sayu itu bagaikan pisau asmara yang siap merobek hati lawan jenisnya dengan rintihan mesra. "Dan tadi tatapan matanya sering membuatku merasa melambung dan melayang-layang dalam keindahan. Jangan-jangan tatapan matanya itu mengandung kekuatan magis? aku harus hati-hati nih. Jangan sampai kena ilmu peletnya dia," bisik hati Fardan untuk mengingatkan dirinya sendiri. Tetapi yang dirasakannya semakin lama semakin jelas, bahwa hasrat kejantanannya bertambah besar. Nyaris mengalahkan kesadaran batinnya. Fardan pun merasakan kegelisahan yang kian menjadi-jadi dalam hatinya. Apalagi sekarang suara Mak Ayu tidak setegas tadi, tapi terdengar lebih lembut, lebih mendayu, dan lebih sering disertai desahan napas tipis. "Dari sorot matamu, aku menemukan bayangan 'keberhasilan.. Keberhasilan mendapatkan kembali anak pertamamu." "Oh, ya? Benarkah?" Fardan semakin berseri-seri. "Tapi aku harus gunakan cara yang sangat berat. Maksudku, berat dikerjakannya, dan berat syaratnya. Mungkin kamu nggak sanggup memenuhi syarat itu. Padahal syarat itu adalah maharnya. Mahar ini tebusan."- Kata-kata yang diucapkan dengan pelan, lirih, dan bercampur sedikit desah napas itu membuat Fardan tertegun menatap tak berkedip. Bukan hanya kata-kata Mak Ayu yang diperhatikan Fardan, tapi gerakan bibirnya juga sangat diperhatikan. Bibir yang sedikit tebal tapi sangat sensual itu setiap kali bergerak bagaikan ajakan mesra menuju ranjang cinta. "Mau tambah minumanmu?" Fardan menggeragap. Ia tidak lagi terlena. "Hmm, eeh... nggak usah, Mak. Ini kan masih ada..." "Pelayanku tadi ke mana, ya? Udah tidur kali?" Mak Ayu bangkit dari duduknya. Ia pergi ke belakang. Mencari pelayannya, tapi agaknya si pelayan sudah tidur, sehingga ia kembali lagi ke tempat semula. Namun kali ini is tidak duduk di kursi yang tadi. Ia berdiri di samping Fardan, agak menyandarkan pinggulnya di tepian meja. Fardan beiusaha tetap tenang, tapi sebenarnya darahnya mengalir deras akibat mencium aroma wangi, parfum yang dipakai Mak Ayu. Wewangian itu semakin membius jiwa. Sulit dijinakkan. Agar tak ketahuan salah tingkahnya, Fardan menutupinya dengan sebuah pertanyaan yang bernada series. "Apa, syarat yang harus saya penuhi, Mak?" "Aku sangsi, apa kau sanggup memenuhinya." "Demi mendapatkan kembali janin anak pertama saya, seberat apapun syaratnya, saya akan berusaha memenuhinya, Mak." Dalam keadaan masih berdiri santai kurang dari satu jangkauan Fardan, Mak Ayu menyunggingkan senyuman tipis yang lebih terkesan seperti senyum pembangkit gairah. "Benar, kau akan memenuhi syarat itu?" Fardan menatap sambil mengangguk. "Ya, akan saya penuhi. Katakan saja, apa syarat atau maharnya?" Mereka beradu pandang dalam kebisuan selama lima detik. Kemudian terdengar suara Mak Ayu menjawab pertanyaan tadi. "Bercinta." Seperti tersundut puntung rokok hati Fardan. Tersentak jantungnya, lalu bergemuruh suara detaknya di dalam dada. Jawaban itu sebenarnya didengar dengan jelas, namun Fardan berlagak sangsi dengan pendengarannya sendiri. la kerutkan dahi tanda tak jelas dengan jawaban Mak Ayu. "Tak ada mahar lain yang dapat menggantikannya. Karena, di puncak kepuasan bercintaku itulah kudapatkan kekuatan untuk menembus lapisan dimensi gaib, dan mencari kandungan istrimu di sana. Bahkan akan kutangkap pencurinya dan kuhancurkan dia di depan matamu. Jadi, kau harus bisa memuaskan hasrat cintaku, Fardan. Apakah kau keberatan?" Fardan sungguh sulit melontarkan kata. Kerongkongannya terasa kering. Sekujur tubuhnya terasa gemetar. Maka, yang dapat is lakukan hanya tersenyumsenyum tak jelas maksudnya. Mak Ayu sedikit membungkuk agar lebih dekat lagi. "Atau kau tak mampu memuaskan gairahku?" "Hmm, eehh . kalau... kalau soal itu sih... hmm saya ragu.. ." Karena ia menundukkan wajah, maka Mak Ayu meraih dagunya, kemudian mengangkatnya hingga saling beradu pandang. Jarak wajah keduanya sangat dekat. Mak Ayu tidak perlu bersuara keras. Cukup dengan berbisik mendesah sudah pasti dapat didengar oleh telinga Fardan. "Buktikan kalau kau memang mampu memuaskan hasratku... Terbangkan aku di puncak kepuasanku, maka akan kucari janin anak pertamamu yang hilang itu..." "Mak...." Fardan pun bersuara desah. "Lakukan... Fardan..." Gemuruh jantung Fardan semakin kuat, setelah ia tahu bahwa ternyata Mak Ayu hanya mengenakan gaun itu, tanpa selembar kain lagi di dalamnya. Mungkin kain yang harusnya ada di balik gaun sudah ia lepaskan ketika ia berlagak mencari pelayannya tadi. Fardan dapat merasakan apa yang selama ini ditutupi oleh gaun itu, sehingga sentuhannya semakin membuat Mak Ayu mendesah dan mengerang berkali-kali. Meja bundar tak seberapa besar. Namun permukaan meja itu masih bisa digunakan Mak Ayu untuk membaringkan badannya setelah semua pakaian dibuangnya ke lantai. Rambutnya yang panjang betjuntai berayun-ayun di tepian meja, akibat gerakan tubuhnya yang mengamuk di saat Fardan menjelajahinya dengan mulutnya. Mak Ayu sengaja tak mau membawanya ke ranjang, karena ia menyukai emosi spontan yang dapat membangkitkan gairah semakin liar. Tak ada orang lain di rumah itu kecuali mereka dan pembantu yang sudah tidur. Maka, Mak Ayu merasa sebagai penguasa kebebasan, sehingga ia dapat berbuat apa saja yang ia mau. Dan, anehnya, Fardan tak pernah bisa menolak .apa saja yang diperintahkan Mak Ayu. Jari tangan Mak Ayu kini menjentik. Seperti memanggil seekor burung. Kliik... ! Seketika itu semua lampu menjadi padam. Termasuk lampu yang ada di dapur. Dalam kegelapan itulah Mak Ayu memperbudak Fardan semakin gila lagi. Pria berwajah Timur Tengah itu menjadi patuh dan setia melayani keinginan sang dukun sexy, meski pun sebenarnya ia telah letih, namun toh ia tak mampu menghindari tuntutan mesra Mak Ayu. Yang terbayang di benak Fardan hanyalah amukan birahi dan janin anak pertamanya. Rasa sesal akibat telah mengkhianati sang istri dipendamnya jauh-jauh ke lubuk hati. Biarlah ia rela melakukan semua ini asalkan ia dapatkan kembali kandungan istrinya, yang akan melahirkan anak pertamanya itu. Namun, benarkah Mak Ayu mampu memenuhi janjinya? Apakah Mak Ayu bisa mengetahui dimana kandungan itu berada? dan siapa pencurinya? Tak seorang pun tahu persis, siapa Mak Ayu ini sebenarnya ? Dilihat dari caranya mematikan semua lampu hanya dengan menjentikkan jari, maka dalam hati Fardan mengakui kehebatan MakAyu. Perempuan itu mempunyai kekuatan gaib yang cukup meyakinkan. Tapi seandainya Fardan tahu bahwa yang mencuri kandungan istrinya itu adalah Dewa Jenaka, utusan dari Kahyangan, apakah ia akan yakin bahwa Mak Ayu dapat menangkap pencurinya ? Apakah Mak Ayu punya kesaktian yang cukup untuk menandingi kesaktian Dewa Bahakara alias Dewa Jenaka itu ? Andai benar Mak Ayu bisa menemukan kandungan istri Fardan berada di perut Rayo Pasca, apakah ia akan merampas kandungan itu dengan merusak perut Rayo? Apakah ia juga memiliki kesaktian yang cukup untuk berhadapan dengan Dewi Ular alias Kumala Dewi itu? *** 3 HUTAN pinus menghampar luas di kaki bukit. Bukit itu tak seberapa tinggi. Lebih menyerupai gundukan tanah, namun panjang dan membentang menyerupai benteng pertahanan alami. Hutan pinus itu ada di seberang sungai. Dan seberang sungai dapat dilihat jelas keindahan hutan pinus itu. Sungguh mengagumkan. Setiap pohon pinus tumbuh menjulang tinggi, melebihi ketinggian pohon pinus pada umumnya. Dari bawah sampai atas daunnya tumbuh rapi berbentuk prisma. Pucuknya yang paling tinggi meruncing tapi tidak meliuk turun. Tetap tegak mirip besi penangkal petir. Keindahan hutan pinus itu terletak pada warnanya. Setiap pohon mempunyai daun berwarna utuh. Ada Yang daunnya berwarna biru, ada yang semua daunnya berwarna merah, ada pula yang berwarna jingga dan sebagainya. Semua warna ada di hutan pinus itu. Dan, hebatnya, tidak ada dua pohon yang memiliki warna sama tumbuh bersebelahan, Selalu berselang-seling, sehingga komposisi warnanya memiliki tata seni yang tinggi. Hutan pinus itu memiliki tanah yang tertutup bulu. Sebenarnya rumput, tetapi saking lernbutnya jadi menyerupai bulu-bulu halus. Semua rumput bulu tumbuh rata denganwarna ungu. Ketebalan warna ungunya pun rata semua. Selain itu di atas permukaan tanah terdapat kabut tipis, bening, dan memancarkan warna hijau. Mirip fosfor. Kabut itu hanya melayanglayang setinggi dua jengkal dari permukaan tanah berumput ungu. Kabut itu pun merata sampai ke atas perbukitan di seberang sana. Ketinggiannya stabil. Agaknya kabut itu menyebarkart keharuman yang lembut dan hangat. Begitu Pula batang-batang pinus yang tumbuh berjarak renggang itu memiliki wewangian sendiri. Keharuman batang pinus dan kabut hijau bercampur menjadi sate, membentuk aroma keharuman yang tajam tapi menyegarkan. Tidak menyengat, tidak kasar. Kelembutan aroma wanginya yang elegan dapat membuai jiwa, bahkan mampu memaksa siapa pun untuk berkhayal tentang keromantisan, terutama bagi 'yang belum pernah datang ke hutan pinus itu. "Berhenti di sini dulu, ah... ," ujar sebuah suara hati yang baru saja tiba di seberang sungai. Sungai itu. sangat lebar. Rentang tebingnya mencapai sekitar 100 meter lebih. Hanya mereka yang memiliki kemampuan terbang saja yang bisa melompati rentang sungai untuk mencapai hutan pinus yang indah itu. Siapa pun yang gagal melompati sungai dan jatuh ke bawah, maka ia akan menghadapi kesulitan kedua, yaitu memanjat tebingnya yang memiliki permukaan datar, halus, dan licin seperti permukaan cermin. Kedalaman sun-gai itu tidak dapat diperkirakan. Tak terlihat bagian dasarnya, karena airnya berwarna hitam kental seperti aspal mendidih. Arusnya cukup deras. Bergolak seperti lahar panas. Mengeluarkan uap seperti belerang. Tapi tak berbau. Diperkirakan jarak tepian sungai sampai ke permukaan air mencapai sekitar 100 meter juga. Sebenarnya sungai itu lebih tepat dikatakan sebagai jurang. Hanya saja, sebagian penghuni Kahyangan justru menyebut tempat itu dengan istilah parit Mungkin bagi para dewa, melompati sungai lebar itu semudah melompati parit, sehingga mereka lebih suka menyebutnya parit. Dan, parit yang mengerikan itu adalah tapal batas wilayah Kahyangan yang kedua. Jika di bumi akan disebut Sektor II. Pada saat itu Dewi Ular sengaja berhenti di tepi sungai tersebut. Setelah tadi ia berhasil melintasi perbatasan pertama dengan mudah, tanpa gangguan apapun dan tanpa dilihat siapa pun, maka kini ia tiba di perbatasan kedua dalam keraguan. Apakah ia harus melanjutkan perjalanannya? Berarti la harus melompati sungai dan memasuki hutan pinus indah itu. Atau diam di situ saja tak perlu memasuki hutan pinus? "Kalau aku nekat masuk tanpa Dewa Jenaka, bagaimana, ya?" pikir dewi Ular. "Ntar jadi ribut kalau aku masuk tanpa dia? Huuhh, ke mana sih dia? Sepanjang perjalananku sampai sini nggak kutemukan jejak gaibnya. Lalu sekarang... , ngapain aku di sini bengong saja? Kok jadi kayak orang bego sih aku ini?" Mungkin karena pikiran Kumala sedang kusut, bingung memikirkan kekasihnya yang hamil, akibatnya ia merasa serba salah dalam setiap langkah dan tindakannya. Untuk itu, Kumala segera melakukan terapi kejiwaan bagi dirinya sendiri. Melalui olah napasnya Kumala menenangkan pikirannya yang simpang siur, dan mengembalikan ketenangan batinnya. Terapi olah napas itu bisa ia lakukan sambil apa saja, termasuk sambil memperhatikan seekor burung yang baru saja hinggap di salah satu pohon pinus seberang sungai. Burung itu berbulu indah, warna-wami dan berkilauan. Ekornya panjang berjuntai ke bawah, mirip burung Cendrawasih. Tapi kepalanya memiliki bulu tegak menyerupai mahkota yang warnanya merah memancarkan cahaya berpendarpendar. Kadang redup, kadang terang. Burung itu tidak terlalu besar, hanya seukuran burung kakatua. Tapi karena bulunya lebat, maka kelihatan .gemuk. "Aiih, bagus sekali burung itu?! Warnanya indah, bentuknya lucu, bikin gemes aja!" Kumala menggeram gemas dan senang. Matanya tampak berbinar-binar memandangi burung aneh yang berpindah-pindah dari dahan yang satu ke dahan yang lainnya itu. "Aku ingin membawanya pulang ke rumah. Barbie pasti suka dengan burung lucu itu!" Sebagai putri dewa, Kumala punya cara sendiri untuk menangkap seekor burung. Tidak sulit. Selama niat utamanya bukan untuk mencelakai hewan itu, maka sangatlah mudah untuk dapat menangkapnya. -"Apa benar kau bisa menangkapku?" Tiba-tiba terdengar suara seperti berbisik di telinga Kumala. Sempat berpaling ke sana-sini wajah Kumala mencari pemilik suara itu, namun jelas tak ada yang bicara dengannya. Mulailah hati Kumala curiga dan radar gaibnya pun mulai diaktifkan. "Kalau kau benar-benar bisa menangkapku, coba lakukan sekarang juga." Suara seperti bebek itu terdengar lagi. Tidak terlalu brisik, tapi cukup jelas di telinga Kumala. Ia pun tersenyum setelah menemukan gelombang suara gaib yang ternyata berasal dari burung indah itu. Dengan menggunakan kesaktiannya Kumala pun mengirimkan suara batinnya kepada burung indah di seberang sana . "Kaukah yang bicara padaku, Burung indah?" "0, kamu bisa mendengar suaraku ya? Wah, hebat kamu." "Kamu lebih hebat dariku. Apa kamu punya nama, Kawan?" "Punya Tapi namaku bukan Kawan." Di seberang sini Kumala tertawa kecil nyaris tanpa suara. Burung bersuara seperti bebek itu berkata lagi. "Kau bisamemanggilku Jelita." "Jelita? Ooh, nama yang bagus sekali itu. Sesuai dengan keindahan bulumu." "Jangan memuji begitu, nanti aku lupa daratan. Kalau aku lupa daratan nanti aku terbang terus. Capek kan. 0, ya... kamu juga punya nama?" "Panggil saja aku Kumala." ""Siapa? Kumala? " "Kau,pernah mendengar nama itu?" "Hmmun, Kumala... ? Waduuh. aku nggak ingat lagi, pernah apa belum, ya? Kayaknya pernah, tapi kayaknya belum." "Ya sudahlah... nggak perlu dibahas. Yang jelas, sekarang aku ingin membawamu pulang ke rumahku. Apakah kau mau, Jelita?" "Selama kamu bisa menangkapku, aku akan tunduk pada perintahmu, Kumala. Datanglah kemari dan tangkaplah aku, hek, hek, hek, hek... !" Burung indah itu tertawa bernada menantang. Kumala jadi semakin geregetan. Ia ingin buktikan kemampuannya biar si Jelita tak meledeknya lagi. Tetapi baru saja Kumala ingin bergerak menyeberang, tiba-tiba muncul seekor burung hitam yang cukup besar, seperti seekor burung rajawali. Burung hitam itu melayang muncul dari sebatang pohon tinggi .berdaun lebat, mirip pohon beringin. Tapi batangnya yang menjulang tinggi mirip batang pohon jati. Pohon itu tumbuh di sisi kanannya Kumala, berjarak sekitar 50 meter dari tempat Kumala berada. Agaknya burung hitam bercakar tajam itu mengincar sesuatu dari balik kelebatan potion tersebut. Ketika ia melesat terbang menimbulkan suara gemuruh. Daun-daun pohon itu seperti diterjang angin badai. Suara gemuruh itu memancing perhatian Kumala Dewi. "Burung apa itu? Hemmm, sepertinya burung itu sangat liar dan ganas? Oooh, dia bukan menuju ke arahku, tapi... tapi mau menuju ke tempat si Jelita?!" Burung besar bérkepala hitam seperti jelaga itu memiliki sepasang mata yang lebar. Menyeramkan. Tampang angkernya terlihat jelas ketika ia terbang , pelan-pelan mendekati arah sungai besar itu. Bahkan sempat memutar arah dulu, mengelilingi pohon tempat persembunyiannya tadi. Sepertinya ia agak ragu untuk langsung menuju hutan pinus, seolah-olah ia tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Kumala. "Hei, Jelita... pergilah dulu ke lain tempat. Ada burung angker sedang mengincarmu," kata Kumala. Si Jelita seperti tak menghiraukan anjuran tersebut. Ia melompat dari dahan yang satu ke dahan ya ig lain dengan lincah, seperti sedang bersenangsenang sendirian. Tiba-tiba burung angker itu muncul dengan kecepatan terbang cukup tinggi. Sasarannya jelas-jelas menuju ke tempat si Jelita. berada. Wuussst .... !! . "Oh, gawat! " Dewi Ular sedikit kaget melihat burung itu tahu-tahu sudah melesat menyeberang sungai besar Jelita terancam. Kumala tak bisa diatn. Ia lepaskan pukulan sinar hijaunya dari tangan kanan. Tetapi sebelum tindakan itu dilakukan, lagi-lagi Kumala dibuat tercengang kaget oleh keadaan burung angker itu. Zuuuubb, wuuusss... ! "Keakk !!" Burung angker itu memekik tak bisa keras tak bisa panjang. Sangatpendek. Karena ketika ia melayang di atas sungai besar, tiba-tiba tubuhnya terbakar dan terbungkus api. Api yang membungkusnya sangat cepat; hanya dua detik, kemudian padam. Burung itu memang masih melayang tapi sudah tak punya bulu, tak punya daging dan tak punya apa-apa, selain tinggal kerangka tulang-tulangnya saja. Berwarna hitam arang. Kerangka tulang burung itu akhirnya berantakan dan berjatuhan di kedalaman sungai besar itu. "Gila... ?! Hanya dalam sekejap burung itu berubah jadi tulang-belulang, dan akhirnya hancur berantakan. Wah, wah, wah... sungai ini mengandung uap beracun yang sangat ganas?! Beruntung bukan aku duluan yang menyeberang ke sana. Coba kalau aku duluan, oooh... pasti aku sudah menjadi seperti dia?!" Dewi Ular menarik napas dalam-dalam. Ia merasa bersyukur dan lega, karena merasa lolos dari jebakan yang mematikan. Sekarang ia bisa menyimpulkan bahwa sungai besar itu memang dijadikan parit pertahanan bagi pihak Kahyangan. Jika ada pihak yang bermaksud jahat ingin menyelinap ke wilayah Kahyangan, mereka akan mati hangus saat melintasi parit maut itu. "Kalau begitu..," pikir Kumala. Untuk sesaat ia menutup jalur gaibnya supaya kata-kata dalam benak atau batinnya tidak didengar dari seberang sana. "Kalau begitu,Jelita tadi sengaja memancingku agar menyeberang ke sana, ,dan aku akan terbakar seperti burung tadi dong? Wah, kalau begitu.. jahat sekali hati burung indah itu?" Kini jalur gaibnya dibuka lagi. Ia langsung mendengar suara si Jelita yang tampak masih terbang pendek berpindahpindah dahan. "Hey, Kumala. katanya kau mau tangkap aku? Aku sudah lama menunggumu. Ayo, tangkap aku! Kalau aku jenuh menunggu, aku pindah ke tempat lain yang jauh dari sini. Kau kehilangan kesempatan untuk menangkapku, Kumala. Ayo, cepat tangkap aku kalau memang kau mampu, hek, hek, hek, hek... !" "Jelita, rupanya kau memang bertugas menarik perhatian pihak lawan agar menyeberangi sungai ini. Ketika ia menyeberang, maka saat itulah ia mati karena tipu dayamu. Hmm.... Caramu menghancurkan lawan sangat halus, Jelita. Tapi cara itu adalah kebusukan bagi -pihak yang ingin berteman denganmu." "Hek, hek, hek, hek... cerdas juga kau rupanya. Tapi kau belum tahu, Kumala... bahwa bagiku tidak ada teman yang berada di seberang sana. Semua temanku pasti berada di seberang sini, bukan di tempatmu berada, Kumala. Jadi, kalau ada yang berada di tempatmu, berarti dia adalah lawan yang harus kuhancurkan." "Kau punya kelicikan. Tapi tidak semua kelicikanmu selalu berhasil. Aku akan mengalahkan kelicikanmu, Jelita." Burung itu menertawakan kata-kata Kumala. "Jangan sesumbar di tepi neraka, Kumala Dan tadi kau hanya bisa sesumbar terus, tanpa ada bukti-bukti kemampuanmu. Untuk apa? Lama-lama Parit Kematian yang ada di depanmu akan menghisap semua darahmu hingga kering kerontang. Kalau kau memang punya kemampuan menangkapku, buktikan sekarang juga! Jangan hanya bisa koar-koar dari seberang sana ..!! " "Rupanya kau belum tahu siapa aku, Jelita." "Belum. Apa kau hebat? Tunjukkan kehebatanmu padaku! Ayo, tunjukkan.. " Dewi Ular diam, menggumam dalam hati. Menganggap hebat si Jelita, karena setiap kata-katanya menimbulkan rasa penasaran pihak lain, sehingga pihak lain akan menyeberangi Parit Kematian dan hancur seperti burung angker tadi. Kumala mengakui kepandaian si Jelita dalam lawan, dan membuat lawan tahu-tahu terjerumus daiam kematiannya. "Heeey, Kumala cantiiik... kalau kau tak punya kemampuan menangkapku untuk apa kau berdiri di situ terus? Pulang sajalah Nak. Cuci tangan, cuci kaki, terus bobo, ya Sayang. Kamu masih anak ingusan. Nggak baik main sampai ke tempat ini, Nak. hek, hek, hek, hek..." Dalam hatinya Dewi Ular tersenyum tenang. Jelita sengaja memancing emosi lawannya lewat penghinaan. Bisa saja Kumala segera pergi dan tidak terpengaruh dengan ejekan apapun yang dilontarkan si Jelita. Tapi dia datang ke situ karena ada tujuan. Bukan sekedar ingin jadi penyusup murahan. ada si Jelita atau pun tidak, Kumala tetap harus menyeberangi Parit Kematian. Maka, kata hatinya pun berseru kepada si Jelita. "Aku akan datang ke tempatmu, Jelita!" "O,.ya? Omong kosong yang keberapa kalinya ini? Hek, hek, hek, hek... !" Si Jelita rupanya memang belum tahu siapa yang sedang dihadapi di seberang sana. Ia juga tidak tahu bahwa Kumala Dewi mempunyai kesaktian yang bernama Aji Cakra Saiju, anti panas dan anti beku. Kesaktian itu is dapatkan dari Dewa Nathalaga yang kesohor angker dan disegani di kalangan para dewa. Maka, kali ini Kumala menggunakan kesaktiannya si Dewa Perang itu, kemudian melesat cepat menyeberangi Parti Kematian. Wuuubb, wuuussshh... ! Dewi Ular yang kali ini sengaja tidak merubah diri dalam bentuk sinar hijau, seperti biasanya, kini tampak jelas melayang melintasi pertengahan Parit Kematian. Dan semburan gas panas mengandung api segera menerjang tubuhnya. Dalam sekejap saja ia sudah terbungkus api, lalu dalam sekejap pula api itu padam. Zuuub... ! . Berubah menjadi gumpalan asap hitam yang menyentak ke atas satu kali, kemudian lenyap tak berbekas. Tapi pada saat itu sosok tubuh sexy dan kecantikan Kumala masih tampak melayang, tanpa luka bakar- sedikit pun. Bahkan tidak sehelai rambut pun yang terbakar oleh semburan gas berapi tadi. Hal itu membuat si Jelita diam tertegun di atas dahan pinus. Sampaisampai ia, tak menyadari kalau Kumala Dewi sudah menapakkan kakinya ke tanah berbulu ungu, dan berdirl di bawah pohon tempat si Jelita bertengger. Saat itu si Jelita tampak masih memandang lurus ke arah parit. Diam tak-bergerak bagaikan seekor burung yang sudah di air keras dan dipakai sebagai pajangan. "Hey, burung kejam... ! Aku di bawahmu nih!" Kumala menegur dengan suara mulut. Burung indah itu tampak terkejut dan menggeragap. Hampir saja jatuh. Tapi kepakan sayapnya membuat keseimbangannya terjaga hingga ia tak jadi jatuh. Jelita memandang ke bawah. Lalu segera terbang dan hinggap di dahan lebih tinggi, di pohon yang berbeda. Ia ketakutan melihat Kumala sudah, ada di bawahnya. Tanpa luka sedikit pun. "Hey, kenapa kamu kabur?" ejek Kumala lewat suara gaibnya. "Katanya kamu menunggu kedatanganku, dan sekarang aku sudah datang padamu, tapi kamu mau kabur? Rupanya kamu cuma keren dalam penampilanmu saja, tapi jiwamu jiwa pengecut. Nggak pantas kamu jadi penjaga perbatasan ini, Jelita." "Aku.. aku... eehh... aku bukan pengecut. Aku hanya... hanya merasa heran...Eeehm, ya, hem..." "Bicaramu sudah nggak beres. Nggak usah banyak bicaralah. Sekarang turunlah. Aku sudah melupakan penghinaanmu tadi. Kita berteman saja, okey? Ayo, turunlah... !" seraya tangan kanan Kumala diulurkan ke atas, berharap dapat sambutan damai dari si Jelita. Tapi ternyata burung itu termasuk burung bergengsi tinggi. "Tidak semudah itu menurunkan diriku, Kumala. Aku bukan burung yang lemah dan..." Suuut... ! Dewi Ular menarik tangan yang sudah terulur ke atas itu dalam satu sentakan mundur. Maka, seketika itu juga Jelita seperti terhisap pusaran badai, langsung jatuh ke bawah tanpa sempat melanjutkan katakatanya. Wuuut...!. Kumala Dewi segera menangkap Jelita dengan dua tangannya..Huuup... ! Burung itu meronta sesaat, lalu ia diam setelah sadar berada di tangan Kumala. Seandainya tidak ditangkap oleh Kumala, ia akan terhempas membentur tanah keras-keras. "Naaah, sekarang aku benar-benar berhasil menangkapmu, bukan? Kalau sudah begini kau mau apa, hm?!" Kumala berkata dengan suara mulut, sambil tersenyum-senyum riang, tak menampakkan ekspresi permusuhan sedikit pun. Namun hal itu justru membuat Jelita jadi bertambah ketakutan. Merasa berada dalam genggaman lawan. Merasa dirinya tertangkap musuh. "Aku... kau mau... mau minta maaf. Jangan... jangan sakiti aku ampunilah aku, Kumala..." "Hey, burung cengeng kau ini. Kenapa kau ketakutan? Bukankah sudah kubilang aku ingin bersahabat denganmu. Aku nggak akan menghukummu, nggak akan menyakitimu. Paham." "Taa... tapi... tapi ... " " Baiklah, supaya kau percaya kalau aku nggak bermaksud jahat padamu, naah... kulepaskan kau..." Kumala Dewi merendahkan badan, agak jongkok, dan melepaskan burung itu ke tanah. Tapi di luar dugaan begitu kaki burung menyentuh tanah, terjadilah letupan kecil namun menyemburkan asap tebal. Wuuusssh ! Dewi Ular kontan melompat mundur hingga hampir saja jatuh terjengkang. "Ooh, rupanya dia nggak boleh menyentuh tanah?!" ujar hati Kumala yang masih terpengang. Mata indah Kumala masih belum berkedip, karena asap hasil letupan tadi telah hilang dan kini yang ada di depannya bukan seekor burung melainkan sesosok tubuh tegap, gagah dan berwajah tampan. Wajah tampannya yang masih muda sangat pantas jika menjadi coverboy sebuah majalah remaja. "Maafkan aku, sekali lagi... maafkan aku." Cowok ganteng yang bertampang imut itu berlutut satu kaki di depan Kumala dengan kepala tertunduk, badan sedikit membungkuk. la tak mengenakan baju, tapi mengenakan selempang emas, serta pakaian bawah yang ketat terlilit angkin warna emas pula. Rambutnya sebahu dijepit dengan ikat kepala yang mirip mahkota, berhias batu-batu indah. "Ooo, karnu cowok ya?" gumam Kumala saat mengakhiri masa terbengongnya. " Bangunlah, nggak perlu hormat begitu. Aku bukan rajamu dan bukan musuhmu. Kita temenan aja, ya?" Pemuda berhidung mancung dengan mata kebiru-biruan itu perlahan-lahan berdiri, masih bersikap. hormat dan kikuk. "Terima kasih atas kebaikanmu... eeh. ." "Tetap saja panggil aku Kumala," potong Dewi Ular karena ia lihat anak muda itu tampak ragu-ragu untuk menyebut namanya. Lalu, Kumala berkata lagi, "Tapi kamu nggak pantas kalau kupanggil Jelita. Kamu bukan cewek, tapi cowok. Jadi,pantasnya..." "Aku Perwira Muda penjaga wilayah Parit Kematian. Namaku bukan cowok. Kamu salah sangka, Kumala." "Cowok itu lelaki, atau jantan. Bukan sebuah nama." Sambil berkata begitu Kumala tersenyum geli. Lesung pipit dan keindahan bibimya membuat si Perwira Muda tertegun mengaguminya sesaat. Lalu, ia buru-buru tersipu sendiri. "Jadi siapa namamu?" "Namaku... Ekapaksi." "Hmmm, eka itu satu, paksi itu burung. Berarti kamu..." "Satu-satunya burung yang ada di wilayah sini. Maksudku... di tanah Kahyangan ini," sahut Ekapaksi sambil masih kikuk karena sikap hormatnya masih ada. "Tugasmu menjaga tanah kahyangan ini agar tak dimasuki pihak asing, bukan?" "Benar ! Selama ini belum pernah ada pihak lain yang berhasil menyeberangi Parit Kematian." "Kalau sampai ada yang berhasil, bagaimana?" sindir Kumala dengan mata melirik cantik. " aku terpaksa harus mengusirnya." "Kalau yang diusir nggak mau pergi, bagaimana?" "Aku... hmm., yaah... aku terpaksa membunuhnya." "0, begitu? Jadi, sekarang kamu mau mengusirku?" "Seharusnya begitu." "Aku nggak mau pergi." Kumala melengos dengan kedua tangan terlipat di dada. Sengaja menggoda hati Ekapaksi agar serba salah dan kebingungan dalam mengambil sikap. Ternyata Ekapaksi masih bisa tenang. Ia berkata dengan lembut namun memiliki ketegasan sikap sebagai Perwira Muda. "Kalau kau tak mau pergi dari sini... terpaksa aku harus membunuhmu, Kumala." Dewi Ular terperanjat. Wajahnya cepat berpaling menatap tajam. Serius dan mulai tampak berwibawa. "Kamu mau membunuhku? Aku mengajakmu berteman, bukan bermusuhan." "Tidak ada temanku yang berasal dari seberang " "Kau belum tentu menang melawanku, Ekapaksi. Bagaimana kalau ternyata kau kalah dalam pertarungan denganku nanti?" "Aku harus bunuh diri , Itu sudah menjadi sumpah perwiraku." Terbungkam mulut Kumala melihat Ekapaksi yang tetap tenang tapi juga semakin tampak ketegasannya. Kedua mata Ekapaksi menatap tegar, mulai memancarkan cahaya permusuhan. Kumala Dewi masih diam, karena masih menimbang-nimbang, apakah tantangan permusuhan itu harus ia layani, atau ia tinggalkan dengan konsekuensi harus pergi dari wilayah itu. *** 4 SEBELUM berangkat menembus dimensi gaib, Kumala sempat berpesan pada si mungil Barbie. "Selama kakak pergi, kamu tinggal di sini bersama Kak Ray, ya? Dan,ingat jangan nakal, jangan bikin ulah dan... pokoknya jangan macemmacem. Ngerti?" Barbie mengangguk, tapi juga bernada komplein. "Di sini sepi, Kak. Lebih baik Kak Ray .yang pindah ke rumah kita, kan ada Bang Sandhi, ada Bang Buron dan ada Emak." "Kak Ray sedang sakit. Makanya dia di sini buat istirahat." "Tapi tadi aku lihat Kak Ray sehat-sehat aja kok? Sakit apaan sih, Kak?" "Sakit bagian dalamnya. Nggak bisa kelihatan," "Ooo... sekarang aku tahu maksud Kak Mala suruh aku tinggal di sini," Barbie tersenyum-senyum sambil matanya melirik lucu. Sok tua. "Tahu apa maksudmu?" "Aku disuruh jagain Kak Ray yang sedang sakit kan? Kalau aku tinggal bersama Bang Sandhi di rumah sana, maka Kak Ray nggak ada yang menjaganya, begitu kan?" Sama sekali tak terlintas ide seperti itu di benak Kumala. Tapi setelah dicerna sesaat, bagus juga ide seperti itu. Kumala pun mengangguk dengan berpurapura tersenyum malu. "Kamu memang anak pinter, Barbie. Nggak bisa dibohongi." "Iya dong, kan adiknya Kak Mala, harus pinter. Ya, kan?" "Benar, benar... ," Kumala manggut-manggut menyenangkann hati gadis kecil itu. Katanya lagi, "Habis, nggak ada orang lain yang kakak percayai untuk menjaga sakitnya Kak Ray kalau bukan kamu, kakak takut Barbie kesel kalau kakak terangterangan suruh Barbie jagain Kok Ray." "Aku nggak kesel kok. Kakak tenang aja deh. Kalau soal jagain sakitnya Kak Ray, aku bisa kok. Jangan kuatir dijamin aman deh," sambil mengacungkan jempol. Lagaknya lucu, membuat Kumala geli dan merasa sedikit tenang. Setidaknya kenakalan Barbie untuk sementara tidak terlalu mengkhawatirkan. Biar pun nakalnya bukan main, tapi anak itu ternyata punya kecenderungan untuk bertanggung jawab terhadap tugas dan janjinya. Terbukti sejak kepergian Kumala ia tak pernah bikin ulah yang menjengkelkan Rayo. Ia justru tampak riang dan betah tinggal di villa itu. Mungkin karena Rayo sendiri pandai mengambil hati Barbie, memahami kemauan anak, mengerti kejiwaan bocah, sehingga anak itu merasa mendapat teman sebaya sepermainan. Sejujurnya Rayo mengakui bahwa ia justru terhibur di pengasingan bersama Barbie. Anak itu lucu dan menyenangkan baginya. Sesekali ada kebandelan itu hal yang biasa bagi seorang anak. Rayo dapat memakkuni. Tapi dalani banyak hal Barbie bisa bersikap patuh dan bisa memahami kemauan Rayo. "Nah, sekarang Barbie mandi dulu karena sudah sore, ya?" "Tapi habis mandi, Kak Ray dongeng lagi, ya?" "Jangan habis mandi, Sayang Habis maem aja dongengnya." "Iya deh, habis makan aja." Menurut pengamatan Rayo, anak itu punya sifat tidak mau diperintah secara paksa Ada semacam gengsi yang tumbuh dalam jiwa anak itu jika diperintah secara paksa, atau diperlakukan sebagai anak kecil yang harus patuh pada semua perintah. Barbie itu anak yang cerdas, tapi juga kritis dan ceriwis. Rasa ingin tahunya terhadap persoalan apa saja telah membuat anak itu menjadi kritis dan ceriwis. Jika ditanggapi dengan kesabaran, maka secara otomatis ia akan merasa puas. Dan, jika ia sudah puas maka ia akan hargai lawan bicaranya. Seperti halnya ketika Barbie menanyakan sakitnya Rayo, sebelum ia mendapat penjelasan yang bisa diterima oleh logika anak-anaknya, maka ia akan bertanya-tanya terus. "Aku heran, kata Kak Mala, Kak Ray sakit. Tapi kok aku. lihat Kakak makannya banyak. Kalau jalan masih tegak, nggak lemes, dan nggak merintih-rintih., Sebenarnya Kak Ray sakit apa?" Setelah berpikir sejeriak Rayo memberikan jawab yang sangat sederhana dan mudah dipahami. "Kak Ray sakit perut, Sakitnya kadang datang, kadang ilang. Jadi nggak setiap saat Kak Ray merintih-rintih" "Ooo... ," Barbie mengangguk-anggukkan kepala. Menandakan bahwa keterangan itu bisa diterima oleh logjka anak-anaknya. "Kakak udah periksa ke dokter, lalu dokter bilang bahwa kakak sakit karena kecapekan bekerja. Jadi, kakak diharuskan untUk beristirahat. Kalau kakak tinggal di rumah sana, kakak nggak bisa istirahat. Pasti ada teman datang yang ngajak main atau ngajak kerja. Jadi, kakak memilih istirahat di tempat itu." "Ooo...," Barbie manggut-manggut lagi. "Kak Ray mau nggak aku pijitin, biar capeknya hilang." "Mau. Tapi besok saja. Sekarang udah malam. Udah jam... sepuluh," sambil menunjuk jam dinding yang ada di kamar tidur itu. "Karena sudah larut malam, jadi Barbie harus bobo. Supaya besok bisa bangun pagi, bisa dengerin Kakak mendongeng lagi. Ya?" "He,eh... ! Besok aja dipijitnya yang, Kak." Seandainya saat itu ada Kumala, atau Sandhi, Buron, atau Mak Bariah, maka mereka akan tercengang heran melihat kepatuhan Barbie kepada Rayo. Tanpa banyak protes lagi Barbie berbaring sambil memeluk boneka Panda nya. Rayo menyelimutinya dengan rapi, lalu memberi ciuman di kening bersamaan dengan ucapan selamat tidur. Setelah mematikan lampu utama clan menyalakan lampu tidur, Rayo pun berbaring di samping anak itu. Walau sebenarnya Rayo belum mengantuk sedikit pun, namun is harus berpura-pura tidur juga supaya Barbie merasa diperlakukan setara dengan diri Rayo. Jika anak itu sudah tertidur nyenyak, Rayo baru turun meninggalkan ranjang, mengerjakan sesuatu yang menjadi urusan pribadinya. Udara dingin dan suasana sepi di villa itu sering membuat Rayo tak betah melek sampai lewat pukul dua belas tengah malam. Padahal jika ia di rumahnya sendiri, ia jarang tidur sebelum lewat satu malam. Sekarang di villa itu ia menjadi orang yang cepat mengantuk. Dia perkirakan hal itu berhubungan dengan kondisi kehamilannya. "Terserah, mau ada hubungannya atau nggak, sebaiknya nggak usah kubahas sendiri. Bukankah Lala sudah berpesan agar aku jangan memikirkan kehamilanku ini, karena menurutnya hal itu hanya akan buang-buang energi. Cuma bikin pusing aja. Toh sebentar lagi Lala akan selesaikan urusannya dengan pihak Kahyangan dan janin yang kukandung ini akan dikembalikan kepada pemilik sebenarnya, sesuai janji paman Dewa Jenaka." Benar. Rayo tidak mau berpikir tentang. keganjilannya itu. Ia merasa lebih baik mengikuti hawa kantuknya daripada harus mengalami tekanan batin akibat memikirkan kehamilannya. Maka pukul sebelas lewat, Rayo sudah tidak ingat apa-apa lagi hanyut ke alam mimpinya. Nyenyak. Hanya saja, kenyenyakan tidur itu kali ini terganggu oleh tangan Barbie yang mengguncangguncang lengannya. Barbie membangunkan tidur Rayo dengan satu alasan klise. "Aku pengen pipis, Kak." "Ya, ke kamar mandi sana. Jangan lupa nanti diguyur ya?" "Anterin, Kak takut." "Aduuh, Barbie... kemarin malam kamu keluar masuk kamar mandi sendirian nggak takut. Masa' sekarang takut?!" tapi Rayo tetap saja bangun melayani kemanjaan Barbie. Selesai buang air kecil, Barbie mendapat teguran dari Rayo. "Lain kali kalau mau pipis nggak usah bangunin kakak, ya? Soalnya, kalau kakak sudah tidur, lalu dibangunkan, maka akan sulit untuk tidur kembali." "Iya, Kak." "Nggak usah pakai alasan takut lagi. Kakak tahu, Barbie anak pemberani. Nggak pernah punya rasa takut pada siapa pun. Jadi, Barbie jangan bohongin kakak lagi dengan alasan takut, ya?" Barbie mengangguk "Iya. Sebenarnya aku bangunkan Kakak bukan karena takut ada setan." "Tuh ! , bener kan. Lantas, karena apa?" "Karena aku mau kasih tahu Kakak, tapi takut kalau nggak dipercaya." "Mau kasih tahu apa maksudmu?" "Hmmm, mau kasih tahu... di luar rumah ada orang, Kak." Diam sebentar Rayo menyimpulkan ucapan anak itu. "Dia mau dekatin rumah ini, Kak." "Orang... orang apa maksudmu?" "Orang itu mau jahat sama Kakak." Makin berkerut dahi Rayo, makin tajam matanya memandang Barbie. Yang dipandang sebentar-sebentar memperhatikan ke arah pintu. Hal itu membuat Rayo bertambah curiga. "Barbie, kamu sungguhsungguh bicara begitu?" "Kalau nggak percaya, coba Kakak intip dari balik gordyn depan. Kakak akan lihat seorang perempuan berdiri di depan pintu gerbang sana. Dia pakai topi, kayak anak lelaki." Penasaran hati Rayo jadinya. Ia ingin buktikan kata-kata anak itu, sebab ia sudah punya banyak informasi tentang kelebihan bocah berwajah boneka ini. Dengan hati-hati sekali Rayo keluar dari kamar, diikuti oleh Barbie. Mereka menuju ruang tamu yang sengaja tidak dinyalakan lampunya. Dalam keadaan gelap Rayo menyingkap sedikit gordyn penutup dinding kaca yang menghadap ke arah depan. Dari situ ia dapat memandang ke arah pintu gerbang yang berjarak 30 meter dari tempatnya berada. "Astaga...?!" ucap Rayo. Ternyata yang dikatakan Barbie memang benar. Ada orang yang berdiri di depan pintu gerbang. Orang itu sendirian, mengenakan celana jeans, jaket, dan mengenakan topi biru. Cahaya lampu taman membias sampai sana, sehingga siapa pun yang berdiri di sana akan kelihatan dari tempat Rayo mengintip. "Dia bukan perempuan, tapi lelaki," bisik Rayo. "Bukan lelaki, Kak. Dia itu perempuan. Tapi dia pakai topi dan celana panjang, jadi seperti lelaki." "0, gitu?" Rayo mengintai kembali. Orang tersebut masih berdiri di tempatnya dengan kedua tangari dimasukkanke dalam saku jaketnya. Lalu, Rayo kembali bicara pada Barbie. "Menurutmu dia itu. siapa? Pencuri atau perampok?" "Nggak tahu. Pokoknya, dia punya niat jahat. Dia bukan orang biasa. Dia punya ilmu juga, seperti Kak Mala." "Oh, dia punya kekuatah gaib?!"' "iya. Punya kekuatan gaib. Sebentar lagi dia akan buat semua listrik di sini padam." "Wah, gawat! Sebaiknya kita...," Blaaap... ! Rayo belum selesai bicara, listrik sudah padam lebih dulu. Semua tempat menjadi gelap. Bukan hanya lampu di villa itu saja yang padam, tapi lampu jalanan dan di villa lain juga padam. "Barbie, sini ikut kakak ke kamar. Kakak mau ambil HP buat telepon polisi." Rayo berusaha menggenggam tangan Barbie untuk dibawa masuk ke kamar. "Nggak usah telepon orang lain, Kak. Tenang aja, aku mau nyalakan semua lampu yang padam in." "Barbie, kamu. .." Kaki anak kecil itu menghentak ke lantai satu kali sebelum Rayo selesai bicara. Duugh... ! Maka, seketika itu juga semua lampu meniadi menyala. Bahkan lampu yang semula memang dipadamkan ternyata ikut menyala juga. Lampu jalanan yang padam sejak tiga hari yang lalu, kini menyala terang. Semua lampu menyala dua kali lipat lebih terang dari aslinya. Rayo sempat tertegun kagum memandangi Barbie. Tapi dia segera ingat tentang orang misterius di gerbang sana, maka ia pun buru-buru mengintip lagi dari balik gordyn yang tadi. "Orang itu masih ada!" bisik Rayo. "Tapi dia sudah berada di halaman kita. Belum jauh dari pintu gerbang sih, dari mana dia bisa masuk, padahal pintu gerbang terkunci dan tampaknya tidak dirusak sedikit pun?" "Kakak heran, ya?" Teguran pelan Barbie membuat Rayo sadar bahwa keajaiban seperti itu mestinya sudah bukan sesuatu yang mengherankan lagi baginya. Pasti perempuan bertopi biru itu menggunakan kekuatan gaibnya untuk bisa menembus gerbang besi tinggi itu. "Bie..., sekarang dia sedang kebingungan memandang ke sana-sini. Heran melihat lampu menyala semua, kali ya?" Barbie ikut ngintip lewat celah gordyn itu juga. "Dia bukan bingung melihat semua lampu menyala, Kak. Tapi dia sedang mencari siapa yang menyalakan lampu-lampu ini," Berbie tertawa cekikikan, tapi sangat pelan. Tangan Rayo buru-buru membungkamnya, karena khawatir didengar perempuan tersebut. Blaab... ! Lampu padam lagi. Sebelumnya Rayo sempat melihat perempuan itu menjentikkan jarinya, lalu semua lampu menjadi padam. Maka, Barbie pun segera menghentakkan kakinya ke lantai seperti tadi. Duugh... ! Dan, semua lampu menyala kembali secara serentak. Rayo melihat perempuan bertopi itu terperangah kesal. Lalu, ia berjalan dengan langkah cepat menuju teras. "Kak, Kak... orang itu mendekati kita!" "Ssst, iya... kakak tahu. Sebaiknya kakak keluar saja untuk temui dia dan menanyakan apa maunya." "Jangan, Kak! Nanti orang itu celakai Kakak." " Kalau kakak bersikap baik-baik, mungkin dia.. ." "Pokoknya jangan keluar. Orang itu memang cari Kakak." "Terus, gimana dong?" "Aku aja yang temui dia," jawab Barbie dengan ucapan cepat. Rayo tak sempat melontarkan kata pencegahan, tahu-tahu anak itu sudah berkelebat pergi. Menembus pintu. Bluuuss... ! Rayo hanya bisa tercengang melihat kejadian gaib yang dilakukan bocah sekcil Barbie. Timbul rasa khawatirnya terhadap Barbie. Rayo tak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan pada diri anak itu, maka ia segera menyusulnya keluar. Tapi rupanya pintu tak bisa dibuka..Kunci pinta itu tak berfungsi . "Pasti dibuat begini oleh Barbie, biar aku nggak bisa keluar! Sialan tuh anak!" sambil tangan Rayo menyingkap kembali kain gordyn tempatnya mengintip dari tadi. Dilihatnya anak itu sedang duduk di tepian tembok teras yang tingginya hanya satu meter kurang. Barbie duduk dengan santai, mengayun-ayunkan kedua kakinya. Tenang sekali. Tak merasa kedinginan sedikit pun, padahal ia hanya mengenakan rok bertali di pundaknya tanpa lengan. Perempuan bertopi itu memperlambat langkahnya setelah menyadari ada seorang anak duduk di teras. Kedua tangan yang tadi dimasukkan saku jaket, kini dikeluarkan dengan jari-jari sedikit renggang. Sepertinya ia bersiap melakukan satu tindakan yang bersifat menyerang. Atau berjaga-jaga menghadapi bahaya yang sewaktuwaktu datang menyerangnya. Semakin dekati teras, semakin lambat langkahnya. Dari tempat pengintaiannya Rayo bisa melihat jelas raut wajah perempuan itu. Bahkan ekspresi keheranan perempuan itu pun bisa terlihat jelas oleh Rayo. "Mau cari siapa, Bibi?" tegur Barbie dengan tengil. Perempuan itu tidak langsung menjawab, tapi menghentikan langkahnya dan menaikkan topinya sedikit, agar penglihatannya lebih jelas lagi. Barbie cengar-cengir seenaknya. Tetap tenang. "Bibi mau cari siapa? Kok nggak jawab sih?" "Kamu tinggal di sini?" "He,eh. Kenapa?" "Mama kamu mana ?" "Mama itu apa? Ibu, ya? Kalau ibu, nggak ada." "Lalu, siapa orang yang sedang hamil di rumah ini?" Rayo terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia mengusap perutnya dengan dahi berkerut, karena hatinya bertanya-tanya, apa maunya orang itu dan mengapa bertanya tentang kehamilan. "Hamil itu apa sih? Lapar?" Perempuan itu makin mendekat lagi. Sengaja membungkuk biar beradu pandangan dengan Barbie. "Hamil itu perutnya mengandung bayi. Siapa yang sedang mengandung bayi di rumah ini?" "Bukan aku kok. Aku kan masih kecil. Mana bisa perutku dimasuki bayi." "Aku tahu kalau bukan kamu, tapi siapa?" "Yaaa, nggak tahu. Tanya aja sama yang lain. Aku orang baru di sini, Bi." "Kalau begitu aku akan menggeledah rumah ini, dan mengambil kandungan orang yang sedang hamil." Wuuut... ! Tahu-tahu gadis kecil itu sudah berdiri menghadang langkah perempuan bertopi, yang tak lain adalah Mak Ayu. Keberadaan Barbie yang tahu-tahu menghadang di depannya sempat membuat Mak Ayu semakin curiga. Ia tak melihat anak itu berdiri dari duduknya, bahkan tidak melihat anak itu bergerak turun dari tempatnya semula, tapi dia bisa dengan cepatnya berada di depan pintu masuk. "Anak ini bukan sembarang anak," pikir Mak Ayu. " Tapi kenapa nggak ada getaran energi apapun yang kurasakan darinya?" "Bibi nggak boleh masuk!" Barbie merentangkan kedua tangan saat Mak Ayu maju selangkah. "Sepertinya aku pernah melihatmu, Nak." "Aku belum pernah tuh," jawab Barbie dengan spontan sekali. Mak Ayu menarik napas panjang. "Kalau kamu meng,halangi langkahku, kamu akan menyesal. Jadi, sebaiknya kamu jangan sok tahu begitu, Nak. Menyingkirlah!" "Nggak mau." Barbie bertolak pinggang. Lagaknya semakin tengil. Mak Ayu menjadi bertambah geram. Rayo sangat khawatir melihat Barbie bertingkah begitu. Tapi ia hanya bisa kebingungan sendiri di dalam karena tak bisa membuka pintu depan. Bahkan ketika ia mencoba mau lewat belakang, lalu memutar ke samping untuk sampai teras, temyata pintu belakang pun sulit dibuka. Pintu tembus garasi sama sekali tak hisa bergerak handlenya. "Hey, anak kecil nggak baik berlagak begitu sama orang tua. Kurang ajar itu namanya." "Biarin." Mak Ayu menggeram, "Kamu benar-benar memaksaku marah ya?,Haah ... ?! " Mak Ayu mengayunkan tangannya untuk menampar wajah Barbie, tapi ayunan itu tak mengenai apapun selain udara kosong. Sekali lagi Mak Ayu maju selangkah agar tangannya bisa menjangkau Barbie. Kemudian, tangan itu diayunkan kuat-kuat dengan sasaran wajah Barbie. Wuuuut... ! Kencang sekali. Tapi Mak Ayu seperti menampar udara. Tanpa mengenai apaapa. "Kamu lagi ngapain, Bi? Hihihihi...! " Barbie menertawakan. Kemarahan tak dapat ditahan-tahan lagi. Mak Ayu meraih kepala Barbie, menjambak rambutnya, kemudian dengan sadis ia lemparkan anak itu membentur tiang teras. Wuuusst... ! "Hahh ..?! " Mak Ayu terbelalak kaget. Ternyata ia tidak melemparkan apa-apa. Barbie masih berdiri di tempatnya sambil cekikikan sendiri. "Kurang ajar! Kau berani mempermainkan aku, Bocah busuk ... !!" Kini dengan kedua tangannya Mak Ayu menjambak rambut Barbie, satu tangannya mencengkeram lengan Barbie. Anak itu diangkat dan dibantingkan ke arah pilar teras lagi. Wuussst... ! Kejadiannya sama seperti tadi. Tidak ada yang dibanting oleh kedua tangan Mak Ayu. Padahal tadi dia yakin betul telah berhasil menjambak rambut dan mencengkeram lengan anak itu. Tapi kenyataannya ia hanya seperti membanting udara kosong dengan sekuat tenaga. Suara Barbie terdengar cekikikan di belakangnya. Mak Ayu makin dibakar kemarahan. Napasnya tampak terengah-engah. Dadanya naik-turun dengan jelas sekali. Tatapan matanya menjadi liar dan beringas, "Hi hi hi hi... Bibi habis ngapain? Kok ngos-ngosan?" "Jangan ngeledek kamu, haaagggrrh ... !!" Tangan kanan Mak Ayu diangkat melebihi kepalanya Telapak tangan itu seperti terbakar di bagian tengahnya. Menyala merah seperti bara. Energi gaibnya itulah yang akan dihantamkan ke tubuh Barbie tanpa ragu-ragu lagi. Sedikit pun sudah tak ada belas kasihan lagi terhadap anak itu. Tapi sebelum tangannya Mengayun, Barbie sudah lebih dulu menudingkan jari telunjuk ke arah Mak Ayu sambil tetap cekikikan. "Hi, hi, hi, hi... Bibi tangannya lucu, ada lampunya . Hihihi ... !" Wuuuuussss... !. Tahu-tahu tubuh Mak Ayu seperti diterjang badai paling ganas. Terlempar ke belakang dengan sangat kuat. Topinya terlepas dari kepala, rambutnya tampak terurai panjang. Mak Ayu tak mampu menguasai keseimbangan badannya Melayang-layang di udara bebas dalam posisi telentang. Suaranya mengerang panjang. Gumprrrraaang , ... !!!! "Aaahhk ... ! " pekik Mak Ayu, karena hempasan itu membuat kepalanya beradu keras dengan pintu gerbang besi. Ia terbanting di sana, lalu terkapar sambil mengerang kesakitan. Bukan hanya kepalanya yang berdarah dan dipegangi tangannya, tapi tangan yang satunya juga memegangi dada yang terasa sakit sekali itu. Sekujur tubuhnya terasa sakit semua. Tundingan jari Barbie tadi temyata mengandung kekuatan gaib yang sangat besar, hingga Mak Ayu terlempar jauh dan membentur gerbang besi dengan sangat kuat. Bahkan ketika ia sempatkan melirik dadanya, ternyata jaketnya telah berlubang sebesar uang logam, dengan sisa hangus di bagian tepinya. Lubang itu bukan hanya pada jaket, namun tembus sampai ke baju dalamnya, bahkan sampai melubangi kulit serta daging di bagian dada itu. Masih ada asap yang mengepul dari lubang di dada tersebut. Mak Ayu benar-benar kesakitan. Nyaris lumpuh akibat luka bakar di dadanya seperti ikut memutuskan urat-urat di sekujur tubuhnya. darah yang keluar dari lubang itu berwarna hitam. Mungkin darah tersebut ikut terbakar hangus juga. Rayo berhasil keluar dari rumah dengan cara memecahkan kaca jendela di ruang makan. Ia segera menghampiri Barbie dengan sangat tegang. Langsung memeluk Barbie dalam posisi jongkok. "Kamu nggak apa-apa, Bie?! Kamu nggak terluka kan?!" "Nggak. Bibi yang di sana itu yang terluka. Hi, hi, hi... tadi dia terbang kayak bungkus roti kena angin,Kak! Lucu sekali." Rayo Pasca tak bisa ikut tertawa. Ketegangan dan kecemasan membuatnya tersenyum pun sulit. "Mana orang itu sekarang, hah? Mana? Kalau dia mati bagaimana? Kita jadi kena perkara, Barbie. Kita bisa ditangkap polisi dan dipenjara kalau sampai orang itu tadi mati! Di mana dia sekarang?!" "Tuuuh, di pintu gerbang... ! Yuk, lihat dia yuk, Kak!" Barbie berlari-lari kecil sambil menarik tangan Rayo. Namun sampai di sana mereka tak menemukan Mak Ayu. Tidak ada seorang pun yang terlihat melintas di jalanan depan pintu gerbang itu. Tapi mereka menemukan sisa tetesan darah hitam di tanah beraspal. Salah satu besi pintu gerbang juga tampak berlumuran darah yang warnanya hitam. "Ke mana perginya orang itu, Barbie?! Kemana, hah?!" "Nggak tahu. Tadi aku lihat dia jatuh di sini." Sambil terengah-engah Rayo memeriksa sekeliling gerbang. Tapi tidak ada tenda-tanda yang mencurigakan. Hanya saja, bulu kuduk Rayo jadi merinding lagi, karena tiba-tiba ia mencium bau wangi kembang sewaktu angin berhembus pelan menerpanya. "Bau kembang dari mana ini? Apakah dari tanaman asli,atau dari alam sana? Hmm, jangan-jangan ini bau wangi kembangnya orang mati?" Rayo clingak-clinguk, lalu tiba-tiba ia membungkuk sambil menyeringai menahan sakit. "Uhhkk .. !! " "Kak... ? Kenapa ? " "Oouuhhkkk... Cepat kita masuk ke dalam, Bie.. ! Ayo, lekas." "Tapi... tapi Kak Ray kenapa? Sakitnya kambuh, ya?" "Iyy, iya... ! Ouuhhff... !" Rayo tak sanggup lari. Perutnya seperti diremasremas dan dipelintir-plintir dengan kasar. Belum pernah ia merasakan sakit perut seperti ini, meski sejak ia mengalami kehamilan gaib itu. Entah mengapa sekarang perutnya menjadi sangat sakit, sampai keringat dinginnya bercucuran membasahi wajah, leher dan dada. "Aauuhh... ! Aaahhhkk... !" Barbie membuka pintu rumah dengan mudah sekali. Tanpa kunci atau benda apapun. Ia menarik tangan Rayo agar segera masuk, lalu menutup, pintu itu. Lubang kunci diusap memakai tangan kanannya. Pintu itu telah terkunci lagi seperti semula. Saat itu Rayo meringkuk di sofa panjang sambil mengerang kesakitan. Kadang tubuhnya mengejang demi menahan rasa sakit yang seharusnya dilampiaskan dengan teriakan keras-keras. "Kak...? Kak Ray... ?" suara Barbie tak terhiraukan lagi . Rayo sibuk menahan rasa sakit itu. Tapi nada suara Barbie temyata makin lama makin meninggi. "Kok Ray... ?! Kenapa perut Kakak jadi besar... ?! Kak... lihat tuh, perut Kakak jadi besar... !" Rayo sibuk melawan rasa sakit, Barbie kebingungan sendiri melihat perut Rayo makin membengkak dan terus membengkak. 5 KETAMPANAN milik Perwira Muda itu sangat disayangkan oleh Kumala Dewi kalau sampai habis terbakar gas beracunnya Parit Kematian. Sejujurnya saja, Kumala menyukai wajah tampan milik Ekapaksi. terkesan lugu. Biasanya wajah-wajah seperti itu awet muda. Dalam perkiraan Kumala, sang Perwira Muda itu baru berusia sekitar 23 tahun. Tapi dalam kenyataannya mungkin lebih. Di Kahyangan banyak dewa-dewi yang kelihatan masih muda belia tapi sebenarnya sudah berusia ratusan tahun. "Sayang sekali dia terlalu disiplin dalam tugasnya. Terlalu kokoh memegang sumpah jabatannya. Aku jadi bingung harus berbuat apa kalau begini," ujar hati Kumala dengan menutup jalur gaibnya supaya tak didengar Ekapaksi. Katanya lagi, "Dia tetap mengusirku dari tempat ini. Kalau aku benar-benar keluar dari batas wilayah Kahyangan ini, aku merasa sangat dilecehkan olehnya. Terhina sekali kalau sampai aku diusir keluar dari Kahyangan untuk yang kedua kalinya. Tapi kalau kulayani tantangannya, dia pasti kalah. Dan, kalau dia merasa kalah berhadapan denganku, maka dia akan nekat bunuh diri. Duhhh, harus bagaimana aku kalau begini ... !!" Dewi Ular sudah jelaskan, bahwa dia sebenarnya adalah warga Kahyangan juga, anak dari Dewa Permana dan Dewi Nagadini. Tetapi agaknya Ekapaksi tidak mudah mempercayai penjelasan yang datang dari pihak luar . "Siapa pun bisa saja-mengaku anaknya paman Permana, atau anaknya dewa yang lain. Pengakuan palsu seperti itu mudah dilakukan oleh siapa saja. Tapi jangan harap aku mempercayainya. Karena jika satu kali aku percaya oleh pengakuan dari pihak luar, maka selanjutnya aku akan mempunyai kebiasaan begitu. Pada akhirnya nanti aku akan tertipu oleh penuturan lawan,sehingga perbatasan ini akan mudah dilalui oleh siapa saja dan dari alam mana saja. Karena itu, aku mohon maaf... belum bisa mempercayai pengakuanmu , Kumala " Juga ketika Kumala Dewi menjelaskan bahwa dia datang ke Kahyangan karena diundang oleh para dewa senior, dia dijemput oleh utusan terhormat yaitu Dewa Jenaka, tapi karena suatu, halangan maka ia terpisah dari Dewa Jenaka. Penjelasan itu hanya ,membuat Ekapaksi tersenyum sangat tipis. Menandakan bahwa hatinya sedikit pun tidak mempercaya penjelasan tersebut. "Siapa saja bisa mengaku kenal dengan Dewa Bahakara, atau dewa lainnya. Tapi sekali lagi aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena aku belum bisa mernpercayai pengakuan seperti itu. Jadi, sebaiknya cepatlah tinggalkan perbatasan ini, Kumala. Atau, kita tentukan sekarang juga siapa yang harus mati di sini." Menyedihkan sekali. "Dia telah menginjak-injak harga diriku dengan halus dan sangat sopan," pikir Kumala. "Daripada aku pergi karena usirannya, lebih baik kucoba untuk melumpuhkan dia, tapi jangan sampai ia merasa kalah dan bunuh diri. bagaimana caranya?" Dari mulut berbibir sensual itu terucap kata-kata bernada keras yang ditujukan pada Ekapaksi. “kulayani tantanganmu. Kita tentukan siapa yang mati di sini demi tugas dan harga diri; kau, atau aku." Sambil melangkah ke samping untuk mengatur jarak, Kumala masih terus berpikir mencari jalan yang terbaik. Dan, tiba-tiba ia dapatkan satu gagasan yang tidak terlalu cemerlang namun lumayan untuk mengatasi kebimbangannya sejak tadi. "Kulumpuhkan dia, tapi jangan sampai mati. Akan kubuat dia terpuruk tanpa bisa berbuat apa-apa, sehingga tak punya kesernpatan untuk melakukan bunuh diri." Ekapaksi pun melangkah ke samping, mengambil jarak pertarungan, sambil matanya memperhatikan Kumala lekat-lekat. Seperti sedang mencari tahu, di. mana kira-kira titik kelemahan lawannya itu. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti gunung runtuh. Suara itu ,menggema ke mana-mana. Gluuuurrrrrr .... ! Pohon pinus bergetar. Tebing Parit Kematian juga bergetar, menimbulkan suara aneh tersendiri. Menyeramkan. Kumala Dewi melirik ke sana-sini mencari tahu suara apa yang terjadi saat itu. Ekapaksi pun tidak memperhatikan lawannya lagi, namun justru memandang ke seberang parit penuh selidik. Suara gemuruh yang panjang itu kini disusul dengan suara dentuman kecil, tapi membuat tanah sekitarnya menyentak-nyentak dalam guncangan lebih hebat lagi. Jduuur, jduuur, jduuur... !! Tubuh mereka berdua ikut terlonjak-lonjak tiga kali. Seperti menaiki truck bak terbuka lalu melintasi polisi tidur tiga kali. Begitulah kira-kira sentakan tubuh mereka yang membuat keduanya sama-sama tegang, namun bukan untuk saling menyerang. Justru tanpa sadar mereka saling berdekatan dengan pandangan. mata nanar penuh waspada. "Gemuruh dari mana itu tadi?" tanya Kumala setelah suara gemuruh hilang dan getaran alam berhenti. "Entahlah. Tapi sepertinya terjadi di dekat-dekat sini." Belum sempat Kumala mengajukan usul untuk sama-sama Memeriksa. situasi perbatasan, tahu-tahu suara gemuruh itu datang lagi walau tak sekeras tadi-. Kali ini suara gernuruh itu sangat pelan dengan getaran alam sekelilingnya juga pelan. Mereka berdua menjadi seperti berada di atas sebuah ayakan raksasa. Bergetar terus dalam posisi apa saja. Bahkan kadang oleng seperti mau jatuh. Jika-bicara suara mereka menjadi bergetar, mirip vibrasi seorang vocalis yang sedang menyanyikan sebuah lagu. "Pertarungan kita tunda dulu, Kumala." "Aku setuju. Kalau boleh kubantu kau merneriksa keadaan sekitar wilayah perbatasan ini." "Untuk apa kau mau membantuku?" "Sudah kubilang, ayahibuku ada di sini dan .. " Kumala mengalihkan pembicaraan sebentar sambil memegangi lehernya. "Aduuh, suara kita kok jadi kayak gini, ya? Kayak kaset lagu yang pitanya udah kriting." Dewi Ular tersenyum geli, membuat Ekapaksi pun merasa geli setelah menyadari suara mereka sama-sama bergetar. Hanya saja, Ekapaksi tak mau menonjolkan senyuman gelinya. Mungkin demi menjaga keseriusannya sebagai seorang Perwira Muda yang tetap menganggap Kumala musuhnya,maka ia merasa tak layak tampil cengar-cengir pada saat itu. Kumala Dewi kembali ke pembicaraan semula, "Bagaimana dengan usulku tadi? Boleh aku ikut merneriksa keadaan wilayah ini?" Ekapaksi tidak menjawab. Diam. Tapi tampak sedang berpikir mempertimbangkan usulan tersebut. Pada saat itu, Kumala melihat dua kelebat bayangan melintas di belakang Ekapaksi. Wuuut, wuuut . ! Ekapaksi dalam bahaya, pikimya. Maka, dengan secepat kilat Kumala meraih tangan Ekapaksi dan menariknya dalam satu sentakkan kuat. Weess... ! Ekapaksi terpelanting di belakang Kumala sementara itu kedua tangan Kumala segera menyentak ke depan dalam posisi satu kaki berlutut. Buuhk, buttuhk.. "Aaahkk... !" "Uh, Dua pekikan pendek terdengar setelah Kumala Dewi melepaskan pukulan hawa sakti ke arah dua kelebat bayangan tadi. Pukulan itu mengenai sasaran. Keduanya terkapar sambil bersandar pada batang pohon pinus. Mereka mengerang kesakitan. Dewi Ular mendekati dua pemuda yang samasama mengenakan rompi hitam berhias, benang emas. Wajah mereka tampantampan walau tidak setampan wajah Ekapaksi. "Tahan, Kumala. . !" sergah Ekapaksi yang menyangka Kumala akan menghajar kedua pemuda itu. "Mereka menyelinap mau menyerangmu dari belakang." "Bukan. Mereka anak buahku." " Ooh ...!!? " Kumala merasa menyesal bercampur malu. Kedua anak buah Ekapaksi itu segera dihampiri. Wajahnya sudah membiru akibat pukulan hawa sakti yang mengenai dada mereka Kondisi mereka segera dipulihkan oleh Kumala Dewi menggunakan hawa murni penyembuh segala macam luka. "Maafkan aku., Sekali lagi, maafkan. Aku nggak tahu kalau kau punya anak buah, Paksi." "Sebagai orang asing, kurasa kau tak perlu mengetahui hal itu agar kau tak tahu seberapa besar kekuatan penjagaan di sini." Ekapaksi membantu salah seorang untuk berdiri. Getaran alam dan suara gemuruh sudah berhenti. Suara Ekapaksi terdengar jelas saat menyebut nama kedua anak buahnya itu. "Azoma, Hasta... bahaya apa yang,kalian hadapi di ujung parit sana? Jelaskan." "Tidak ada bahaya dari pihak luar, Paksi, " jawab Azoma sambil sesekali melirik Kumala penuh curiga. "Yang muncul adalah bahaya dari dalam," timpal Hasta. Kedua-alis tebalnya Ekapaksi mengernyit tajam. "Bahaya dari dalam? Maksudmu suara gemuruh dan getaran tadi berasal dari pihak kita sendiri?" "Benar, Paksi," Azoma yang. menjawab, dan agaknya ia lebih banyak mendapat informasi ketimbang Hasta. Katanya lagi, "Hyang Dewa Nathalaga sedang marah. Suasana di Balai Sidang menjadi kacau. Bubar semua." "Dewa Perang marah?! Gawat!" gumam Kumala, tapi terdengar oleh Ekapaksi, sehingga Kumala pun sempat dipandangi oleh Ekapaksi dengan nada heran. Ekapaksi tak menyangka kalau Kumala mengetahui bahwa Dewa Nathalaga adalah Dewa Perang. Namun agaknya Ekapaksi tak mau menunjukkan rasa heran itu secara lerang-terangan dan berkepanjangan. Ekapaksi segera beraling pandangan kepada Azoma. "Lanjutkan keteranganmu, Azoma." "Mungkin saat ini kemarahan Hyang Nathalaga sudah reda, karena saat kulinggal kabur ke ujung parit menghampiri Hasta, Hyang Nathalaga sedang dibujuk dan ditenangkan oleh beberapa dewa sepuh kita, termasuk Hyang Dewa Murkajagat." "Apa yang membuat Dewa Nathalaga marah?" tanya Ekapaksi. "Kabar yang kudengar, kemarahan itu dikarenakan utusan yang beliau kirimkan ke bumi sampai batas waktu ini belum kembali. Utusan itu adalah Dewa Bahakara, alias Dewa Jenaka." Ekapaksi melirik sekilas ke wajah Kumala Dewi yang tampak serius mendengarkan keterangan Azoma. Ekapaksi teringat pengakuan Kumala tadi. Namun is belum mau membahasnya, karena masih ingin mendengar penjelasan Azoma selanjutnya. "Dewa Jenaka diutus menjemput putri tunggalnya Dewa Permana yang dulu dibuang ke bumi. Sampai sekarang keduanya belum menghadap beliau. Padahal sesuai hasil sidang para dewa senior beberapa waktu yang lalu, seharusnya hari ini dilakukan upacara agung di Sasana Dewantara. Dalam upacara agung itu Sang Hyang Maha Dewa akan hadir secara resmi..." "Tunggu, tunggu. ," potong Ekapaksi. "Upacara agung itu untuk keperluan apa?" "Untuk acara penobatan Manggala yudha...." "0, siapa yang mau diangkat menjadi senopati perang?" "Yaaa, putrinya Dewa Permana itulah," sahut Hasta yang sudah sangat paham, karena sudah lebih dulu mendapat penjelasan hal itu dari Azoma. "Begitulah, Paksi Tapi sampai saat ini Dewa Jenaka belum kembali ke Kahyangan, padahal seharusnya sudah dari kemarin Dewa Jenaka datang bersama putrinya Dewa Permana itu. Rencana upacara penobatan agaknya gagal dilaksanakan saat sekarang ini, sedangkan Dewa Perang dan jajarannya sudah mempersiapkan upacara agung secara besar-besaran. " "Termasuk upacara untuk menyambut kedatangan sang calon senopati perang kita itu," tirnpal Hasta. "Dengar-dengar upacara penyambutannya saja akan dilakukan secara besar-besaran dan meriah. Jadi,menurutku . . wajar saja kalau Dewa Nathalaga merasa kecewa atas kelambatan kerja Dewa Jenaka, yang seharusnya sudah berada di Balai Sidang bersama sang calon senopati itu." "Tadi kudengar," sambung Azoma, "Hyang Dewa Nathalaga mau nekat turun ke bumi sendiri menjemput dan membujuk putrinya Dewa Permana itu untuk dibawa ke sini. Tapi sepertinya tadi niat itu dicegah oleh Hyang Dewa Murkajagat. Entah bagaimana keputusan terakhir, aku sudah pergi lebih dulu."„ Dewi,Ular diam saja. Bahkan berlagak seolah-olah tidak tahu menahu tentang hal itu. Tapi dari tadi diam-diam Ekapaksi menyimpan kegelisahan di hatinya. Sampai akhirnya ia bertanya dengan suara pelan kepada Azoma, namun suara itu tetap terdengar sampai di telinga Kumala Dewi. "Apa kamu tahu, -siapa nama putrinya Dewa Permana yang mau dinobatkan sebagai senopati perang kita itu?" "Apa kamu tidak tahu? Seharusnya kamu lebih tahu dariku." "Banyaknya anak dewa sepuh kita, mana mungkin kuhapal semua namanya? Kalau kau tahu, katakan siapa namanya?" "Hmmmm..., kalau tidak salah namanya... Dewi Ular, karena ia terlahir dari kandungannya Dewi Nagadini, ibunya." Hasta menimpali, "Aku juga pernah mendengar nama Dewi Ular dan beberapa kisah petualangannya. Kalau tidak salah, dia hidup di bumi dengan nama... Kumala. hmmm... Kumala Dewi." Deegh... ! Seperti ada yang menendang jantung Ekapaksi ketika kedua anak buahnya menyebutkan namanama itu. Matanya melirik cepat ke arah Kumala, dan kala itu Kumala berlagak cuek, memandang sekeliling ternpat itu dengan bertolak pinggang. "Ssst... , apa kalian pernah melihat seperti apa wajah atau si Dewi Ular itu?" "Belum," jawab Hasta, dan Azoma menimpali. "Aku juga belum pernah melihat seperti apa wajahnya." "Hemm, kalau... kalau wajah dan ciri-cirinya Kumala Dewi, kalian pernah lihat?" "Juga belum," jawab keduanya harnpir bersamaan. Ekapaksi kembali memperhatikan Kumala yang saat itu sedang, memunggungiriya. Padahal saat itu Kumala sedang tersenyum menertawakan pertanyaan Ekapaksi yang dianggap sebagai pertanyaan bodoh, tapi menggelikan. "Kalau dia?" bisik Azoma. "Dia itu siapa, dan mengapa ada di sini bersamamu?" Ekapaksi kebingungan menjawabnya. Mendesah beberapa kali sambil sebentar-sebentar melirik ke arah Kumala yang sekarang sudah dalam posisi berhadapan dengan mereka bertiga. Kumala sengaja menatap Ekapaksi. Tatapannya lembut, tenang, tapi membuat. Ekapaksi semakin salah tingkah sendiri. "Pssst... !" Azoma mendesis sambil mencolek, lengan Ekapaksi. "Kamu belum jawab pertanyaanku. Dia itu siapa?!" Ekapaksi garuk-garuk kepala. "Tadi memang dia mengaku, bernama Kumala Dewi, alias Dewi Ular. Juga mengaku sebagai anaknya Dewa Permana dan Dewi Nagadini, dan mengaku dijemput Dewa Jenaka untuk dibawa ke sini tapi terpisah dengan Dewa Jenaka dalam perjalanan." "Oohh, jadii... jadi dia adalah..." "Itu pengakuannya!" potong Ekapaksi, sambil menghindari tatapan mata Kumala dari jarak sekitar sepuluh langkah. Tambahnya lagi, "Tidak semua pengakuan adalah kebenaran yang sejati. Banyak yang celaka akibat pengakuan dusta." "Dan, lebih celaka lagi orang yang selalu berusaha menutupi kebodohannya," sahut Kumala sambil berlagak melihat-lihat arah lain, namun ekor matanya tetap tertuju pada Ekapaksi. Tiba-tiba terdengar suara Hasta menyentak. "Hey, lihat itu... !" Semua terkejut, termasuk Kumala. Hasta menunjuk ke satu arah. Pandangan mata segera tertuju ke arah tersebut. Oh, ternyata ada seberkas sinar biru cerah sedang. melintas di atas perbukitan pinus. Sinar itu bergerak zigzag di antara batang-batang pohon pinus. Dia bergerak menjauhi tempat pertemuan Kumala dan Ekapaksi itu. Karena munculnya dari balik perbukitan, maka Ekapaksi tak perlu mengejar, karena ia yakin sinar itu bukan datang dari pihak lawan. "Dewa siapa yang pergi itu?" Azoma bertanya lirih tak ditujukan pada siapa pun kecuali pada diri sendiri. Tapi dijawab pula oleh Ekapaksi dengan suara pelan. "Dilihat dari kecerahan warna birunya, sepertinya dia panglima kita, Zom." "Dewa Ardhitaka maksudmu? Ah, sinar birunya tidak secerah itu kok. Ya, kan?" ia berpaling pada Hasta. "Kalau beliau sedang gusar memang begitu warna sinarnya," sahut Kumala, membuat kedua anak buah Ekapaksi tertegun memandangnya, sementara Ekapaksi tersenyum tipis, terkesan meremehkan pendapat Kurnala tadi. "Kalau kau masih berada di sini, sebaiknya jangan sok tahu." Kumala mau menyangkal, tapi sudah didului suara Azoma. "Eh, dia kembali lagi! Lihat itu..." "Iya, dia menuju kemari," timpal Hasta. Mereka menunggu dengan rasa ingin tahu. Sinar biru itu meluncur cepat ke arah mereka. Pada jarak tertentu sinar tersebut pecah dan padam. Blaab... ! Lalu, tampaklah seraut wajah tua berjubah putih dan mengenakan ikat kepada dari kain putih sederhana. Dari raut wajahnya Kumala sangat mengenalinya, sementara Ekapaksi dan kedua anak buahnya segera membungkuk sarnbil rnenyilangkan tangan kanan di dada-. Begitulah cara mereka memberi penghormatan kepada yang lebih senior. "Paman Ardhitaka . .. ?!" sebut Kumala sambil tersenyum dengan sedikit membungkukkan badan, tapi tak sampai menukik seperti yang dilakukan Ekapaksi dan anak buahnya. "Syukurlah kau sudah berada di sini, Kumala Dewi," ujar sang dewa senior, Dewa Bencana. Dialah komandan pasukan wilayah perbatasan. Praktis dia sebagai atasannya Ekapaksi. Oleh sebab itu, Ekapaksi dan anak buahnya bersikap sangat hormat menyambut kedatangan Dewa Ardhitaka yang kali ini mengenakan pakaian serba putih. Ekapaksi sempat berdebar-debar cemas ketika mendengar Kumala menyapa Dewa Ardhitaka dengan sebutan paman, dan dengan tetap berdiri tenang, bahkan wajahnya berseri-seri. Lalu, debar-debar yang dialami Ekapaksi bertambah kuat dengan kecemasan semakin membuat kakinya gemetar setelah Dewa Ardhitaka menyebut nama Kumala Dewi tanpa keraguan lagi. "Mati aku! Kalau begitu, dia memang benar Kumala Dewi," keluh hati Ekapaksi sambil menelan ludahnya sendiri. "Paman, kenapa kali ini Paman mengenakan pakaian serba putih? Tumben amat?" sambil Kumala memandangi dari jarak cukup dekat. "Ketahuilah, Kumala... Nathalaga sekarang sedang marah, karena si Bahakara atau Dewa Jenaka belum pulang juga, padahal dia mendapat tugas untuk menjemputmu " "Ya, aku sudah mendengar ceritanya dari Azoma baru saja tadi, Paman," seraya Kumala menunjuk Azoma yang segera grogi dan salah tingkah. Dia tak menyangka namanya akan disebutkan oleh Kumala. Sementara itu, Kumala pun menjelaskan secara garis besar tentang peristiwa yang membuat dirinya terpisah dari Dewa jenaka, dan sampai sekarang belum berhasil bertemu dengan Dewa Penabur Tawa itu. "Akibat dati keterlambatan ini," kata Dewa Ardhitaka, "Kakang Nathalaga akan menjatuhkan hukuman berat kepada si Bahakara, jika nanti Bahakara sudah kembali." "Itu tidak adil, Paman. Sebab ..." "Aku juga sependapat begitu. Tapi, soal itu akan kupikirkan nanti saja. Sekarang yang perlu kau ketahui adalah... Nathalaga menunjukku untuk menggantikan tugasnya Bahakara, yaitu menjemput dirimu dalam waktu hanya satu hari menurut hitungan bumi! Hanya satu hari!" 'Paman menyanggupi?" "Kalau aku menolak tugas itu, Nathalaga semakin murka. Dikhawatirkan akan merusak kedamaian di Kahyangan. Oleh sebab itu, aku menyanggupi tugas tersebut. Tetapi lagi-lagi si Dewa Perang itu memberi ancaman yang memberatkan bagiku." "Ancaman apa, Paman?" "Kalau aku gagal menjemputmu atau terlambat membawamu ke Balai Sidang, maka hukuman yang akan kuterima adalah.... Hukuman mati!" "Ya, ampuuun... segitu marahnya Eyang Nathalaga, ya?!" gumam Kumala, lalu geleng-geleng kepala sambil berdecak. "Oleh sebab itu, aku mengenakan pakaian serba putih ini sebagai tanda bahwa Au sedang berada di ambang kematian. Sebab ketika aku menerima tugas itu, aku sendiri belum yakin akan berhasil menjemputmu. Bertemu denganmu pun itu belum bisa kupastikan. Tapi.... Dewa Ardhitaka menarik napas panjang. la berkata lagi, "Tapi, sekarang aku merasa tidak berada di ambang kematian, karena tak disangka-sangka ternyata kau sudah berada di wilayah Kahyangan, dan sedang bercanda, dengan Perwira Mudaku ini, ya? Bagus, bagus, bagus... !" Dewa Ardhitaka menepuk-nepuk pundak Ekapaksi. Sang Perwira Muda sangat tidak enak hati karena disangka sedang bercanda dengan Kumala, sementara Kumala Dewi hanya bisa menarik napas,mernendam rasa kesal, Sebenarnya isa ingin mengadukan sikap Ekapaksi terhadapnya sejak tadi, tapi keinginan itu segera disingkirkan jauh-jauh, mengingat ada persoalan besar yang membentang di depan matanya, yaitu penobatan dirinya sebagai Manggalayudha atau Senopati Perang dari Kahyangan. Paman, dulu aku pernah memberi tanda di telapak tangan Paman, bukan?" "Ya, sampai sekarang masih ada. ," Dewa Ardhitaka menunjukkan telapak tangannya yang mempunyai tato gambar naga hijau. Kecil. Siapa pun yang diberi tato seperti itu oleh Kumala, berarti dia harus dibebaskan dari hukuman apapun. Ketentuan tersebut konon sudah tertulis dalam KUHK, Kitab. UndangUndang Hukum Kahyangan. Dulu memang Dewa Ardhitaka pernah mendapat tato bebas hukuman dari Kumala, Baca serial Dewi Ular dalam episode "BULAN BERDARAH". Dewa Ardhitaka berkata kepada Ekapaksi dan anak buahnya. "Siapa yang mendapat tato ini dari Dewi Ular, maka ia dibebaskan dari segala hukuman. Tapi hanya berlaku untuk tugas yang sedang dikerjakan pada saat itu. Bukan berlaku selamanya." Ekapaksi manggut-manggut, semakin malu kepada Kumala. "Sekarang mana tangannya yang satu lagi, Paman. Coba aku lihat sebentar." "Untuk apa?" Dewa Ardhitaka menyodorkan tangan yang satunya dengan ragu dan heran. "Mau apa kau periksa tanganku yang tidak bertato ini, Kumala?" Kumala tersenyum-senyum. Telapak tangan itu diperhatikan. Dan, tiba-tiba dari jari tangan Kumala keluar sinar hijau kecil yang sangat cepat gerakannya. Claaap ! Dewa Ardhitaka terkejut, menarik tangannya dengan cepat pula. Tapi tangan itu segera dilihatnya kembali. Ternyata telapak tangan yang semula kosong, sekarang sudah ada tato baru. Tato gambar naga kecil warna hijau. Tato itulah sebenarnya jawaban dari pertanyaan Dewa Ardhitaka tadi. Sang Dewa berkerut dahi tajam sekali. "Apa maksudmu memberikan satu tato lagi padaku, Kumala?" "Supaya Paman Ardhitaka bebas dari hukuman mati." "Oh, Kumala, Kumala... rupanya kamu belum paham, ya? Tugasku bukan mencari tanda bebas hukuman, tapi menjemputmu dan membawamu menghadap Dewa Perang, biar dinobatkan dengan upacara agung Kahyangan sebagai Senopati Perang! Nantinya kau harus berhadapan melawan anaknya Dewa Kegelapan yang memiliki kesaktian sangat membahayakan pihak Kahyangan maupun kehidupan di muka bumi, yaitu Athila Darapura! Ngerti?!" "O, ya, aku sangat mengerti, Paman. Tapi tolong sampaikan kepada. Eyang Nathalaga, aku menolak penobatan itu!" "Apa ... !!! " "Hahh ... !! " Dewa Ardhitaka dan Ekapaksi dengan kedua anak buahnya, sama-sama tercengang kaget mendengar pernyataan tegas Kumala. "Kamu menolak penobatan itu, Kumala?!" "Ya Paman. Aku tidak suka diagung-agungkan." "Itu bukan mengagungkan kamu, tapi meresmikan kamu sebagai senopati perang kami!" "Aku nggak butuh jabatan resmi kayak gitu, Paman. Aku datang kemari semula hanya ingin menyelamatkan Rayo dari kehamilannya, dan membantu paman Dewa Jenaka agar tak kena sangsi hukurnan atas tugasnya. Tapi aku tidak tahu kalau akan dinobatkan sebagai Manggalayudha atau Senopati Perang. Kalau aku tahu akan ada upacara agung dan pesta penobatan besar-besaran, aku tidak akan datang, Paman. Aku tidak akan nekat menyeberangi Parit Neraka itu dan berselisih dengan Ekapaksi." Dewa Ardhitaka terbengong dengan mulut melompong. Ekapaksi dan kedua anak buahnya hanya bisa saling pandang tanpa suara. Mereka tak menyangka bahwa Kumala akan menolak mentah-mentah acara bergengsi itu. "Paman, sampaikan salamku kepada semua yang ada di Balai Sidang nanti. Katakan, bahwa tanpa penobatan seperti itu, aku tetap maju sebagai senopati perang jika Khayangan diserang Laskar Iblisnya si Lokapura. Dan, satu hal lagi... tanpa penobatan resmi begitu, aku tetap akan tampil sebagai lawan utamanya si Athila Darapura. Setinggi apapun kesaktian anak itu, kalau dia akan merusak kehidupan di bumi dan di Kahyangan, maka akulah yang akan maju menghadapinya, Paman." Semua masih diam tertegun. Terkesima oleh perkataan tegas dari bidadari cantik jelita itu. "Nah, cuma itu pesanku untuk Para leluhurku, Paman. Tolong sampaikan segera. Terima kasih. Selamat tinggal, Paman Ardhitaka... Selamat tinggal Ekapaksi, Azom dan Hasta... Damai sejahtera menyertai hidup kalian dimana saja." Claaap... !' Tiba-tiba. Kumala Dewi berubah menjadi seberkas sinar hijau berbentuk seperti naga kecil. Sinar hijau itu melesat dengan kecepatan melebihi cahaya Melintasi Parit Kematian tanpa mengalami luka apapun. Kemudian lenyap dan pandangan mereka. Sang senopati harus segera pergi, karena masih banyak kasus yang harus ditangani kehamilan Rayo Pasca. Jika ternyata Dewa Jenaka hilang entah kemana dan tak ditemukan lagi, lalu apa yang harus dilakukan Kumala untuk menyelamatkan kekasihnya dari kehamilan bayi titipan itu? SELESAI Episode Selanjutnya Terjerat Asmara Mistik - menjawab pertanyaan pemuda itu. Ia melangkah keluar dan melihat betapa Siangkoan Tek sudah berganti pakaian baru dan nampak tampan sekali pagi itu. Ketika bertemu pandang, Hwe Li menundukkan mukanya dan ia membiarkan saja ketika tangannya dipegang dan digandeng oleh Siangkoan Tek. "Kita makan di ruangan belakang," kata pemuda itu dan Hwe Li hanya menurut saja digandeng menuju ke ruangan belakang. Hidangan untuk makan pagi ternyata telah disiapkan. Siangkoan Tek lalu membimbingnya duduk menghadapi meja dan mereka lalu makan pagi. Kalau Siangkoan Tek makan pagi dengan penuh semangat dan tampak gembira sekali, sebaliknya Hwe Li makan dengan lambat. sampai saat itu ia masih merasa bingung sekali. sebagian dari perasaannya mendorongnya untuk menyambut uluran hati pemuda itu, akan tetapi sebagian lagi masih sangsi. DewiKZ 176 Baru saja mereka selesai makan, terdengar ribut-ribut dan derap kaki banyak kuda di luar kuil. Dua orang anak buah bergegas masuk dan melaporkan dengan suara gemetar, Tiraikasih Website "Kongcu, tempat kita diserbu banyak sekali perajurit. Kita telah dikepung dari semua penjuru" Tentu saja Siangkoan Tek merasa terkejut. "Siapkan semua anak buah. Lawan mati-matian" perintahnya. Dua orang itu cepat pergi dan Siangkoan Tek lalu bertanya kepada Hwe Li, "Hwe Li, bagaimana Kim-liong-pang dapat mendatangkan pasukan pemerintah?" "Ini tentu perbuatan suheng Lai Siong Ek. Dia adalah putera jaksa di Pao-ting dan tentu ayahnya yang mengerahkan pasukan dengan maksud untuk menolong aku, Tek-ko. Karena itu, sebaiknya engkau menyerah. Akulah yang akan menanggung agar engkau tidak dihukum. Akan kuceritakan bahwa engkau memperlakukan aku dengan baik sekali." Akan tetapi Siangkoan Tek cepat memegang tangan Hwe Li dan dia pun berkata, suaranya tegas, "Mari kita melihat keluar" DewiKZ 177 Setelah mereka tiba di luar kuil, Siangkoan Tek melihat anak buahnya telah terlibat dalam pertempuran yang tidak seimbang melawan puluhan orang perajurit, bahkan mungkin ada seratus orang perajurit yang sudah mengepung kuil itu. sekali pandang saja maklumlah Siangkoan Tek bahwa tidak mungkin anak buahnya menang, dan kalau terlambat akan sukar pulalah dia untuk dapat melarikan diri dari kepungan sekian banyak prajurit. Maka, secepat kilat dia menotok pundak Hwe Li yang menjadi lemas dan dia lalu memanggul tubuh gadis itu ke atas pundak kirinya dan setelah mencari bagian yang agak lemah penjagaannya atau kepungan para perajurit itu, yaitu di sebelah kiri, dia lalu melompat ke situ dan dengan pedangnya dia merobohkan setiap perajurit yang berani menghadangnya. Tiraikasih Website -oo0dw0oo- Jilid 06 "LEPASKAN Sumoi" terdengar bentakan dan ternyata Lai Siong Ek sudah berada di situ dan menyerang Siangkoan Tek dengan pedangnya. "Trang-tranggg......" Dua kali pedang siong Ek bertemu dengan pedang Siangkoan Tek dan pedang di tangan Siong Ek terpental. Dua orang perwira pasukan datang membantunya. Akan tetapi mereka tidak berani menyerang dengan serampangan karena Siangkoan Tek memanggul tubuh Hwe Li, khawatir kalau serangannya mengenai tubuh gadis itu. Kesempatan ini dipergunakan oleh Siangkoan Tek untuk melompat jauh dan dia melarikan diri dengan cepat. Siong Ek dan dua orang perwira, diikuti oleh belasan orang perajurit mengejar, akan tetapi mereka ini kalah jauh dalam hal lari cepat oleh Siangkoan Tek sehingga sebentar saja pemuda itu sudah lenyap ke dalam hutan lebat. Siangkoan Tek masuk ke dalam semak belukar dan agar dia tidak terganggu oleh berat badan Hwe Li, dia membebaskan totokannya pada gadis itu. "Sstt, jangan mengeluarkan suara, Li-moi. Kalau kita ketahuan, terpaksa aku akan membunuh suhengmu itu" DewiKZ 178 Hwe Li menjadi serba salah, kalau ia menjerit, tentu mereka akan dikepung dan la tidak ingin melihat Siangkoan Tek dikeroyok sampai tewas. Akan tetapi kalau ia diam saja, ia akan dibawa pergi oleh pemuda itu Ia merasa serba salah dan ia pun diam saja, akan tetapi kedua matanya menjadi basah, apalagi ketika ia mendengar teriakan ayahnya, Tiraikasih Website "Kejar dan cari sampai berhasil ditemukan" Demikian terdengar suara souw Can yang juga ikut datang bersama semua anak buah Kim-liong-pang. Setelah para pencari itu lewat, Siangkoan Tek lalu menarik tangan Hwe Li dan diajaknya gadis itu lari ke lain jurusan. Akhirnya mereka meninggalkan bukit itu. Siangkoan Tek tidak mempedulikan lagi keadaan anak buahnya yang terbasmi oleh pasukan yang menyerbu kuil itu. Mereka sudah jauh meninggalkan para pengejarnya dan tiba di sebuah padang rumput. "Kenapa engkau berhenti Li-moi? Kita lanjutkan perjalanan menjauhi bukit agar tidak dapat dikejar lagi." Tempat itu sunyi, jauh dari pedusunan dan Hwe Li memandang ke sekelilingnya. "Tek-ko, aku akan kembali ke rumah orang tuaku." "Kenapa, Li-moi? Bukankah engkau sudah ikut denganku melarikan diri?" "Akan tetapi ke mana engkau hendak membawaku pergi, Tek-ko? Aku takut, orang tuaku tentu akan mencariku. Aku harus pulang" Hwe Li membalikkan tubuhnya dan hendak berlari kembali ke bukit itu agar dapat pulang ke Pao-ting. Akan tetapi Siangkoan Tek dengan sekali lompatan sudah menghadang di depannya. "Li-moi, dalam keadaan seperti ini engkau hendak meninggalkan aku? Bukankah kita sudah menjadi sahabat baik? Dan engkau belum menjawab pertanyaanku kemarin. Maukah engkau mempererat lagi hubungan persahabatan klta dan menjadi kekasihku?" DewiKZ 179 Wajah Hwe Li berubah merah dan ia menjadi serba salah. Jelas bahwa pemuda ini bukan perampok. dan buktinya juga tidak membela para perampok ketika diserbu Tiraikasih Website pasukan. Akan tetapi, ia masih tetap sangsi walaupun ia tertarik sekali kepadanya. Akan mudah sekali untuk jatuh cinta kepada pemuda seperti Siangkoan Tek. akan tetapi hatinya masih diliputi keraguan. –dewi-kz- Apakah ayahnya akan dapat menerima pemuda ini sebagai calon suaminya kalau mengetahui bahwa pemuda ini yangpernah memimpin gerombolan perampok merampas dua buah kereta? Tentu Lai siong Ek akan mengenalnya. "Aku.. aku tidak tahu, Tek-ko...." jawabnya lirih. "Li-moi, aku cinta padamu.." Siangkoan Tek merangkul lalu mencium wajah yang cantik itu. semula Hwe Li mandah saja dan tenggelam ke dalam kemesraan, akan tetapi ia lalu teringat bahwa ia bukan tunangan pemuda itu, maka ia meronta. Apalagi ketika tangan Siangkoan Tek meraba-raba dengan berani. ia meronta sehingga terlepas dari rangkulan pemuda itu. "Jangan, Tek-ko....jangan......" "Li-moi, aku tahu bahwa engkau juga mencintaiku" kata Siangkoan Tek yang meraih kembali dan merangkul gadis itu. Hwe Li meronta dan pada saat itu terdengar bentakan halus dan nyaring, "Lepaskan gadis itu" DewiKZ 180 Mendengar bentakan suara wanita ini, Siangkoan Tek melepaskan rangkulannya dari tubuh Hwe Li dan cepat membalikkan tubuhnya. Dia melihat bahwa yang membentak tadi adalah seorang gadis yang cantik jelita dan yang berdiri tegak dengan sepasang mata mencorong marah. Pakaian gadis itu berkembang cerah dan wajahnya cantik sekali. Wajah itu berbentuk bulat telur, mulutnya kecil dengan bibir mungil merah membasah. Hidungnya mancung dengan ujungnya agak menjungat ke atas, nampak lucu menantang. Di kedua ujung mulutnya tampak lesung pipit yang manis. sebatang pedang tergantung Tiraikasih Website dipunggung dan di pinggangnya terselip sebatang suling membuat ia selain nampak cantik jelita juga gagah perkasa. Terutama sekali matanya yang mencorong itu, sungguh berwibawa. Dan seketika Siangkoan Tek teringat akan gadis ini dan wajahnya berseri. Dia segera mengenal wajah ini. "Kau. kau. Nona Lee Cin murid Ang-tok Mo-li.... Ah, sudah lama aku mencarimu, adik manis" "Hemm, Siangkoan Tek. engkau manusia jahanam. Di mana-mana engkau mengejar gadis-gadis cantik. Aku tidak mempunyai urusan denganmu, kecuali untuk menghajarmu. Ada urusan apa engkau mencariku?" "sejak pertemuan kita dahulu, aku selalu teringat kepadamu, Cin-moi. siang malam aku teringat kepadamu. Marilah ikut aku pulang ke Pulau Naga. Ayahku juga setuju kalau engkau menjadi.." "Tutup mulutmu yang kotor" Bentak Lee Cin dan secepat kilat ia sudah menyerang pemuda itu. Tangan kanannya meluncur seperti seekor ular yang mematuk ke arah leher pemuda itu. DewiKZ 181 Siangkoan Tek maklum benar betapa lihainya gadis ini, maka dia pun tidak berani main-main dan sudah mencelat ke belakang untuk menghindarkan serangan itu. Akan tetapi Lee Cin tidak memberi kesempatan lagi kepadanya untuk banyak cakap karena gadis itu sudah menyerang lagi, lebih hebat kini karena ia mainkan jurus ampuh dari Ang-coa-kun silat Ular Merah yang ia warisi dari gurunya atau juga ibunya. serangan ini ampuh sekali. Bukan saja kuat dan cepat, akan tetapi ilmu pukulan ini juga mengandung hawa beracun yang amat berbahaya. Menghadapi serangan yang datangnya bertubi ini, Siangkoan Tek segera terdesak. Dia maklum akan bahaya yang mengancamnya, maka dia meraba punggungnya dan di lain saat dia telah mencabut Tiraikasih Website sebatang pedang yang berkilauan saking tajamnya. Dengan pedang ini dia membalas serangan Lee Cin sampai tiga kali berturut-turut. Lee Cin juga sudah tahu bahwa lawannya adalah putera Datuk Besar dari timur, maka ia cepat mengelak tiga kali sambil berlompatan mundur. Ketika ia maju kembali, ia sudah memegang Ang-coa-kiam. "Trang-cring-trang....." berkali-kali kedua pedang itu bertemu di udara dan bunga api berpijar ketika dua pedang yang sama kuatnya ini berbenturan. Keduanya segera terlibat dalam perkelahian pedang yang amat seru. sementara itu, sejak tadi Hwe Li memandang dengan mata terbelalak. Bermacam perasaan teraduk dalam hatinya. Jantungnya masih berdebar kalau ia teringat akan ciuman-ciuman yang diterimanya dari Siangkoan Tek tadi. Masih terasa hangatnya ciuman itu. Dan hatinya terasa panas sekali ketika mendengar betapa pemuda itu seolah-olah tergila-gila kepada gadis cantik yang kini bertanding dengan Siangkoan Tek. la merasa cemburu. Akan tetapi kenyataan bahwa gadis itu datang untuk menolongnya, membuatnya menjadi ragu. kemudian ia melihat betapa gadis itu lihai sekali dan seolah mendesak Siangkoan Tek dengan pedangnya yang menjadi gulungan sinar merah. Timbul rasa khawatir dalam hati Hwe Li, Jangan-jangan Siangkoan Tek akan kalah dan terluka, atau terbunuh. Mendadak ada dorongan dari dalam hatinya, dan ia lalu mencabut pedangnya dan melompat maju menyerang Lee Cin, membantu Siangkoan Tek. DewiKZ 182 "Eh.....??" Lee Cin terkejut dan merasa heran sekali ketika melihat betapa gadis yang ditolongnya itu tiba-tiba membantu Siangkoan Tek mengeroyoknya. Biarpun ilmu pedang gadis itu tidak sehebat ilmu pedang Siangkoan Tek. akan tetapi kepandaian gadis itu sudah cukup tinggi Tiraikasih Website sehingga Lee cin segera terdesak ketika dikeroyok dua. juga ia ragu-ragu untuk melukai gadis yang tidak dikenalnya itu. Maka ia lalu memutar pedangnya dengan cepat untuk melindungi dirinya. Ingin ia membunuh Siangkoan Tek yang ia tahu merupakan seorang pemuda mata keranjang, cabul dan jahat. Akan tetapi dengan majunya Hwe Li, Lee Cin tidak melihat kesempatan untuk merobohkan Siangkoan Tek, bahkan sebaliknya ia menjadi terdesak sekali. Ia merasa jengah sendiri kalau mengingat betapa ia tadi hendak menolong gadis itu, padahal kenyataannya gadis itu sama sekali tidak membutuhkan pertolongan. Gadis itu tidak dipaksa atau terancam oleh Siangkoan Tek. sebaliknya malah, gadis itu kini membantu pemuda itu yang menunjukkan bahwa gadis itu bersahabat erat dengan Siangkoan Tek. Dan kini malah ia yang terancam bahaya. Kalau tidak disudahi perkelahian itu, akhirnya ia tentu akan terkena senjata lawan. Berpikir demikian, Lee Cin lalu menyerang dengan hebat ke arah Hwe Li yang membuat gadis ini terpaksa meloncat mundur ke belakang dan kesempatan itu dipergunakan oleh Lee cin untuk melompat jauh dan melarikan diri secepatnya. Ia pikir bahwa yang akan mampu mengejarnya hanya Siangkoan Tek dan belum tentu gadis itu mempunyai ilmu meringankan tubuh yang dapat menandinginya sehingga dapat mengejarnya. Kalau hanya Siangkoan Tek yang mengejar sendiri, setelah jauh ia akan menghadapi pemuda jahat itu. DewiKZ 183 Akan tetapi Siangkoan Tek adalah seorang pemuda yang cerdik. Dia tidak terpancing dan tidak melakukan pengejaran. Untuk apa mengejar Lee Cin kalau hal itu bahkan akan membahayakan? Dia mendapat kenyataan betapa Lee Cin bahkan lebih lihai daripada dahulu. Biarlah, sekali ini dia terpaksa membiarkan Lee Cin kabur, akan tetapi lain kali dia harus berusaha untuk dapat menangkap Tiraikasih Website Lie Cin. Hanya gadis itu yang dia anggap pantas untuk menjadi isterinya. "Tek-ko." Siangkoan Tek memutar tubuhnya, memandang Hwe Li sambil tersenyum dan menyimpan pedangnya. Gadis itu sudah menyimpan pedangnya dan kini memandang kepadanya dengan marah "Li-moi, terima kasih. Engkau telah membantuku" "Tek-ko, siapakah gadis itu?" tanya Hwe Li sambil cemberut karena hatinya dicekam cemburu. "Ah, ia? la bernama Lee Cin, dan ia murid seorang tokoh besar dunia persilatan yang berjuluk Ang-tok Mo-li. Ilmu kepandaiannya hebat, akan tetapi dengan bantuanmu, kita dapat mendesaknya dan kalau ia tidak melarikan diri, kita tentu akan dapat merobohkannya. " "Hemm, kalau dapat merobohkannya selanjutnya akan kau apakah?" "Ia? Ah.. akan kubunuh tentu saja" "Benarkah itu? Aku tadi mendengar betapa engkau selalu teringat kepadanya Tek-ko, engkau.. engkau cinta kepadanya" "Hushh...., engkau ngawur, Li-moi. Kalau aku mencintanya, mengapa kami bertanding mati-matian? Aku memang selalu teringat kepadanya karena diantara kami pernah terjadi permusuhan" "Akan tetapi engkau bilang tadi bahwa kalau ia mau ikut denganmu ke Pulau Naga, ayahmu akan....." DewiKZ 184 "Akan memaafkan kesalahannya dan menyudahi permusuhan antara kami. Ia lihai sekali, tidak enak bermusuhan dengan lawan selihai itu, maka aku Tiraikasih Website membujuknya untuk menghabisi permusuhan. Jangan menyangka yang tidak-tidak, Li-moi. Aku hanya mencinta engkau seorang" setelah berkata demikian, Siangkoan Tek lalu merangkul dan menciumi gadis itu Hwe Li seperti mabok dan membiarkan dirinya dibelai dan ia hanya memejamkan matanya dan tenggelam ke dalam rangkulan Siangkoan Tek. Kita tinggalkan dahulu Hwe Li yang tenggelam ke dalam lautan nafsu berahi, terbakar oleh berahi Siangkoan Tek dan gadis yang kurang pengalaman hidup dan yang memiliki pandangan sempit itu terbuai dan pasrah saja ke tangan pemuda yang menarik hatinya dan yang dianggapnya sebagai manusia terbaik di dunia ini. Lee Cin melarikan diri dan ia mengerutkan alisnya, hatinya merasa penasaran sekali melihat sikap gadis yang ditolongnya itu. Kalau tidak ada gadis itu yang membantunya, ia hampir yakin akan dapat membunuh pemuda jahat itu Ia teringat betapa dahulu, dua tahun yang lalu, ia bertemu dengan Siangkoan Tek dan ayahnya, Siangkoan Bhok. Ia bertanding dengan mereka Can akhirnya tertotok roboh oleh dayung Siangkoan Bhok yang lihai. Ketika itu, Siangkoan Tek membawanya ke balik semak-semak dan hendak memperkosanya, dibiarkan saja oleh ayah pemuda itu. Untung baginya, pada saat yang amat gawat itu Ia tertolong oleh Thio Huisan murid In Kong Thaisu. baca Kisah Gelang Kemala. DewiKZ 185 Karena amat membenci Siangkoan Tek. setelah peristiwa itu, ia mengambil keputusan untuk membunuh pemuda itu apabila bertemu kembali. Ketika melihat Hwe Li meronta- ronta dalam pelukan Siangkoan Tek. Lee Cin mengira bahwa pemuda itu hendak memperkosanya maka ia lalu membentak dan turun tangan menyerang Siangkoan Tek. Tiraikasih Website Akan tetapi siapa kira, setelah ia mulai mendesak Siangkoan Tek. gadis itu terjun dalam perkelahiun dan malah membantu Siangkoan Tek mengeroyoknya. Padahal ia beranggapan bahwa ia telah menyelamatkan gadis itu dari tangan Siangkoan Tek yang hendak memperkosanya. Benar-benar membuat ia penasaran sekali. Kalau dulu, di waktu ia masih berada di bawah bimbingan gurunya atau ibu kandungnya, Ang-tok Mo-li, ia tidak akan lari menghadapi perkelahian. Biarpun ia terdesak oleh keroyokan dua orang, dahulu seperti gurunya ia tidak pernah mengenal takut, tidak pernah mau mundur apalagi melarikan diri. Ia tentu akan kembali lagi dan menggunakan segala daya, kalau perlu memanggil ular-ularnya, untuk membalas dan berhasil membunuh Siangkoan Tek. Akan tetapi semenjak ia tinggal bersama ayah kandungnya dan menerima bimbingan ayahnya, ia mendapat banyak nasihat dan di antaranya, agar ia tidak sembarangan membunuh orang dan tidak menjadi nekat walaupun keadaannya kalah kuat. Tidak suka melarikan diri walaupun sudah terhimpit dan kewalahan, bukan sikap seorang yang gagah perkasa, melainkan perbuatan orang bodoh yang sama seperti ingin mati konyol atau membunuh diri sewaktu ada kesempatan, orang harus menyelamatkan diri lebih dulu, membebaskan diri dari ancaman maut agar dapat bertindak lebih jauh. DewiKZ 186 Bagaimana Lee Cin tiba-tiba dapat muncul di situ bertemu dengan Siangkoan Tek dan Hwe Li? Gadis ini melakukan perjalanan bersama Thio Hui san, menuju ke Kwi-su di mana terdapat kuil siauw-lim-si. Kebetulan sekali ketika mereka tiba di kuil itu, Hui sian Hwesio sedang berada di situ sehingga Lee cin dapat menghadap wakil ketua siauw-lim-pai ini dan menyampaikan pesan ayahnya kepada Huisan Hwesio. Tiraikasih Website Ketika itu, Hui sian Hwesio sedang duduk dengan in Kong Thaisu, ketua siauw-lim-pai. Mendengar pesan Souw Tek Bun yang disampaikan Lee Cin bahwa bengcu ini mengundurkan diri, kedua orang hwesio itu mengerutkan alisnya. "omitohud....." kata Hui sian Hwesio. "Akan tetapi mengapa ayahmu Souw Tek Bun hendak mengundurkan diri sebagai bengcu? Padahal menurut pinceng saya, pada waktu ini tidak ada orang lain yang lebih pantas untuk menjadi bengcu. Kenapa ada keputusan yang tiba-tiba ini?" "Ayah mengambil keputusan ini setelah dia terluka oleh pukulan seseorang yang menggunakan pukulan telapak tangan hitam dan pukulan merontokkan jalan darah." "omitohud.. siapa yang melakukan pukulan keji itu?" In Kong Thaisu berkata sambil merangkap sepuluh jari tangannya ke depan dada. "Teecu murid tidak tahu, juga Ayah tidak tahu karena penyerang itu berkedok hitam. Teecu berhasil menyelamatkannya dengan totokan-totokan it-yang-ci dan Ayah sudah minum obat pembersih darah. Akan tetapi Ayah masih harus menggunakan waktu sedikitnya sebulan untuk memulihkan tenaganya." Hui sian Hwesio mengerutkan alisnya. "Apakah hanya karena serangan itu souw Bengcu hendak mengundurkan diri? setiap orang pendekar selalu tentu menghadapi bahaya serangan musuh-musuh dari golongan sesat, bukan hanya kalau menjadi bengcu saja. Alasan souw Bengcu hendak mengundurkan diri sungguh tidak kuat dan tidak masuk akal." DewiKZ 187 "susiok, Ayah sama sekali bukan hendak mengundurkan diri karena takut menghadapi musuh. Akan tetapi ada suatu hal yang meresahkan hati Ayah, yaitu kalau dia dianggap Tiraikasih Website sebagai bengcu antek Kerajaan Mancu. Karena dia diangkat bengcu dengan restu dari Kerajaan Mancu, maka para patriot dan pendekar yang anti penjajah tentu akan memusuhinya dan Ayah tidak senang kalau dia hares bermusuhan dengan para patriot karena dalam sudut hati Ayah sendiri, dia tidak suka kepada penjajah Mancu." "omitohud..., kiranya itukah sebabnya?" kata Hui sian Hwesio. "Kalau itu alasannya, sungguh masuk akal. Akan tetapi karena souw- bengcu menjadi bengcu setelah dipilih semua pihak. maka tidak bisa dia meletakkan kedudukan begitu saja. Dia harus mengundurkan diri di depan semua pihak dan mengingat bahwa pada bulan lima semua orang gagah kami undang ke Hong-san untuk mengadakan rapat membicarakan gerakan orang-orang gagah dipantai timur yang terbujuk orang-orang Jepang untuk mengadakan pemberontakan, maka sekalian ayahmu mengajukan pernyataan berhenti menjadi bengcu dalam rapat besar itu." "Kalau begitu halnya, sebaiknya kalau susiok mengutus suheng Thio Hui san memberi kabar kepada Ayah, karena saya hendak melanjutkan perjalanan saya untuk mencarisi Kedok Hitam yang telah melukai ayah. Mohon petunjuk kepada suhu dan susiok, siapakah kira-kira si Kedok Hitam yang masih muda dan yang menggunakan pukulan penghancur jalan darah yang bertapak tangan hitam itu?" Dua orang hwesio itu saling pandang, kemudian in Kong Thaisu menoleh kepada Thio Hui san. "Hui san, engkau yang banyak berkelana di dunia kang-ouw, apakah engkau tidak dapat menduga siapa orang yang memiliki ilmu tapak tangan hitam penghancur jalan darah seperti itu?" tanyanya sambil menatap wajah muridnya. DewiKZ 188 "Teecu teringat bahwa memang ada sebuah keluarga yang namanya terkenal di dunia kang-ouw dengan ilmu silat tangan kosong mereka. Keluarga itu adalah keluarga Tiraikasih Website Cia yang tinggal di Hui-cu, di kaki Bukit Lo-sian Dewa Tua. Keluarga itu terkenal sekali dengan ilmu tapak tangan hitam mereka. Akan tetapi tokoh-tokohnya telah meninggal dunia dan yang tinggal hanya seorang nenek. Kabarnya Nenek Cia ini yang mewarisi semua ilmu keluarga cia. selanjutnya teecu tidak tahu, suhu." "Hemm, keluarga Cia di Hui-cu kaki Bukit Lo-sian?" Lee Cin menyambung sambil mengerutkan alisnya. "Biarpun petunjuk itu samar dan mungkin keluarga Cia sama sekali tidak ada hubungannya dengan si Kedok Hitam, akan tetapi baik juga kalau aku menyelidiki ke sana, suheng." "Memang sebaiknya begitu, Lee Cin. Akan tetapi ingat, engkau hanya menyelidiki saja, jangan sampai terjadi kesalah-pahaman sehingga engkau menjadi bermusuhan dengan keluarga itu. Jangan sekali- kali mudah menuduh orang sebelum engkau melihat buktinya. Eh, Hui san- keluarga Cia itu termasuk golongan apakah? Mudah-mudahan mereka bukan golongan sesat," kata In Kong Thaisu. "Sama sekali bukan, suhu. Menurut yang teecu dengar, keluarga itu malah terkenal sebagai keluarga yang menentang kejahatan, keluarga yang gagah perkasa akan tetapi tidak suka menonjolkan diri di dunia kang-ouw sehingga tentang mereka, tidak banyak orang mengetahuinya," jawab pemuda itu. DewiKZ 189 Setelah menerima banyak nasihat dari in Kong Thaisu, Lee Cin lalu meninggalkan kuil siauw-lim-si untuk melanjutkan perjalanannya. Kini tugasnya ada dua. Pertama, menyelidiki keluarga Cia dan kedua, mencari ibunya dan membujuk ibunya agar suka berbaik kembali dengan ayahnya. Tiraikasih Website Sementara itu, Hui san juga meninggalkan kuil siauw-lim-si untuk memberi kabar kepada souw- bengcu tentang rapat pertemuan yang akan diadakan di Hong-san, tempat tinggal souw- bengcu. dalam hatinya, pemuda ini merasa kecewa bahwa dia harus melakukan perjalanan seorang diri. Alangkah beda rasanya melakukan perjalanan seorang diri dengan berjalan bersama Lee Cin. Dia tahu bahwa dia sudah jatuh cinta untuk kedua kalinya kepada Lee cin. Demikianlah, ketika melakukan perjalanan menuju ke kota Hui-cu di kaki Bukit Lo-sian, di tengah perjalanan Lee Cin bertemU dengan Siangkoan Tek dan souw Hwe Li. sama sekali ia tidak pernah mimpi bahwa antara ia dan Hwe Li terdapat tali persaudaraan yang tidak begitu jauh. Mereka berdua sama-sama bermarga souw dan souw Tek Bun masih terhitung saudara sepupu dari souw can, sungguhpun keduanya sejak muda sekali tidak pernah lagi saling berhubungan. Kalau saja ia mengetahui, tentu tidak begitu mudah ia membiarkan Hwe Li berdua saja dengan pemuda yang ia ketahui amat keji itu. Kota Bi-ciu merupakan kota yang cukup besar dan ramai karena kota itu menjadi pusat perdagangan. Daerah itu merupakan gudang rempah-rempah dan juga penduduknya hidup makmur sehingga banyak barang dagangan dibawa para pedagang memasuki kota itu. Karena banyaknya tamu yang setiap hari mendatangi kota Bi-ciu, di situ tumbuh rumah makan dan rumah penginapan seperti jamur di musim hujan. Banyak restoran dan hotel, dari yang kecil sederhana sampai yang besar mewah. DewiKZ 190 Pada suatu siang, disebuah restoran yang cukup besar penuh dengan tamu yang hendak makan siang. Karena restoran besar ini juga merangkap sebagai hotel yang memiliki puluhan kamar, maka restoran itu selalu penuh tamu dari luar ataupun tamu yang bermalam di situ. siang Tiraikasih Website itu hawanya panas sekali. Apalagi dalam restoran yang penuh orang itu, hawanya lebih panas lagi. Ketika para pelayan sedang sibuk melayani para tamu, masuklah seorang pemuda yang menarik perhatian orang. Pemuda ini berwajah tampan dan pakaiannya serba putih dari sutera halus, potongannya seperti yang biasa dipakai para siucai pelajar. Akan tetapi walaupun pakaiannya seperti sastrawan, namun dipunggungnya tergantung sepasang pedang dan dipinggangnya terselip pisau pisau belati kecil sehingga tahulah orang bahwa pemuda itu tidak selembut tampaknya, melainkan seorang pemuda yang biasa berkelana di dunia kang-ouw. Memang sebenarnya demikianlah, karena pemuda itu bukan lain adalah ouw Kwan Lok, murid Thian-te Mo-ong dan mendiang Pak-thian-ong itu. Pengalamannya yang pertama amat pahit. Ketika dia sudah berhasil melarikan Liu Ceng atau Ceng Ceng dan hendak memaksa gadis cantik itu menjadi kekasihnya, muncul Thian-tok Gu Kiat Seng dan terpaksa dia lari meninggalkan Ceng Ceng karena Thian-tok merupakan lawan yang amat tangguh, apalagi dibantu Ceng Ceng. Pengalaman ini membuat Kwan Lok berhati-hati dan membuka matanya bahwa betapapun banyak ilmu yang telah diperolehnya dari kedua orang gurunya, di dunia kang-ouw banyak terdapat tokoh yang dapat menandinginya . siang itu tibalah dia di kota Bi-ciu dan karena sejak pagi dia belum makan, dia memasuki rumah makan yang ramai dan disambut seorang pelayan dengan hormat. DewiKZ 191 "Kongcu hendak makan? Kebetulan sekali masih ada meja yang kosong, hanya tinggal satu meja itulah. Mari silakan, Kongcu." Tiraikasih Website Kwan Lok mengikuti pelayan itu dan duduk menghadapi meja kosong yang letaknya di sudut. Meja itu barusaja ditinggalkan tamu yang makan. Pelayan segera menggunakan kain lapnya untuk membersihkan meja itu sambil bertanya, "Kongcu hendak memesan masakan apa?" Kongcu itu menatap ke sebelah kirinya. Terpisah tiga meja dari mejanya agak ke tengah, dia melihat seorang gadis makan seorang diri dan dilihat dari situ, gadis itu cantik sekali dan makan dengan gerakan halus dan sopan, namun kelihatan nikmat sekali. "Aku hendak memesan nasi dan masakan seperti yang dimakan nona di sana itu." Dia menunjuk ke arah gadis itu dan si pelayan mengangguk-angguk mengerti. "Dan minumnya?" "Arak seguci kecil dan air teh." Pelayan pergi untuk mempersiapkan pesanan Kwan Lok dan pemuda ini sengaja duduk menghadap ke arah gadis itu sehingga dia dapat melihat gadis itu dari samping. Dia kagum dan tertarik,. Di atas meja depan gadis itu terdapat sebatang pedang Hal ini menunjukkan bahwa gadis itucun bukan orang lemah. Kalau seorang gadis sudah berani metakukan perjalanan seorang diri membawa-bawa pedang, setidaknya ia tentu pernah belajar silat pedang dan melihat sikapnya yang demikian lembut namun tidak malu-malu dan penuh kepercayaan pada diri sendiri, Kwan Lok dapat menduga bahwa gadis itu tentu memiliki ilmu kepandaian silat yang berarti. DewiKZ 192 Gadis itu dilihat dari samping amat cantik menarik. Ketika gadis itu kebetulan menoleh ke arahnya, Kwan Lok dapat melihat wajah itu dari depan dan dia terpesona. Bukan main cantik jelitanya gadis itu. Aku harus dapat mendekatinya dan berkenalan dengannya, pikirnya. Akan Tiraikasih Website tetapi gadis itu berada di tempat umum dan menegur gadis itu begitu saja merupakan perbuatan yang kasar dan tidak sopan. Kwan Lok tidak mau mendatangkan kesan buruk di hati gadis itu. Kwan Lok sama sekali tidak pernah menduga bahwa gadis itu justru merupakan seorang di antara tiga orang musuh besar gurunya, yang harus dibunuhnya. Thian-te Mo-ong, gurunya, berpesan kepadanya agar dia mencaritiga orang di dunia kang-ouw, yaitu pertama song Thian Lee, ke dua, seorang gadis bernama Tang cin Lan puteri Pangeran Tang Gi su dan ke tiga seorang gadis pula bernama Lee Cin murid Ang-tok Mo-li. Dia tidak pernah menduga bahwa gadis itu adalah souw Lee cin. Lee Cin melanjutkan perjalanannya menuju ke kota Hui-cu untuk menyelidiki keluarga Cia yang kabarnya memiliki ilmu pukulan tapak tangan hitam dan pada hari itu ia tiba di kota Bi-ciu. Melihat kola yang ramai itu, Lee Cin ingin tinggal beberapa hari lamanya untuk bertanya-tanya barang kali ibunya berada di kota itu. Biarpun ibunya tinggal di Bukit Ular di lembah sungai Huang- ho, akan tetapi ibunya suka merantau dan sebelum mencari ibunya diBukit Ular, ia harus mendengar-dengar dan mencari keterangan disetiap tempat yang ramai kalau- kalau ibunya berada di situ. Maka Lee Cin lalu mencari rumah penginapan yang juga mernbuka rumah makan besar di depan rumah penginapan- siang hari itu ia makan di rumah makan, tidak tahu bahwa ada orang yang sejak tadi memperhatikannya. DewiKZ 193 Setelah pesanan makannya dihidangkan, Kwan Lok segera makan sambil kadang-kadang melirik ke arah gadis itu yang makan dengan perlahan. Tiba-tiba tiga orang pria memasuki rumah makan itu. Melihat pakaian mereka mudah diketahui bahwa mereka adalah tiga orang pria yang kaya dan melihat lagak mereka dapat diduga pula bahwa Tiraikasih Website mereka tentulah orang-orang yang merasa berkuasa. Dua orang pelayan segera menyambut mereka dan dua orang pelayan itu membungkuk-bungkuk penuh hormat. Tiga orang yang usianya sekitar tiga puluh sampai empat puluh tahun itu bertolak pinggang dan memandang kesana-sini, melihat meja meja yang penuh tamu. "Mohon maaf sebesarnya, sam-wi Kongcu Tiga orang Tuan muda, akan tetapi rumah makan kami penuh tamu dan tidak ada sebuah pun meja yang kosong. silakan menunggu sebentar sampai ada tamu yang selesai makan dan meninggalkan mejanya." Tiga orang itu memandang ke sekeliling dan tiba-tiba seorang di antara mereka menunjuk ke arah meja yang dihadapi Lee cin, lalu berkata kepada pelayan itu, "Kami lihat di sana itu, satu meja hanya dipakai makan seorang saja. Kami dapat mengajak nona itu makan bersama" Dua orang temannya juga memandang dan mereka mengangguk sambil tersenyum simpul. kemudian bergegas mereka menghampiri meja Lee cin, diikuti oleh seorang pelayan yang kelihatan gelisah. Setelah tiba di situ, mereka lalu menarik tiga buah bangku yang masih kosong lalu duduk menghadapi meja Lee Cin yang masih makan. Tentu saja gadis itu merasa heran dan memandang dengan alis berkerut kepada tiga orang itu "Nona, bangku- bangku ini masih kosong bukan?" tanya seorang. "semua tempat penuh, kami dapat duduk disini, bukan?" kata orang kedua. DewiKZ 194 "Daripada Nona makan seorang diri tiada teman, biarlah kami bertiga menemani Nona makan minum. Hei, pelayan, cepat sediakan arak terbaik dan keluarkan masakan yang Tiraikasih Website termahal dan paling lezat untuk kami. Nona ini makan bersama kami dan semua kami yang akan bayar" kata orang he tiga dengan gembira. Lee cin minum air tehnya lalu berkata lembut, "Harap kalian bertiga mencari meja lain dan jangan mengganggu aku. Aku tidak ingin ditemani." "Aih, kenapa, Nona? Kami tidak akan mengganggu, bahkan hendak menjamu dengan hidangan termahal." "Kami akan menjadi teman makan yang menyenangkan, Nona." "Kami adalah tiga orang muda paling terkenal di kota ini, undangan kami merupakan kehormatan besar bagi Nona." Lee Cin menjadi jengkel. Lenyap selera makannya oleh gangguan itu Kalau ia menjadi marah dan menghajar tiga orang laki-laki tidak sopan ini, tentu ia akan menggemparkan rumah makan yang penuh tamu itu, juga tentu akan ada prabot yang rusak dan para tamu tentu akan meninggalkan tempat itu. Ia tidak menghendaki terjadi keributan. Akan tetapi kalau didiamkan saja, tiga orang laki-laki ini tentu menjadi semakin kurang ajar. Ia mengukur dengan pandang matanya jarak di antara mereka dan ia. Jari tangannya tidak akan sampai ke tubuh mereka, akan tetapi kalau disambung sumpit, tentu sampai. "sekali lagi, kuminta kalian bertiga cepat meninggalkan aku seorang diri, atau aku akan menghajar kalian" katanya perlahan akan tetapi penuh wibawa. DewiKZ 195 Tiga orang laki-laki itu tersenyum lebar. "Akan enak sekali kalau dihajar oleh Nona yang cantik ini," kata seorang di antara mereka dan yang dua orang menyeringai kurang ajar. Tiraikasih Website Dengan kecepatan yang tidak dapat diikuti dengan mata, tangan kanan Lee Cin yang masih memeggng summit itu bergerak tiga kali dan tiga orang pria itu seolah berubah menjadi patung, duduk tidak bergerak dan tidak dapat bersuara lagi, hanya matanya saja yang memandang dengan kaget dan ketakutan- Lee Cin sudah tidak berselera lagi. Ia menaruh sumpitnya dan menggapai seorang pelayan. Pelayan itu bergegas menghampiri dan Lee Cin membayar harga makanan. Tadinya pelayan itu tidak tahu bahwa tiga orang muda yang tidak sopan itu berubah menjadi patung. Akan tetapi setelah Lee Cin bangkit dan pergi membawa pedangnya, tiga orang itu masih duduk seperti patung, dan pelayan itu memandang keheranan. Akan tetapi dia pun tidak berani mengganggu dan meninggalkan tiga orang itu yang telah memesan arak terbaik dan makanan paling mahal. semua pelayan mengenal siapa tiga orang pria itu. Mereka adalah putera seorang bangsawan dan dua orang hartawan, dan terkenal amat royal, akan tetapi juga selalu menghendaki agar perintah mereka ditaati. Tentu saja Kwan Lok yang sejak tadi memperhatikan Lee Cin, dapat melihat apa yang dilakukan gadis itu kepada tiga orang pria kurang ajar itu. Diam- diam dia terkejut sekali. Cara Lee Cin menotok ketiga orang pengganggunya menunjukkan bahwa gadis itu seorang ahli totok yang lihai sekali. Maka cepat dia pun membayar harga makanan dan mengikuti gadis itu keluar rumah makan. Kwan Lok membayangi dari kejauhan sehingga Lee Cin tidak menaruh curiga. DewiKZ 196 Setelah pelayan datang membawa arak dan hidangan ke meja tiga orang pria tadi, barulah pelayan merasa heran dan curiga. Tiga orang itu tetap duduk diam saja. Tiraikasih Website "sam-wi Kongcu, makanan telah saya hidangkan," katanya. Tidak ada yang menjawab. "silakan sam-wi makan," katanya lagi sambil memandang wajah mereka. Dan melihat mata mereka yang bergerak-gerak ketakutan itu barulah pelayan itu menjadi sadar bahwa tiga orang laki-laki itu tidak mampu bergerak. Yang bergerak hanya biji mata mereka. Tentu saja dia menjadi panik dan segera memberi tahu para pelayan lain. Keadaan menjadi ribut ketika para tamu mengetahui bahwa ada hal yang tidak beres dengan tiga orang itu Pemilik rumah makan yang juga mengenal baik para pemuda itu, menjadi khawatir. Pemuda-pemuda yang menjadi kaku itu diurut-urut, digosoki minyak. namun tetap saja tidak bergerak. Akhirnya seorang yang terkenal sebagai tukang pukul datang mendekati. Dia adalah seorang yang pandai ilmu silat dan melihat keadaan tiga kongcu itu, dia pun menotok dan menekan sana sini, mencari jalan-jalan darah terpenting dan akhirnya dia berhasil secara kebetulan memunahkan totokan dan tiga orang itu pulih dan dapat bergerak kembali. setelah dapat bergerak kembali, tiga orang itu mencak-mencak. "Keparat!! Di mana adanya gadis siluman tadi?" mereka membentak-bentak. akan tetapi tidak ada pelayan yang mengetahui. Tukang pukul itu pun mengenal Lu- kongcu, seorang di antara tiga pemuda itu, karena dia adalah putera Kepala Daerah kota Bi-ciu. Melihat kesempatan baik ini untuk menonjolkan jasanya, dia lalu bertanya kepada Lu- kongcu, DewiKZ 197 "Gadis siluman mana yang telah mengganggu Kongcu? saya yang akan menangkap dan menyeretnya ke depan kaki Kongcu" Tiraikasih Website Mendengar ini, Lu- kongcu lalu mengajak dua orang kawannya dan tukang pukul itu untuk berlari keluar dari rumah makan. setibanya di luar, dia berkata kepada tukang pukul yang bernama Coa Gu itu, "Cepat kumpulkan kawan-kawanmu dan sebar mereka untuk mencari seorang gadis berpakaian cerah berkembang, ada lesung pipit di kedua pipinya dan ia membawa sebatang pedang. Kalau bertemu cepat memberitahu padaku, akan kukerahkan perajurit menangkapnya" "Baik, Lu- kongcu" si Tukang Pukul lalu cepat pergi untuk melaksanakan perintah itu dan tiga orang pemuda itu lalu pulang ke rumah Lu- kongcu. setibanya di rumah, pemuda putera Kepala Daerah itu lalu minta kepada kepala jaga agar mempersiapkan dua losin perajurit untuk menangkap "penjahat". Tak lama kemudian, tukang pukul itu sudah berlari menghadap dan mengatakan bahwa anak buahnya telah menemukan gadis itu yang sedang berjalan-jalan di taman umum di tengah kota Bi-ciu. Mendengar ini, Lu-kongcu dan dua orang kawannya, diiringkan dua losin perajurit, mengikuti tukang pukul Coa Gu dan berlari-lari menuju ke taman bunga umum yang dimaksudkan itu. DewiKZ 198 Lee Cin memang memasuki taman bunga yang cukup indah dari kota Bi-ciu. Di tengah taman itu terdapat sebuah kolam ikan yang cukup luas dan terdapat banyak ikan emas berenang di antara bunga teratai yang sedang berkembang. Banyak orang yang menonton keasyikan ikan-ikan itu berkejaran. Lee Cin tidak tahu bahwa di antara mereka terdapat Kwan Lok yang terus membayanginya sejak dari rumah makan tadi juga ia tidak tahu bahwa ia dicari banyak orang yang kemudian seorang dari mereka mcnemukan ia di taman itu Tiraikasih Website Disekeliling kolam ikan itu terdapat bangku-bangku panjang, memang disediakan kepada mereka yang suka menonton ikan. Lee Cin duduk di atas sebuah bangku, pedangnya sudah ia ikatkan dipunggung. ia membeli roti kering yang dijual tak jauh dari situ dan memberi makan ikan dengan roti kering. sungguh asyik dan menggembirakan melihat betapa ikan-ikan itu berduyun-duyun berenang dan memperebutkan makan itu. Lee cin tidak merasa bahwa waktu cepat berlalu dan sudah cukup lama ia duduk di bangku itu Roti kering sudah habis diberikan kepada ikan-ikan, akan tetapi ia masih duduk termenung. Melihat ikan yang berkelompok dan hilir mudik berenang berbarengan itu, ia merasa bahwa ia bagaikan seekor ikan tunggal yang tiada kawan. satu-satunya kawan dalarn hidup ini baginya hanyalah ayah kandungnya. Ia merasa rindu kepada ibunya, dan rindu kepada kawan- kawan yang dahulu sempat dikenalnya. Ia rindu kepada Tang cin Lan, rindu kepada song Thian Lee. Alisnya berkerut dan ia merasa bersedih. Pernah ia jatuh cinta mati-matian kepada Thian Lee, akan tetapi ia melihat kenyataan yang menyedihkan bahwa pemuda pujaannya itu tidak membalas cintanya, bahwa Thian Lee telah mencinta gadis lain, yaitu Cin Lan. Mereka kini telah menikah dan tinggal di kota raja. Thian Lee menjadi seorang panglima besar dan hidup berbahagia dengan cin Lan. Diam-diam ia merasa iri kepada Cin Lan dan makin iba kepada diri sendiri la tenggelam ke dalam lamunan yang menyedihkan sehingga lupa bahwa ia telah lama sekali duduk termenung di tempat itu, kini tidak lagi memandang kepada ikan-ikan. Pandang matanya kosong dan menerawang jauh. Tiba-tiba ia mendengar bentakan- bentakan di sekelilingnya. "Itu dia orangnya" DewiKZ 199 "Tangkap siluman betina itu" Tiraikasih Website "Kepung, jangan sampai lolos" Lee Cin tadinya tidak menyadari apa artinya seruan-seruan itu, akan tetapi ketika ia melihat banyak orang berpakaian perajurit mengepungnya, baru ia menyadari bahwa ia yang akan ditangkap. Tentu saja ia merasa heran dan bangkit memandangi para perajurit itu dengan alis berkerut, akan tetapi ketika ia melihat tiga orang muda yang berteriak-teriak mengomando para perajurit itu, tahulah ia mengapa ia akan ditangkap. Kiranya tiga orang pemuda yang mengganggu di rumah makan dan yang ditinggalkannya dalam keadaan tertotok yang memimpin pasukan itu untuk menangkapnya sekitar dua puluh orang lebih perajurit mengepungnya dengan golok di tangan dan sebagian besar dari mereka bersikap ragu-ragu. Tentu saja para perajurit itu merasa ragu. Haruskah mereka yang berjumlah dua losin perajurit itu mengeroyok seorang gadis muda yang cantik jelita? Api kemarahan menyala di hati Lee Cin. Akan tetapi segera terngiang di telinganya akan nasihat-nasihat ayah kandungnya bahwa ia tidak boleh sembarangan membunuh orang. Dan ia teringat pula kepada Thian Lee, pendekar yang juga pantang membunuh orang begitu saja. Para perajurit ini tidak bersalah. Mrmang pekerjaan mereka untuk mematuhi perintah atasan. Yang bersalah adalah tiga orang muda itu. sudah bersikap kurang ajar kepadanya masih tidak menyadari kesalahan bahkan mengerahkan perajurit untuk menangkapnya. Tiga orang itulah yang patut dihajar. DewiKZ 200 Ketika para perajurit mengepung semakin dekat, ia tidak mencabut pedangnya, melainkan mencabut sulingnya. suling itu pun merupakan sebuah senjata yang ampuh, akan tetapi hanya untuk menotok lawan, bukan untuk melukai Tiraikasih Website atau membunuh walaupun ada beberapa macam totokan yang merupakan totokan maut. "Kalian mau apa?" teriaknya di antara gemuruh suara para pengepung. Tiga orang pemuda itu kini menjadi berani karena mereka mengandalkan dua losin perajurit. Mereka melangkah maju menghadapi Lee Cin dan putera Kepala Daerah itu menudingkan telunjuknya kepada Lee cin. "Gadis sombong.. Engkau telah berani menghinaku, menghina kami bertiga. Kami akan menyeretmu untuk diberi hukuman" setelah berkata demikian, pemuda itu memberi isyarat dengan tangannya kepada para perajurit untuk menyerbu. Akan tetapi Lee cin sudah bergerak cepat sekali. Tubuhnya berkelebat ke depan dan hampir tidak dapat dilihat gerakannya, akan tetapi tiba-tiba terdengar teriakan beruntun tiga kali, disusul suara air tertimpa benda berat dan tiga orang pemuda itu sudah gelagapan di dalam kolam ikan sialnya mereka tidak dapat berenang sehingga megap-megap dan berteriak minta tolong. para perajurit segera menolong mereka dan sebagian lagi sudah mengeroyok Lee cin. Gadis itu menggerakkan sulingnya menangkis golok-golok yang menyambarnya dari segala penjuru. Ia harus memutar sulingnya menjadi segulung sinar hitam yang menyelimuti dirinya sehingga tidak dapat dilukai golok. tangan kirinya menampar-nampar dan kakinya menendang-nendang merobohkan para pengeroyok. DewiKZ 201 Pada saat itu terdengar suara lembut, "Jangan khawatir, Nona. Aku membantumu menghajar orang-orang tidak tahu malu ini" Tiraikasih Website Dan muncullah Kwan Lok yang segera terjun ke dalam pertempuran. Melihat bayangan putih berkelebat dan seorang pemuda berpakaian serba putih yang tampan mengamuk membantunya, Lee cin mengerutkan alisnya. Apalagi melihat betapa pemuda itu walaupun tidak menggunakan pedang yang berada dipunggungnya, namun melakukan pukulan keras yang membuat beberapa orang perajurit roboh pingsan, ia khawatir kalau pemuda itu membunuh orang. "Aku tidak butuh bantuanmu" katanya dan Lie cin segera melompat jauh dan melarikan diri dari pengeroyokan para perajurit. Melihat gadis itu melarikan diri, Kwan Lok khawatir kehilangan gadis itu, maka dia pun menendang roboh dua orang perajurit, lalu dia meloncat melakukan pengejaran. Para perajurit berteriak-teriak melakukan pengejaran, akan tetapi gadis dan pemuda baju putih itu sudah menghilang di antara keramaian banyak orang. Mereka terpaksa kembali ke taman dan mengawal tiga orang yang basah kuyup dan terengah-engah itu kembali ke rumah kediaman Kepala Daerah. Akan tetapi putera Kepala Daerah tentu saja menjadi semakin sakit hati dan dia memerintahkan para perajurit untuk mencari gadis dan pemuda berpakaian putih itu. Bahkan dia juga menggerakkan para tukang pukul dan para berandalan yang berada di kota Bi-ciu untuk bantu mencari. Sementara itu, Lee cin berhasil menyelinap di antara banyak orang dan setelah melihat bahwa tidak ada yang mengejarnya, ia langsung pergi ke rumah penginapan. Ia tidak tahu bahwa dari jauh ia dibayangi Kwan Lok. DewiKZ 202 Karena peristiwa pengeroyokan di taman itu membuat tubuhnya berkeringat, Lee Cin lalu minta disediakan air lalu mandi. Baru saja ia berganti pakaian, daun pintu kamarnya Tiraikasih Website diketuk orang. ia terkejut dan mengira bahwa yang mengetuk pintu itu adalah perajurit-perajurit yang mengejar dan mencarinya. "siapa?" tanyanya dengan suara tegas. "saya Nona. saya pelayan." Lee Cin membuka daun pintu dan benar saja. seorang pelayan berdiri di luar pintu dan membungkuk dengan hormatnya. "Ada apa?" "Nona, di luar terdapat seorang yang minta bertemu dan bicara dengan Nona." "suruh tunggu di luar, akan kutemui dia," kata Lee Cin sambil menduga-duga siapa gerangan orang yang hendak bertemu dan bicara dengannya itu. setelah membereskan rambutnya, Lee Cin keluar dan di ruangan tengah yang dipergunakan sebagai ruang tamu, duduk seorang pemuda yang dikenalnya sebagai pemuda berpakaian serba putih yang tadi membantunya menghadapi pengeroyokan para perajurit. Ia mengerutkan alisnya akan tetapi terus melangkah menghampiri. Pemuda itu adalah Kwan Lok. Melihat Lee cin, dia cepat berdiri dan memberi hormat. "selamat slang, Nona. Maafkan kalau aku mengganggumu." Pemuda yang bicara lembut dan bersikap hormat, pikir Lee Cin dan ia pun membalas penghormatan orang. DewiKZ 203 "siapakah engkau dan ada keperluan apa ingin bertemu dan bicara denganku." suara Lee Cin datar saja dan pemuda itu lalu menoleh ke kanan kiri. Kebetulan pada siang hari itu di ruangan itu tidak terdapat orang lain, juga pintu-pintu kamar yang berderet itu semua tertutup, Tiraikasih Website "Aku ingin menyampaikan berita penting sekali, Nona. Namaku ouw Kwan Lok dan aku tidak berniat buruk terhadap Nona. sebaliknya aku malah hendak menyampaikan suatu bahaya yang besar bagi keselamatanmu." Lee Cin tidak mengenal nama itu dan sepanjang ingatannya, belum pernah ia bertemu dengan pemuda yang bernama ouw Kwan Lok itu, kecuali tadi dalam taman umum. "Bahaya apakah itu?" Lee Cin bertanya, suaranya tenang saja sehingga diam-diam Kwan Lok menjadi semakin kagum. sungguh seorang gadis yang amat cantik jelita dan juga amat gagah perkasa, pikirnya. "Aku melihat dijalan raya banyak terdapat perajurit, Nona, juga gerombolan orang berandalan yang sengaja mencarimu. Tentu ada hubungannya dengan perkelahian di taman umum tadi. Agaknya mereka masih penasaran- Ketahuilah bahwa seorang di antara tiga orang pemuda, itu adalah putera Kepala Daerah." "Hemm, kalau mereka mencari karena urusan perkelahian tadi, mereka tentu juga akan mencarimu karena engkau mencampurinya pula dan merobohkan beberapa orang perajurit." "Kalau aku sudah siap untuk itu, Nona." "Hemm, apa kau kira yang siap itu hanya engkau? Aku pun sudah siap menghadapi mereka dan aku tidak takut. Pula, aku tidak minta bantuanmu, karena itu, sobat tinggalkan aku sendiri" DewiKZ 204 Pemuda itu tersenyum. Koangkuhan yang menunjukkan kegagahan, pikirnya. "Aku mengerti bahwa engkau mampu melindungi diri sendiri, Nona. Akan tetapi maksudku, aku Tiraikasih Website siap bukan untuk melawan mereka. Kita tidak mungkin melawan pasukan pemerintah Nona. Yang kumaksudkan dengan slap adalah ini." Kwan Lok mengambil sesuatu dari sakunya dan begitu tangannya menempel di mukanya, ketika tangannya turun Lee Cin melihat pemuda itu sudah berubah wajahnya. Kini dia memakai kumis yang tebal dan janggot yang panjang. Tentu saja wajahnya menjadi berubah sama sekali. Ia sendiri tentu tidak akan mengenalnya kalau bertemu dijalan. Hampir saja Lee cin tertawa melihat wajah yang berubah itu. Lucu nampaknya. "Apa kau maksudkan bahwa aku harus pula menyamar?" "Begitulah, Nona. Demi menjaga keselamatan dan menjauhkan pertempuran melawan pasukan, sebaiknya kalau Nona menyamar sebagai pria. Dengan begitu kita akan mudah saja keluar dari kota ini tanpa dicurigai dan diketahui." Sebuah gagasan yang bagus, pikir Lee Gin. "Akan tetapi.." "Nona maksudkan pakaian?jangan khawatir aku sudah mempersiapkan untukmu." Kwan Lok menyerahkan sebuah bungkusan- "sekarang berdandanlah dan aku menanti Nona di luar restoran di depan itu." DewiKZ 205 Lee Cin menerima bungkusan itu karena pada saat itu ia tidak melihat jalan yang lebih baik daripada apa yang diusulkan pemuda bernama ouw Kwan Lok itu. Ia membawa bungkusan masuk ke dalam kamar dan tak lama kemudian dia sudah berdandan sebagai seorang pemuda yang tampan sekali. Lee Cin tersenyum sendiri melihat bayangannya di cermin dan setelah membawa buntalan pakaiannya, memasang pedang Ang-coa-kiam sebagai Tiraikasih Website sabuknya, menyelipkan suling dipinggang, dia lalu melangkah keluar dengan langkah gaya seorang pemuda Di luar sudah menunggu Kwan Lok yang memakai kumis dan jenggot. Tanpa bicara Kwan Lok lalu berjalan berdampingan dengan Lee Cin. sikap kedua orang ini biasa dan wajar saja sehingga tidak menarik perhatian orang. siapa yang akan memperhatikan seorang setengah tua dan seorang pemuda berpakaian aneka warna kalau yang dicari itu seorang gadis dan seorang pemuda berpakaian serba putih? Lee Cin melihat betapa jalan-jalan raya penuh dengan perajurit kerajaan dan diam- diam ia bersukur dan memuji akal Kwan Lok untuk dapat keluar dari kota itu tanpa gangguan. Kalau ia harus melawan pasukan sebanyak itu, sungguh repot sekali. Mereka berlenggang keluar dari kota Bi-ciu dan setelah mereka meninggalkan kota itu sejauh belasan mil, barulah hati mereka merasa lega. Kwan Lok menanggalkan jenggot dan kumis palsunya, akan tetapi Lee Cin tetap memakai pakaian pria itu. Untuk berganti pakaian ia harus mencari tempat yang sunyi dan tidak tampak oleh siapapun juga . "Nah, sekarang kita telah selamat dari pencarian pasukan- Karena itu kita berpisah di sini, saudara Kwan Lok, dan kita mengambil jalan masing-masing. Terima kasih atas bantuanmu sehingga aku dapat menghindari perkelahian dengan pasukan." Kwan Lok memandang dengan mata terkejut. sama sekali tidak disangkanya bahwa dia harus berpisah sedemikian cepatnya dari gadis yang dikaguminya ini. "Kenapa.. kita harus berpisah?" tanyanya gagap. DewiKZ 206 Lee Cin memandang tajam. "Kenapa tidak? Kita mempunyai urusan masing-masing dan harus berpisah" Tiraikasih Website "Eh, maksudku, mengapa kita berpisah begitu saja, tanpa aku mengetahui namamu, Nona? Bukankah dengan pengalaman ini kita telah menjadi sahabat dan aku sudah memperkenalkan namaku?" Lee Cin tersenyum. Memang keterlaluan kalau ia tidak memperkenalkan diri Bagaimanapun juga , pemuda ini sudah membantunya ketika dikeroyok pasukan dan memberi isyarat yang baik sekali sehingga ia dapat keluar dari Bi-ciu tanpa perkelahian- "Baiklah kalau engkau ingin mengetahui. Namaku adalah souw Lee Cin dan aku datang dari Hong-san-" Mendengar nama ini, Kwan Lok menelan kembali rasa kagetnya sehingga di wajahnya tidak nampak sesuatu. Tentu saja dia terkejut bukan main mendengar nama itu, karena nama itulah yang disebut suhunya sebagai seorang di antara musuh-musuh gurunya yang harus dibunuhnya semua musuh gurunya ada tiga orang yang harus dicari dan dibunuhnya, yaitu souw Lee Cin- song Thian Lee dan Tang cin Lan- sungguh tidak disangkanya sama sekali bahwa gadis cantik yang menarik hatinya ini adalah seorang di antara mereka bertiga. Akan tetapi, dengan cepat dia dapat menekan perasaannya yang tegang dan dengan suara biasa dia bertanya. "Dari Hong-san dan she souw? Aku jadi teringat akan souw Tek Bun, bengcu yang tinggal di Hong-san. Apakah ada hubungan antara engkau dengan bengcu itu?" "Dia adalah ayahku," kata Lee Cin- DewiKZ 207 "Ah, pantas saja engkau memiliki ilmu silat yang tinggi, Adik Lee Cin, kiranya engkau adalah puteri Bengcu souw Tek Bun yang terkenal dengan julukan sin-kiam Hok-mo Pedang sakti Penaluk lblis Aku telah bersikap kurang hormat." Pemuda itu lalu memberi hormat kepada Lee Cin Tiraikasih Website yang dibalas dengan sepantasnya. "Kalau aku boleh bertanya, Cin-moi, engkau hendak ke manakah dan ada urusan apakah? siapa tahu, aku dapat membantumu." Kwan Lok bersikap akrab sekali sehingga Lee Cin merasa tidak enak kalau sikapnya terlalu dingin terhadap pemuda itu. juga ia teringat bahwa pemuda ini agaknya mempunyai banyak pengalaman. Siapa tahu dia dapat memberi keterangan tentang si Kedok Hitam yang dicarinya. "Aku sedang merantau untuk memperluas pengalaman, ouw-twako Akan tetapi aku ingin sekali tahu tentang keluarga Cia di Hui-cu di kaki Bukit Lo-sian. Apakah engkau tahu tentang mereka dan adakah tokoh mudanya yang menonjol di antara mereka? juga aku ingin tahu tentang ilmu silat mereka yang kabarnya amat tinggi." "Keluarga cia di Hui-cu? Aku hanya mendengar bahwa keluarga itu amat terkenal di daerahnya dan mereka memiliki ilmu silat yang tangguh. Kalau tidak salah, mereka menguasai ilmu pukulan semacam Hek-tok ciang tangan Racun Hitam, akan tetapi aku sendiri tidak pernah bertemu dengan mereka. Ada urusan apakah engkau menyelidiki keadaan mereka, cin-moi?" "Ah, tidak ada apa-apa, hanya ingin tahu karena mendengar nama besar mereka," kata Lee cin- "Nah, sekarang kita harus berpisah, ouw-twako, aku hendak melanjutkan perjalananku merantau." "Akan tetapi, bagaimana kalau kita merantau bersama, Cin-moi? Aku juga sedang merantau." DewiKZ 208 Lee Cin mengerutkan alisnya dan menatap wajah pemuda itu dengan sinar mata tajam menyelidik. "Tidak bisa, Twako. Tidak pantas bagi seorang gadis melakukan perjalanan bersama seorang pemuda. selamat berpisah" Tiraikasih Website Ia memberi hormat lalu membalikkan tubuh dan melompat jauh dan melarikan diri secepatnya. Kwan Lok mengikuti bayangan gadis itu dan dia pun cepat berlari mengejar. Lee Cin berjalan biasa setelah ia berlari cepat beberapa mil jauhnya. Ia lari hanya untuk cepat meninggalkan Kwan Lok. Biarpun ia melihat bahwa Kwan Lok serang pemuda yang baik dan sopan, akan tetapi hal itu masih belum membuat ia percaya untuk melakukan perjalanan berdua saja dengan pemuda itu. Ia telah berganti pakaian biasa, pakaian wanita dan meninggalkan pakaian pria pemberian Kwan Lok itu di dalam hutan- Sore hari itu hawanya panas sekali. Ketika tiba di sebuah tikungan di luar hutan yang ditinggalkannya, Lee Cin melihat sebuah warung minuman yang didirikan di tepi jalan. Ada tulisan "Teh Harum" yang besar di depan kedai minuman itu. Ia tertarik dan melihat bahwa kedai itu sepi tidak ada pengunjungnya. Dua orang yang menjaga kedai itu menganggur. Karena merasa haus, Lee Cin lalu menghampiri kedai itu. seorang di ahtara penunggu kedai itu lalu bangkit menyambutnya. "Nona hendak menghilangkan haus? silakan, Nona, teh kami amat harum dan lezat, tentu akan dapat menghilangkan haus di sore yang panas ini." DewiKZ 209 Lee Cin memandang kepada mereka dan diam- diam hatinya menaruh kecurigaan. Kedai itu hanya terdiri dari tenda yang dipasang di situ dan agaknya belum lama dipasang. Dan dua orang itu kelihatan kokoh kuat berusia kurang lebih empat puluh tahun, tidak pantas menjadi penjual minuman, pantasnya menjadi pekerja kasar yang menggunakan tenaga. Apa lagi orang ke dua yang berkumis itu memiliki pandang mata yang mencurigakan, seperti Tiraikasih Website pandang mata seorang yang bermaksud jahat. Akan tetapi Lee Cin tidak peduli. Ia memang sedang haus dan ia tidak membawa bekal minuman- "Sediakan sepoci air teh yang harum dan hangat," kata Lee Cin. Kalau sedang kepanasan seperti itu, minum air teh hangat akan dapat menghilangkan haus. Biarpun ada kecurigaan dalam hatinya, namun Lee Cin tidak memperlihatkannya dan duduk di atas bangku menghadapi meja dengan tenang. ia tidak dapat melihat kedua orang itu, akan tetapi pendengarannya yang tajam dapat menangkap keduanya berbisik-bisik. Tahulah ia bahwa ia harus waspada. Kalau dua orang bicara berbisik-bisik seperti itu tentu mengandung niat yang kurang baik, "Ini tehnya, Nona. silakan minum." Lee Cin mengangkat muka dan melihat pelayan yang tadi datang membawa sepoci teh yang masih mengepul panas berikut sebuah cawan kecil yang biasa dipakai untuk minum teh. DewiKZ 210 Dengan sikap biasa Lee Cin menuangkan air teh dari poci ke dalam cawan- Air teh hijau kekuningan itu tampak jernih dan tercium bau harum sekali. Harus diakui bahwa teh itu memang bermutu baik. setelah meniup-niup air teh dalam cawan sehingga menjadi berkurang panasnya, mulailah Lee Cin minum air teh itu sedikit-sedikit. Rasanya memang lezat sekali dan kehangatan air teh membuat dada dan perutnya terasa hangat pula. Ia mengangguk-angguk. memuji dalam hatinya. seperti lenyap rasa lelahnya, juga baru habis secawan saja, lehernya tidak merasa haus lagi. Ia menuangkan lagi secawan, diminumnya habis, menuangkan lagi. setelah habis tiga cawan, Lee Cin tampak memejamkan kedua matanya, memijit-mijit kening dan pelipisnya, kemudian tiba-tiba lehernya terkulai dan ia Tiraikasih Website merebahkan kepalanya di atas meja di depannya, seperti orang tertidur atau pingsan- Melihat ini, dua orang pelayan itu berloncatan menghampiri "Ia sudah terbius, sudah pingsan- Ha-ha-ha, tidak kusangka semudah itu" kata pelayan yang menghidangkan air teh tadi. "Ini membuktikan bahwa obat bius pemberian Kongcu itu benar-benar manjur. Aduh cantiknya" Dengan gerakan, kurang ajar pelayan yang berkumis itu menyentuh dagu Lee Cin dengan telunjuk jarinya. "Hush, apa engkau sudah bosan hidup?" tegur orang pertama. "Kita harus membawa Nona ini kepada Kongcu, tanpa cacat dan jangan engkau berani menyentuhnya. Cepat, kau gulung tenda dan singkirkan meja dan bangku, aku akan membawa Nona ini sekarang juga kepada Kongcu" setelah berkata demikian orang pertama ini lalu memanggul tubuh Lee cin di pundaknya sambil membawa buntalan pakaian Lee Cin yang tadi diletakkan di atas meja oleh pemiliknya. Dan ternyata orang itu kuat sekali. Dia memanggul tubuh Lee Cin lalu berlari cepat menuju ke bukit kecil yang berada takjauh dari situ. Di atas bukit itu terdapat sebuah pondok kecil dan orang itu mengetuk daun pintu yang tertutup, "Kongcu, saya sudah berhasil membawa Nona ini ke sini seperti yang Kongcu perintahkan-" "Bawa masuk saja dan rebahkan di kamar," terdengar jawaban suara laki-laki yang lembut. DewiKZ 211 Orang yang tadi berpura-pura menjadi pelayan itu lalu mendorong daun pintu terbuka, dan membawa Lee Cin memasuki pondok. Pondok kecil itu hanya mempunyai Tiraikasih Website sebuah kamar. Dibukanya pintu kamar dan dia lalu merebahkan tubuh Lee Cin di etas sebuah dipan bambu, kemudian meletakkan buntalan pakaian di atas meja kecil lalu dia keluar lagi. Lee Cin masih dalam keadaan tidur atau pingsan, menggeletak telentang di atas dipan. suara yang lembut tadi berkata lagi, "Sekarang keluarlah dan kalian berdua berjaga di luar pondok. Cepat beritahu kalau ada orang datang mendaki bukit dan menuju ke sini." "Baik, Kongcu," jawab orang tadi. Daun pintu kamar itu terbuka dan masuklah seorang pemuda berpakaian serba putih ke dalam kamar itu. Melihat tubuh Lee cin menggeletak telentang di atas dipan, dia tertawa, "Ha- ha- ha, sayang sekali engkau yang cantik ini bernama souw Lee Cin yang harus kubunuh demi membalas kan sakit hati suhu Thian-te Mo-ong dan mendiang suhu Pak-thian-ong. Akan tetapi sebelum engkau kubunuh, aku ingin lebih dulu bersenang-senang denganmu. Amat sayang kalau dibunuh begitu saja Ha-ha-ha" Pemuda itu adalah ouw Kwan Lok. setelah tertawa-tawa dia minum arak dari guci kecil yang dibawanya memasuki kamar itu, lalu duduk dengan wajah gembira sekali. Dia memandang lagi kepada Lee Cin yang masih rebah telentang di atas pembaringan kayu itu. DewiKZ 212 "suhu Thian-te Mo-ong, sayang sekali suhu berada begitu jauh dari sini. Kalau tidak, tentu souw Lee Cin ini akan kuserahkan kepada suhu agar suhu dapat puas memberi hukuman sendiri. Biarlah sekarang aku mewakili suhu untuk bersenang-senang kemudian membunuhnya." setelah berkata demikian Kwan Lok menaruh guci di atas meja dan Tiraikasih Website membuka baju luarnya. kemudian ia menghampiri Lee Cin sambil tertawa-tawa senang. "Wuuutt.." Tiba-tiba kaki Lee Cin mencuat dalam sebuah tendangan yang amat kuat menyambar ke arah dada Kwan Liok. Tentu saja pemuda ini terkejut bukan main, akan tetapi dia masih dapat melompat ke belakang menghindarkan diri dari serangan mendadak itu. Lee Cin lalu melompat turun dari pembaringan, berdiri tegak sambil memandang pemuda itu dengan sepasang mata bersinar-sinar penuh kemarahan- Biarpun Kwan Lok merasa terkejut dan heran sekali, namun dia masih tersenyum-senyum penuh kepercayaan diri, hatinya bertanya-tanya bagaimana Lee Cin dapat sadar sedemikian cepatnya. Tentu saja Lee Cin dapat sadar dengan cepat karena ia tidak pernah pingsan atau tertidur Lee Cin adalah murid tersayang dan juga puteri Ang-tok Mo-li, seorang datuk wanita ahli racun, maka tubuhnya sudah kebal terhadap racun. Apalagi kalau hanya racun pembius, biarpun minum berapa banyakpun ia tidak akan terpengaruh. -oo0dw0oo- Jilid 07 DewiKZ 213 KALAU ia tadi tampak pingsan tak berdaya dipanggul oleh penjaga kedai minuman, hal itu adalah karena ia sengaja berpura-pura pingsan karena ia ingin tahu apa yang akan dilakukan dua orang itu atas dirinya, dan ingin pula tahu siapa yang berdiri di balik siasat untuk memancingnya itu. Dapat dibayangkan betapa heran dan juga marahnya ketika ia melihat bahwa yang mengatur semua itu adalah Ouw Kwan Lok! Akan tetapi keheranannya lenyap setelah Tiraikasih Website Kwan Lok bicara sendiri mengaku bahwa dia membalaskan sakit hati Thian-te Mo-ong dan Pak-thian-ong. Kedua orang datuk sesat itu memang pernah bermusuhan dengannya bahkan ia yang menggagalkan pemberontakan mereka sehingga Pak-thian-ong membunuh diri dan Thian-te Mo-ong ditangkap pasukan kerajaan. Kiranya sekarang ada murid mereka yang hendak membalaskan dendam itu. "Ouw Kwan Lok jahanam busuk!" Lee Cin mendamprat sambil menudingkan telunjuk kirinya ke muka orang. "Engkau boleh saja membalas dendam, akan tetapi caramu licik dan curang sekali. Engkau ternyata hanyalah seorang pengecut kecil!" Lee Cin cepat melompat ke atas, gerakannya seringan burung walet ketika ia melompat tinggi ke atas itu dan selagi tubuhnya masih di atas Lee Cin sudah mengeluarkan pedangnya yang tadinya dipakai sebagai sabuk yang melilit pinggangnya yang ramping. Ketika tubuhnya melayang turun, Kwan Lok sudah menyambutnya dengan serangan sepasang pedangnya. Lee Cin memutar Ang-coa-kiam yang bersinar merah. "Trang…..! Trangg.....!" Sepasang pedang di tangan Kwan Lok terpental ketika bertemu dengan Ang-coa-kiam yang digerakkan dengan kandungan tenaga yang amat kuat itu. Kini mereka berhadapan. Kwan Lok dengan sepasang pedang di kedua tangannya sedangkan Lee Cin memegang Ang-coa-kiam di tangan kanan dan suling di tangan kiri. Karena kamar itu sempit, Kwan Lok melompat keluar kamar. DewiKZ 214 "Hendak lari ke mana engkau, jahanam!" Lee Cin mengejar keluar dan ternyata Kwan Lok sudah lari keluar dari pondok itu. Tiraikasih Website "Jangan lari!" Lee Cin membentak dan mengejar keluar pondok. Ternyata Kwan Lok tidak lari, melainkan menanti di depan pondok sambil tersenyum mengejek. Dua orang yang tadi menyamar sebagai penjaga kedai sudah berada di sebelahnya, masing-masing memegang sebatang golok besar. Mereka itu sebenarnya adalah dua orang perampok yang merampok Kwan Lok akan tetapi dapat ditundukkan oleh pemuda itu dan dijadikan anak buahnya untuk memancing dan menangkap Lee Cin. DewiKZ 215 "Ha-ha-ha, Souw Lee Cin, sekaranglah tiba saatnya engkau menebus dosamu terhadap kedua orang guruku!" Kwan Lok berkata sambil memberi isyarat kepada dua orang pembantunya untuk bergerak. Dua orang pembantunya itu adalah perampok-perampok jahat dan kejam yang sudah biasa mempergunakan kekerasan untuk memaksakan kehendaknya. Mereka belum mengenal Lee Cin maka memandang rendah gadis ini, apalagi karena mereka masih beranggapan bahwa gadis itu pernah pingsan oleh obat bius, sama sekali tidak mengetahui bahwa Lee Cin hanya berpura-pura pingsan. Kini dengan golok mereka, kedua orang itu menyerbu Lee Gin dengan galak dan ganas. Sebetulnya mereka hanya mengandalkan tenaga dan keberanian saja. Dalam ilmu silat, mereka sama sekali bukan tandingan Lee Cin. Maka begitu mereka menyerbu, Lee Cin menggerakkan pedangnya beberapa kali untuk menangkis dan balas menyerang dan di lain saat, hanya dua gebrakan saja, mereka berteriak kesakitan, golok mereka terlepas dari tangan mereka dan mereka terpelanting dengan menderita luka tusukan pedang di pundak mereka! Luka yang cukup parah, membuat mereka tidak berani dan tidak dapat melanjutkan perkelahian dan memandang Lee Cin dengan mata terbelalak, lalu mereka mengambil langkah seribu melarikan diri. Tiraikasih Website Melihat ini, Kwan Lok marah sekali. Dua kali tangan kirinya bergerak, dua batang pisau gagang hitam meluncur dan dua orang perampok itu mengaduh lalu roboh dan tewas karena pisau itu menancap di punggung menembus jantung mereka! Lee Cin menjadi semakin marah menyaksikan kekejaman ini, ia lalu menerjang dengan pedangnya, menyerang dengan gerakan cepat dan kuat sekali. Kwan Lok memang tidak berani memandang ringan kepada gadis ini. Kalau kedua orang gurunya pernah kalah menghadapi gadis ini, maka tentu gadis ini memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Akan tetapi dia merasa yakin akan dapat membunuh Lee Cin, karena dalam hal kepandaian, tingkatnya kini sudah melampaui tingkat kepandaian Pak-thian-ong atau Thian-te Mo-ong, atau setidaknya seimbang. Dengan cepat dia pun menyambut serangan Lee Cin dan membalas serangan itu dengan gerakan sepasang pedangnya yang cepat. Terjadilah pertandingan yang amat hebat antara Lee Cin dan Ouw Kwan Lok. Kedua orang muda ini memang memiliki ilmu kepandaian yang setingkat. Namun, setelah pertandingan berlangsung selama lima puluh jurus lebih, tiba-tiba Lee Cin mengubah gerakan silatnya. Kalau tangan kanan yang memegang pedang masih memainkan Ang-coa-kiamsut, maka tangan kirinya yang memegang suling kini membantu dengan serangan totokan yang dilakukan dengan ilmu totok It-yang-ci yang amat lihai dari Siauw-lim-pai! Kwan Lok menjadi terkejut sekali. Hampir saja pundaknya terkena totokan yang amat lihai itu! Terpaksa ia menjatuhkan diri ke belakang lalu berjungkir balik tiga kali untuk menghindarkan diri dari pengejaran Lee Cin. DewiKZ 216 Gadis itu menjadi semakin ganas. Setelah melihat betapa lawannya jerih menghadapi totokan nya, ia malah semakin Tiraikasih Website gencar menyerang dengan totokan suling di tangan kirinya. Sebetulnya tingkat kepandaian Kwan Lok telah setingkat dengan ilmu kepandaian Lee Cin, akan tetapi ketika dia harus menghadapi ilmu totok It-yang-ci, dia menjadi terdesak. Lee Cin lalu menyelipkan sulingnya di ikat pinggangnya dan kini melanjutkan It-yang-ci menggunakan jari tangannya. Tentu saja serangannya menjadi semakin berbahaya karena ilmu totok itu memang harus menggunakan jari tangan. Dari jari tangannya meluncur hawa totokan yang amat kuat dan Kwan Lok terpaksa mengelak ke sana sini. Akhirnya dia maklum bahwa keadaannya amat berbahaya kalau dia melanjutkan perlawanannya terhadap gadis yang lihai itu. Maka ketika mendapat kesempatan setelah dia menyambitkan sisa pisau-pisau terbangnya ke arah Lee Cin dan gadis ini terpaksa berloncat ke belakang sambil memutar pedangnya, dia lalu melompat ke belakang dan melarikan diri. DewiKZ 217 "Jahanam pengecut!" teriak Lee Cin akan tetapi ia tidak mau mengejar. Ia tahu bahwa lawannya itu seorang yang selain tinggi ilmunya, juga amat curang dan licik. Ia menyimpan kembali pedangnya dan segera meninggalkan tempat itu, mengingat-ingat bahwa kini ia mempunyai seorang musuh yang berbahaya, yang bernama Ouw Kwan Lok dan murid mendiang Pak-thian-ong dan Thian-te Mo-ong. Ia lalu melanjutkan perjalanannya menuju ke Bukit Ular di lembah Huang-ho, tempat tinggal ibunya karena tempat itulah yang terdekat dari situ. Niatnya untuk menyelidiki keluarga Cia di Hui-cu ditundanya karena tempat itu masih terlampau jauh dari situ. Setelah bertemu dengan ibunya dan berusaha membujuk ibunya agar suka memaafkan ayahnya dan mau hidup bersama mereka di Hong-san, baru ia akan melakukan penyelidikan terhadap keluarga Cia di Hui-cu dan mencari Si Kedok Hitam yang telah menyerang dan melukai ayahnya. Tiraikasih Website oood0wooo Di sepanjang lembah Huang-ho bagian barat terdapat banyak sekali perbukitan bagaikan naga yang panjang berbelak-belok. Di antara ratusan buah bukit itu terdapat sebuah bukit yang dikenal dengan sebutan Bukit Ular Merah. Agaknya pernah ada orang melihat seekor ular merah di bukit ini, maka selanjutnya bukit itu diberi nama demikian. Entah benar atau tidak ada ular merah di tempat itu, akan tetapi yang jelas di bukit itu memang terdapat hutan-hutan yang dihuni banyak macam ular dari yang kecil beracun sampai yang sebesar paha orang yang panjangnya sampai sepuluh meter. Karena adanya banyak ular di situ, tidak ada orang berani mendaki bukit dan memasuki hutan di bukit itu. Bahkan pemburu yang paling tabah pun segan memasuki hutan di bukit itu, karena yang paling berbahaya adalah ular-ular yang berbisa dan berbahaya sekali. DewiKZ 218 Di tempat yang berbahaya ini, jauh di puncak tertutup pohon-pohon besar, berdiri sebuah pondok kayu yang mungil dan pondok itu adalah tempat tinggal seorang datuk wanita yang terkenal sekali dengan julukan Ang-tok Mo-li Iblis Betina Racun Merah. Datuk wanita ini terkenal dan ditakuti orang karena selain memiliki ilmu silat tinggi, ia pun seorang ahli dalam hal racun. Bahkan ia selalu membawa seekor ular kecil bersisik merah yang disebut Ang-hwa-coa Ular Kembang Merah. Ia juga ahli dalam menjinakkan ular, seorang pawang ular yang lihai. Ia dapat memanggil semua ular dan ular-ular itu dapat diperintahnya melakukan hal-hal yang membuat ia ditakuti lawan. Ia dapat mengerahkan ular-ular untuk mengeroyok lawannya, maka ia merupakan lawan yang amat berbahaya. Tiraikasih Website Sebetulnya, ketika masih mudanya ia merupakan seorang gadis yang cantik sekali. Bahkan sekarang pun, setelah berusia empat puluh tujuh tahun ia masih cantik dan bertubuh ramping. Dan ia suka sekali memakai pakaian serba merah sehingga sesuai dengan julukannya. Ketika ia masih seorang gadis muda, banyak pria yang tergila-gila kepadanya dan banyak lamaran diajukan orang. Akan tetapi semuanya ditolak oleh gadis yang bernama Bu Siang ini karena tidak ada yang cocok dengan hati dan seleranya. Ia merantau dan malang melintang di dunia persilatan karena ilmunya yang tinggi. Sebelum ia dikenal dengan julukan Ang-tok Mo-li ia sudah merupakan seorang gadis yang berwatak keras dan tidak mengenal ampun kepada musuh-musuhnya. Ketika ia berusia dua puluh tujuh tahun, bertemulah ia dengan seorang pendekar yang bukan lain adalah Souw Tek Bun yang pada waktu itu berusia sepantar dengan Bu Siang. Mereka bertemu dan saling jatuh cinta. Demikian akrab dan intimnya hubungan di antara mereka sehingga Bu Siang sudah menyerahkan diri dan kehormatannya karena percaya bahwa Souw Tek Bun pasti tidak akan menyia-nyiakannya dan akan menjadi suaminya. DewiKZ 219 Pada waktu itu, dalam usia dua puluh tujuh tahun, Bu Siang mulai terkenal karena keganasan dan kelihaiannya, maka orang sudah mulai menjuluki ia Ang-tok Mo-li. Dan ketika Souw Tek Bun mendengar akan julukan dan sepak terjang kekasihnya, hatinya merasa terpukul sekali. Souw Tek Bun sendiri dikenal sebagai seorang pendekar yang gagah perkasa, membela kebenaran dan keadilan. Ketika mendengar bahwa kekasihnya itu termasuk seorang tokoh sesat, dia lalu menjauhkan diri. Betapapun besarnya rasa cintanya terhadap Bu Siang, akan tetapi hatinya tidak Tiraikasih Website mengijinkan dia melanjutkan hubungan mesranya dengan seorang tokoh sesat. Bu Siang merasa betapa kekasihnya itu menjauhkan diri, maka ia mendesak agar Souw Tek Bun segera mengawininya. Akan tetapi Souw Tek Bun dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia tidak mungkin mempunyai seorang isteri tokoh sesat. Mendengar ini, Bu Siang menjadi marah sekali. Segala bujuk rayu dan ancaman tidak mengubah pendirian Souw Tek Bun. Bu Siang lalu menyerangnya dan terjadilah perkelahian antara mereka yang berakhir dengan kekalahan Bu Siang karena ilmu silat dan ilmu pedang keluarga Souw amat tangguh. Bu Siang pergi meninggalkan Souw Tek Bun dengan hati sakit dan ia mendendam. Demikian marah dan bencinya kepada Souw Tek Bun sehingga ia merahasiakan kepada pendekar itu bahwa sesungguhnya ia telah mengandung dua bulan! Ia mempunyai rencana sendiri mengenai anak yang akan dilahirkannya. la ingin menggembleng anak itu sehingga mewarisi semua ilmunya, kemudian ia akan menyuruh anak itu membalas dendam dan membunuh Souw Tek Bun! Ia akan mengadu antara ayah kandung dan anaknya sendiri sehingga salah satu dari mereka akan mati. Si Ayah akan mati di tangan anak kandungnya sendiri, atau Si Anak yang akan mati di tangan ayah kandungnya sendiri. Demikian sakit hatinya sehingga ia akan membuat Souw Tek Bun sengsara karena dibunuh atau membunuh anak kandungnya sendiri! DewiKZ 220 Rasa sakit hatinya bertambah ketika sutenya mencoba membantunya membujuk Souw Tek Bun, namun pendekar ini tetap menolak sehingga mereka bertanding dan sutenya terluka oleh Souw Tek Bun. Dendam ini berkelanjutan sampai puteri yang dilahirkannya menjadi dewasa. Puterinya itu adalah Lee Cin yang ia beri nama marga Bu Tiraikasih Website dan setelah puterinya menjadi dewasa dan lihai, ia pun menyuruh Lee Cin pergi membunuh Souw Tek Bun yang dikatakannya musuh besarnya. Lee Cin berangkat dan bertemu dengan Souw Tek Bun, akan tetapi Souw Tek Bun menyadarkannya karena dia dapat menduga bahwa Lee Cin adalah anak kandungnya. Selagi ia meragu, muncul Ang-tok Mo-li yang mendesak anaknya untuk membunuh Souw Tek Bun. Akan tetapi Lee Cin tidak mau bahkan membela ayahnya. Ang-tok Mo-ii terpaksa pergi dengan hati hancur. Anak yang sejak kecil digembleng untuk membunuh Souw Tek Bun ternyata malah memihak ayahnya! Demikianlah peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu baca Kisah Gelang Kemala dan kini Lee Cin hendak mencari ibunya untuk dibujuk agar ibunya suka memaafkan ayahnya dan mereka bertiga dapat bersatu kembali menjadi sebuah keluarga yang bahagia. Ang-tok Mo-li tinggal di puncak Bukit Ular itu bersama lima orang wanita pembantunya. Lima orang wanita ini pun telah dilatih ilmu silat sehingga nnereka menjadi orang-orang lihai dan selain menjadi pelayan, mereka pun dapat diandalkan untuk menjaga pondok di puncak itu. Usia mereka antara tiga puluh lima sampai empat puluh tahun. Datuk wanita ini sanna sekali tidak tahu bahwa puterinya sedang mencarinya. Ia sendiri sedang menghadapi persoalan yang terjadi di puncak sehari yang lalu, selagi ia tidak berada di rumah. DewiKZ 221 Apakah yang terjadi kemarin? Ketika itu, Ang-tok Mo-li sedang turun dari puncak untuk pergi ke kota yang paling dekat dan nnembeli segala keperluan sehari-hari seperti bumbu masak, kain untuk pakaian, dan lain-lain. Baru saja ia pergi belum ada dua jam, seorang kakek mendaki puncak itu dari jurusan lain. Tiraikasih Website Setibanya di depan pondok, lima orang anak buah Ang-tok Mo-li segera menyambut kakek yang asing bagi mereka itu. Seorang kakek yang sudah tua sekali, tidak kurang dari tujuh puluh tahun usianya, tubuhnya sudah bongkok dan rambut, kumis serta jenggotnya sudah putih. Kakek itu membawa sebatang tongkat dari bambu kuning. Biarpun sudah tua, namun dengan cepat dia dapat mendaki puncak Bukit Ular, menunjukkan bahwa dia bukan seorang kakek biasa, melainkan seorang yang berilmu tinggi. Lima orang anak buah Ang-tok Mo-li itu menyambut kakek itu dan seorang di antara mereka yang menjadi pemimpin bertanya, "Siapakah Paman dan ada urusan apakah datang ke tempat kami ini?" Kakek itu menyeringai, memperlihatkan mulut yang sudah tidak bergigi lagi. "Heh-heh-heh, kalian tidak mengenal aku? Sungguh aneh kalau ada orang tidak mengenalku, menunjukkan bahwa mereka itu bodoh dan tolol. Aku adalah Jeng-ciang-kwi Setan Seribu Tongan dari Guha Tengkorak di Lembah Iblis Kwi-san!" Dia berhenti untuk melihat reaksi wajah mereka. Akan tetapi lima orang wanita yang memang jarang bahkan ham- pir tidak pernah turun dari puncak kecuali untuk rnembeli keperluan mereka di dusun-dusun berdekatan, tidak mengenal nama itu. "Apa keperluanrnu mendatangi tempat ini?" Pemimpin mereka bertanya, sikapnya menjadi tidak sabar. "Ho-ho-ho, di mana Ang-tok Mo-li? Suruh ia keluar menemui aku!" DewiKZ 222 Lima orang itu mengerutkan alisnya, merasa tidak senang. "Mau apa engkau mencari Toanio Nyonya Besar?" tanya mereka. Tiraikasih Website "Mau apa? Mau apa aku mencari iblis betina Ang-tok Mo-li itu? Tentu saja membunuhnya! Aku mau membunuhnya!" "Keparat! Serbu!" bentak pemimpin kelompok lima orang itu. Mereka marah sekali mendengar betapa kedatangan kakek ini untuk membunuh majikan mereka. Mereka berlima mencabut pedang masing-masing dan segera mengepung dan menyerang Jeng-ciang-kwi. Jeng-ciang-kwi adalah seorang datuk sesat yang lihai sekali. Ilmu kepandaiannya tinggi dan wataknya aneh, kadang lembut dan kadang juga kasar dan kejam sekali. Kurang lebih delapan tahun yang lalu dia bentrok dengan seorang tokoh sesat lain berjuluk Hek-kak-liong Naga Tanduk Hitam karena mereka saling memperebutkan daerah kekuasaan. Dalam pertandingan ini, Hek-kak-liong tewas di tangan Jeng-ciang-kwi. Hek-kak-liong adalah sute dari Ang-tok Mo-li. Maka, pada tujuh tahun yang lalu, Ang-tok Mo-li mendatangi Jeng-ciang-kwi dan hendak membalaskan kematian sutenya baca Kisah Gelang Kemala. Dalam perkelahian yang hebat dan mati-matian ini Jeng-ciang-kwi berhasil menotok pundak Ang-tok Mo-li sehingga muntah darah dan terluka dalam. Akan tetapi sebaliknya, Ang-hwa-coa Ular Kembang Merah telah menggigit lengannya sehingga Jeng-ciang-kwi keracunan hebat. Hampir saja kakek ini tewas akibat gigitan ular kembang merah itu. Karena peristiwa itulah maka hari ini dia datang mencari Ang-tok Mo-li untuk membalas dendam. DewiKZ 223 Pengeroyokan lima orang pembantu Ang-tok Mo-li yang menggunakan pedang itu tidak ada artinya bagi kakek yang lihai ini. Tubuhnya seolah terlindung sinar kuning dari tongkat bambunya dan lima batang pedang lawan semua terpental begitu bertemu dengan sinar kuning itu. Tiraikasih Website Kemudian, dengan gerakan cepat sekali, lima orang itu terkena totokan dengan bambu kuning dan mereka berpelantingan roboh dan pingsan! Setelah merobohkan lima orang itu, Jeng-ciang-kwi lalu menggeledah, memasuki rumah karena ia tidak dapat menemukan Ang-tok Mo-li. Setelah mengamuk di rumah kosong itu, dia lalu keluar dan pergi dengan hati mendongkol karena tidak dapat membalas dendam kepada Ang-tok Mo-li. Pada siang harinya, barulah Ang-tok Mo-li pulang dari kota. Ia merasa heran melihat keadaan di sekitar pondok sunyi sekali, tidak tampak seorang pun di antara lima orang pembantunya. Ia menurunkan semua barang belanjaannya dari kota dan berlari memasuki pondok. Begitu melangkah ambang pintu, ia terbelalak. Keadaan dalam rumah porak-poranda dan lima orang pembantunya rebah di dalam pondok itu dan merintih-rintih karena terluka dalam oleh totokan tongkat bambu kuning Jeng-ciang-kwi! "Apa….. apa yang terjadi?" tanya Ang-tok Mo-li setelah ia membebaskan totokan dan menotok beberapa bagian tubuh lima orang pembantunya untuk melancarkan jalan darah mereka. "Jeng-ciang-kwi….. dia datang dan mencari Toanio….." kata pemimpin lima orang itu. Mereka berlima tadi dengan susah payah merangkak masuk ke dalam pondok dan rebah di lantai sambil menanti pulangnya majikan mereka. DewiKZ 224 "Jeng-ciang-kwi? Keparat!" Ang-tok Mo-li berseru marah sekali. Melihat keadaan lima orang pennbantunya yang gawat, ia lalu membantu mereka untuk rebah di kamar masing-masing. Ia memeriksa dengan teliti. Mereka itu tidak keracunan, akan tetapi cara totokan itu amat aneh, mengacaukan jalan darah dan memecahkan otot di pundak. Tiraikasih Website Ia sudah mencoba untuk rnengobati dengan urutan dan totokan, namun tidak berhasil. Ingin ia segera dapat pergi mencari Jeng-ciang-kwi untuk membuat perhitungan. Akan tetapi melihat keadaan lima orang pembantunya ia terpaksa menahan gelora hatinya yang marah. Lima orang pembantunya masih berada dalam keadaan gawat. Kalau ia meninggalkan mereka untuk mencari Jeng-ciang-kwi, besar bahayanya mereka akan tewas karena luka dalam mereka. Sore hari itu, setelah membereskan perabot rumahnya yang porak-poranda Ang-tok Mo-li memeriksa keadaan lima orang pembantunya. Ia sudah memberi minum mereka obat pelancar jalan darah, akan tetapi keadaan mereka masih mengkhawatirkan. Tiba-tiba pendengarannya yang tajam mendengar langkah kaki di depan pondok. Mata Ang-tok Mo-li memancarkan api kemarahan. Ia mengira bahwa orang yang datang tentu Jeng-ciang-kwi! Dengan membawa ular kembang merah di tangan kiri dan sebuah kebutan di tangan kanan, ia melompat dan berlari keluar. Akan tetapi begitu tiba di luar pintu, sambil berteriak "Jeng-ciang-kwi jahanam……!" ia berhenti dan berdiri heran dan terkejut karena yang berdiri di depannya sama sekali bukan Jeng-ciang-kwi, melainkan seorang gadis cantik jelita yang bukan lain adalah Lee Gin! "Kau.....?" Ia tergagap. "Mau apa engkau datang ke sini?" DewiKZ 225 "Ibu….." kata Lee Cin dengan terharu. "Aku adalah anakmu dan sebagai seorang anak, aku datang berkunjung…..." Tiraikasih Website "Katakan dulu, apa maumu datang ke sini?" potong Ang-tok Mo-li dengan suara masih ketus dan matanya memandang marah. "Maksud kunjunganku ini pertama, karena aku merasa rindu kepadamu, Ibu. Sejak kecil, walaupun sebagai muridmu, aku tinggal di sini bersamamu. Setelah berpisah selama dua tahun lebih, aku merasa rindu sekali. Dan ke dua, mengingat bahwa engkau adalah ibu kandungku, aku ingin berbakti kepadamu, merasakan hangatnya cinta kasihmu sebagai seorang ibu, Ibu, sejak kecil aku sudah haus akan kasih sayang ibu dan engkau telah memberi kasih sayang itu walaupun sebagai seorang guru. Sekarang, setelah engkau menjadi ibu kandungku, tidakkah kasih sayangmu kepadaku sennakin mendalam? Aku ingin menengok ibuku, ingin melihat keadaannya. Ibu, selama dua tahun ini, engkau baik-baik sajakah?" Mendengar suara anaknya yang penuh haru, tergerak juga hati Ang-tok Mo-li. Tentu saja amat mencinta muridnya yang juga anaknya ini, akan tetapi untuk memperlihatkannya ia merasa malu karena anak iitu dahulu memilih ikut ayahnya daripacla ikut ibunya. "Hem, begitulah…..." jawabnya sambil lalu. Kini pikirannya kembali dipenuhi persoalannya dengan Jeng-ciang-kwi. "Ibu, aku tahu pasti terjadi sesuatu yang membuat Ibu marah. Ada apakah, Ibu? Barangkali aku dapat membantu?" "Jeng-ciang-kwi datang selagi aku keluar dan dia melukai kelima orang pembantuku," akhirnya ia berkata. DewiKZ 226 "Kelima Bibi terluka? Ah, biarkan aku menengok mereka!" kata Lee Cin dan ia segera memasuki pondok diikuti oleh Ang-tok Mo-li. Tiraikasih Website Setibanya di dalam, Lee Cin memasuki kamar-kamar para pembantu yang terluka dan menneriksa mereka satu demi satu. Lalu ia berkata kepada ibunya yang mengikutinya dan mengamati apa yang dilakukan Lee Cin. "Keadaan mereka memang gawat, Ibu. Totokan Jeng-ciang-kwi memang ampuh dan ini yang dinamakan ilmu totokan penghancur jalan darah. Akan tetapi untung bahwa aku telah menguasai It-yang-ci, jangan khawatir, Ibu, aku dapat menyernbuhkan mereka." Biarpun mukanya tidak memperlihatkan sesuatu, namun dalam hatinya Ang-tok Mo-li merasa girang dan juga bangga. Puterinya telah menguasai ilmu totok yang amat terkenal dan jarang ada yang menguasai, ilmu totok dari Siauw-lim-pai itu. Bahkan para murid Siauw-lim-pai jarang ada yang berkesempatan mempelajari ilmu langka itu! Tanpa banyak cakap lagi Lee Cin lalu menyuruh lima orang itu satu demi satu duduk bersila dan membuka baju mereka. Dara itu sendiri bersila di belakangnya dan mulailah ia melakukan totokan It-yang-ci di bagian tubuh belakang orang yang terluka itu. Kemudian juga bagian tubuh depan mereka. Dan ternyata setelah Lee Cin menotok mereka, lima orang itu sembuh! Peristiwa ini sedikit banyak mendinginkan hati Ang-tok Mo-li yang tadinya panas. Ia mengajak puterinya duduk di dalam kamarnya. "Nah, sekarang katakan apa maksudmu yang sebenarnya datang kepadaku. Apakah engkau diutus ayahmu?" DewiKZ 227 "Tidak, Ibu. Kalau Ibu sudi mendengarkan, aku ingin memberitahukan bahwa Ayah baru-baru ini kedatangan seorang yang berkedok hitam dan penjahat itu melukai Ayah dengan pukulan tapak tangan hitam. Biarpun aku sudah mengobatinya, namun dia memerlukan waktu untuk memulihkan tenaganya." Tiraikasih Website "Hem, salahnya sendiri mengapa dia kalah melawan musuhnya," kata Ang-tok Mo-li tidak pedulikan. "Semenjak engkau pergi dari Hong-san dan aku hidup bersama Ayah, setiap hari kami berdua bersedih. Aku tahu bahwa Ayah merindukan engkau, Ibu." "Hemm……!" "Aku tidak berbohong, Ibu. Bahkan Ayah sering bicara dalam tidurnya memanggil-manggil Bu Siang. Aku menjadi sedih sekali melihat keadaan Ayah, Ibu. Dia sudah benar-benar menyesal akan apa yang dia lakukan terhadapmu, Ibu. Dan aku yakin bahwa dia tetap mencinta Ibu dan mengharapkan suatu waktu akan dapat hidup bersama Ibu. Karena itu, Ibu. Aku mohon kepadamu, sudilah kiranya Ibu memaafkan semua kesalahan Ayah dan kita bertiga hidup bersama di Hong-san sebagai sebuah keluarga yang bahagia. Aku mohon, Ibu." Dan sambil terisak Lee Cin menjatuhkan dirinya berlutut dan memeluk kedua kaki ibunya. Wajah Ang-tok Mo-li yang biasanya pucat itu kini menjadi sedikit merah. Kedua matanya basah dan kedua tangannya bergerak hendak merangkul puterinya, akan tetapi gerakan itu ditahannya. "Baik, akan kupertimbangkan permintaanmu itu. Akan tetapi engkau yang selama belasan tahun belajar dariku, kuminta engkau lebih dulu membantu aku menghadapi Jeng-ciang-kwi. Aku harus membalas apa yang dilakukannya hari ini!" DewiKZ 228 "Tentu saja aku bersedia, Ibu. Aku bersedia mempertaruhkan nyawa untuk membelamu!" Gadis itu bangkit dan hendak memeluk ibunya. Akan tetapi Ang-tok Mo-li mengelak dan berkata, Tiraikasih Website "Nanti dulu! Kalau engkau sudah berhasil membantuku membunuh Jeng-ciang-kwi, baru engkau boleh mengaku menjadi anak kandungku dan akan kupertimbangkan pemberian maaf kepada ayahmu." Hati Lee Cin terasa perih. Ingin ia merangkul ibunya ini sebagai ibu kandung, melampiaskan rasa rindunya kepada ibunya. Akan tetapi ia cukup mengenal watak ibunya yang aneh dan juga amat keras hati. "Baiklah, Ibu. Akan kutaati semua kehendakmu. Kapan kita berangkat mencari Jeng-ciang-kwi?" "Sekarang juga! Akan tetapi, mereka itu……?" Ia menoleh, memandang ke arah kamar-kamar para pembantunya. "Jangan khawatir, Ibu. Mereka sudah sembuh, hanya tinggal memulihkan tenaga saja. Asal diberi obat penguat darah, sudah cukuplah." "Kalau begitu, sekarang juga kita pergi," kata Ang-tok Mo-li. "Ke mana, Ibu? Apakah Ibu sudah mengetahui di mana adanya Jeng-ciang-kwi?" "Tentu saja. Dia tinggal di pegunungan Kwi-san, di Guha Tengkorak Lembah Iblis." "Kalau begitu, mari kita berangkat Ibu!" kata Lee Cin penuh sennangat. Ia masih teringat akan kakek berjuluk Jeng-ciang-kwi itu, ketika tujuh delapan tahun yang lalu ia bersama Ang-tok Mo-li yang ketika itu masih ia anggap sebagai gurunya, mendatangi Jeng-ciang-kwi sehingga keduanya menderita luka. Ia yakin akan mampu mengalahkan musuh besar ibunya itu. DewiKZ 229 oood0wooo Tiraikasih Website Jeng-ciang-kwi sebetulnya bernama Ciu Sam Ti, akan tetapi setelah ia menjadi datuk sesat, orang kang-ouw hanya mengenal nama julukannya saja. Dia tinggal di Guha Tengkorak di Lembah Iblis yang terletak di lereng Bukit Kwisan. Selama beberapa tahun ini dia telah membentuk perkumpulan tanpa nama terdiri dari kurang lebih tiga puluh orang. Dia sendiri tinggal di sebuah guha besar yang bentuknya dilihat dari jauh seperti tengkorak, namun guha itu telah diubah di bagian dalamnya menjadi rumah kediaman yang mewah. Di kanan kiri guha itulah didirikan pondok-pondok kayu yang menjadi tempat tinggal anak buahnya. Anak buahnya itu rata-rata memiliki ilmu silat yang cukup tangguh karena mereka menerima pelajaran ilmu silat dari Jeng-ciang-kwi sendiri. DewiKZ 230 Di waktu mudanya, Jeng-ciang-kwi merupakan seorang maling dan tukang copet yang amat lihai, dan karena itulah maka dia dijuluki Setan Tangan Seribu. Dan dia pun sudah berhasil mengumpulkan harta yang cukup banyak. Setelah menjadi majikan Guha Tengkorak, kekayaannya semakin bertambah. Anak buahnya bertugas mendatangi para perampok dan pencuri di daerah yang amat luas dan minta "pajak" dari mereka. Tadinya memang banyak yang menolak dan menentang, akan tetapi para penjahat itu satu demi satu ditalukkan oleh Jeng-ciangkwi dan selanjutnya mereka menganggap Jeng-ciang-kwi sebagai pelindung dan dengan senang hati memberikan sebagian dari hasil kejahatan mereka kepada Jeng-ciang-kwi. Dia sendiri melarang anak buahnya untuk melakukan kejahatan merampok atau mencuri dan hidup mereka cukup ditunjang oleh pemungutan pajak itu. Maka, Jeng-ciang-kwi lalu terkenal sebagai datuk sesat di daerah itu. Tiraikasih Website Pada suatu hari, keadaan di Guha Tengkorak meriah sekali. Di situ sedang diadakan perayaan ulang tahun Jeng-ciang-kwi yang ke tujuh puluh dua tahun. Sepuluh orang kepala perampok dan kepala pencuri dari daerah itu berdatangan untuk memberi selamat kepada Sang Datuk sambil memberi hadiah yang berharga. Mereka semua duduk menghadapi meja besar dan di kepala meja duduk Jeng-ciang-kwi yang menjamu mereka. Tiga puluh orang anak buah juga ikut berpesta-pora sambil melayani para tamu di meja besar itu. Mereka bergantian memberi selamat kepada Jeng-ciang-kwi dengan secawan arak dan suasana ramai dan gemuruh sekali, maklum bahwa yang berpesta adalah orang-orang kasar dari dunia hitam. Selagi ramai-ramainya mereka merayakan pesta itu, tiba-tiba terdengar suara wanita yang merdu dan nyaring, "Bagus sekali! Sekali ini engkau merayakan ulang tahunmu yang terakhir, Jeng-ciang-kwi!" DewiKZ 231 Semua orang terkejut dan menengok. Ternyata di situ telah berdiri dua orang wanita yang cantik. Yang pertama adalah seorang wanita yang usianya sudah empat puluh tujuh tahun akan tetapi kelihatan seperti wanita berusia tiga puluh tahun saja, dan yang ke dua lebih jelita lagi, seorang gadis berusia sembilan belas tahun. Mereka itu bukan lain adalah Ang-tok Mo-li dan Lee Cin. Para tamu itu adalah kepala-kepala gerombolan penjahat setempat, bukan tokoh-tokoh kang-ouw maka mereka tidak ada yang mengenal Ang-tok Mo-li, apalagi Lee Cin. Mereka memandang dengan mata kagum akan kecantikan mereka bahkan ada yang mengeluarkan seruan kagum secara kurang ajar sekali. Akan tetapi Jeng-ciang-kwi terkejut juga menyaksikan kunjungan orang yang tidak disangka-sangkanya itu. Ang-tok Mo-li adalah musuh lamanya. Baru-baru ini malah dia Tiraikasih Website mendatangi Bukit Ular akan tetapi tidak dapat bertemu dengan Ang-tok Mo-li dan sekarang iblis betina itu berani datang ke tempat tinggalnya. Dia bangkit berdiri dan menuding dengan tongkat bambu kuningnya. "aha, Ang-tok Mo-li. Kebetulan sekali engkau datang mengantarkan nyawa sehingga aku tidak lagi bersusah payah mencarimu!" Lee Cin berkata cepat. "Ibu, kakek ini sedang merayakan ulang tahunnya, sebaiknya kita juga memberi hadiah kepadanya!" Tanpa menanti jawaban ibunya, Lee Cin sudah meniup sulingnya. Suara suling nyaring melengking terdengar dan semua orang memandang heran, ada yang menutupi telinga karena suara melengking-lengking itu seperti menusuk ke dalam telinga mereka. Tak lama kemudian terdengar para anak buah Guha Tengkorak berteriak-teriak, "Ular......! Ular......! Banyak sekali ular!" Kini tampaklah beratus-ratus ular merayap masuk ke dalam tempat pesta itu! "Kalau ada yang berani membunuh mati seekor ular, dia akan mati dikeroyok ular berbisa!" kata Ang-tok Mo-li dan Lee Cin terus meniup sulingnya. Ular-ular itu seperti dikomando lalu membuat lingkaran lebar mengepung tempat itu! Setelah Lee Cin menghentikan tiupan sulingnya, ular-ular itu pun diam di tempat seperti telah mati atau tertidur pulas. Segera tercium bau amis yang memuakkan di tempat itu sehingga banyak orang menggigil karena merasa ngeri. Seorang di antara para kepala gerombolan penjahat itu mengenal Lee Cin dan dia pun berseru keras, DewiKZ 232 "Dewi Ular......!" Dan semua orang memandang takjub dan penuh perasaan jerih kepada Lee Cin. Tiraikasih Website "Jeng-ciang-kwi, aku menantangmu untuk bertanding satu lawan satu sampai salah satu di antara kita kalah atau tewas!" Ang-tok Mo-li berteriak menantang Jeng-ciang-kwi. Datuk ini tentu saja tidak takut terhadap ratusan ular itu. Dia bangkit berdiri dan mengetukkan tongkat bambunya ke atas lantai. "Bagus, memang aku ingin membunuhmu, Ang-tok Mo-li. Engkau boleh menggunakan lagi Ang-hwa-coa itu, aku tidak gentar sedikit pun!" Setelah berkata demikian, sekali menggerakkan tubuhnya dia telah melompat masuk ke dalam lingkaran yang dikepung ular itu, memalangkan tongkat bambunya di depan dada. "Ibu, biar aku yang menghadapi tua bangka ini!" kata Lee Cin. "Ibu menjaga kalau-kalau mereka itu melakukan pengeroyokan!" Ang-tok Mo-li maklum bahwa setelah rnenguasai It-yang-ci yang amat ampuh, dan tentu juga menerima gemblengan dari ayahnya, tentu kini tingkat kepandaian anaknya itu sudah melampauinya, maka ia pun berkata, "Lawanlah tua bangka busuk itu, Lee Cin. Dan jangan kasih ampun padanya!" Mendengar Ang-tok Mo-li mengaku gadis itu sebagai anaknya, Jeng-ciang-kwi berkata nyaring, nadanya menghina, "Hei, Ang-tok kapan engkau menikah? Bagaimana tahu-tahu sudah mempunyai anak? Siapakah ayahnya, atau anakmu itu anak haram?" DewiKZ 233 Mendengar penghinaan ini, wajah Lee Cin menjadi merah dan ia membentak marah, "Jeng-ciang-kwi tua bangka busuk, ayahku adalah bengcu Souw Tek Bun, pendekar besar yang terhormat. Mulutmu busuk, engkau layak mampus!" Setelah berkata demikian, Lee Cin melempar sulingnya kepada ibunya dan melepaskan pedang Tiraikasih Website Ang-coa-kiam dari libatan di pinggangnya. Ia sengaja membiarkan tangan kirinya kosong untuk dapat memainkan ilmu totok Im-yang-ci dengan leluasa. Begitu Pedang Ular Merah berada di tangannya, Lee Cin langsung saja menyerang kakek itu dengan dahsyat. Pedangnya mengeluarkan bunyi bercuitan ketika ia menusuk ke arah dada kakek itu dengan cepat dan kuat sekali. Jeng-ciang-kwi terkejut juga melihat gerakan pedang yang dahsyat itu. Dia menggerakkan tongkat bambu kuningnya menangkis. "Tranggg......!" Keduanya melompat ke belakang karena pertemuan tongkat dan pedang itu membuat tangan mereka tergetar hebat. Jeng-ciang-kwi menjadi semakin kaget. Ternyata gadis cantik itu memiliki tenaga sinkang yang amat kuat, bahkan dapat mengimbangi tenaganya! Dia cepat membalas, tongkatnya berubah menjadi sinar kuning menyerampang ke arah kaki Lee Cin. Ketika gadis itu melonat ke atas untuk menghindarkan kakinya dari sambaran tongkat, tongkat itu telah meluncur dan menusuk ke arah perut gadis itu! Cepat dan hebat gerakan Jeng-ciang-kwi ini, akan tetapi serangannya yang beruntun tidak membuat Lee Cin gugup. Pedang membuat gulungan sinar kemerahan dan kembali pedang dan tongkat beradu dengan kuatnya sehingga kembali mereka meloncat ke belakang. Sementara itu, para tamu Jeng-ciang-kwi sudah mencabut senjata masing-masing dan mengepung Ang-tok Mo-li dengan sikap bengis mengancam. Akan tetapi wanita itu tersenyum mengejek, DewiKZ 234 "Hayo kalian semua boleh mengeroyok aku!" tantangnya dan begitu ada yang bergerak maju, sinar merah meluncur dari tangannya dan dua orang yang maju itu terpelanting karena lecutan kebutan berbulu merah di tangan kanan Tiraikasih Website wanita sakti itu. Terdengar Ang-tok Mo-li tertawa merdu dan nyaring. "Ibu, jangan membunuh orang!" teriak Lee Cin yang khawatir ibunya akan membunuh semua orang itu. Ang-tok Moli juga teringat bahwa ketika menyerbu ke Bukit Ular, Jeng-ciang-kwi juga tidak membunuh lima orang pembantunya, maka kebutannya tadi hanya membuat dua orang itu terpelanting dan tidak menderita berat. Delapan orang kepala perampok ketika melihat dua orang rekan mereka roboh, menjadi marah dan mereka segera mengeroyok Ang-tok Mo-li. Akan tetapi Ang-tok Mo-li merasa tidak gentar, bahkan ia mengamuk dan kebutan berbulu merah di tangannya berubah menjadi gulungan sinar merah yang menyambut semua serangan senjata para pengeroyok. Sementara itu, pertandingan antara Jeng-ciang-kwi dan Lee Cin berlangsung dengan cepat, dahsyat dan seimbang. Pedang Ular Merah dan tongkat bambu kuning itu saling serang, akan tetapi keduanya tidak pernah dapat melukai lawan yang mengelak atau menangkis dengan kuatnya. Sudah lima puluh jurus mereka bertanding, namun belum ada yang kelihatan terdesak. Diam-diam Lee Cin harus mengakui bahwa lawannya merupakan datuk yang lihai sekali. Pantas tujuh tahun yang lalu itu ibunya sampai terluka parah ketika melawan Jeng-ciang-kwi. DewiKZ 235 Jeng-ciang-kwi juga merasa penasaran sekali. Gadis ini benar-benar merupakan lawan yang amat tangguh. Sudah banyak ilmu yang dia keluarkan, namun semua dapat dihindarkan dan dipunahkan gadis itu. Dia sudah mulai berkeringat dan napasnya memburu. Bagaimanapun juga, faktor usia amat menentukan dalam adu kekuatan dan ilmu silat. Karena usianya sudah tujuh puluh tahun lebih, Jeng-ciang-kwi mengalami kemunduran yang hebat tanpa Tiraikasih Website disadari olehnya. Karena selama ini tidak pernah menghadapi lawan berat, maka dia selalu dapat menang dengan mudah sehingga dia mengira bahwa kekuatannya masih seperti duIu di waktu dia muda. Baru setelah kini berhadapan dengan lawan tangguh, terasa olehnya betapa tenaganya hampir terkuras dan napasnya terengah-engah. Merasa bahwa kalau dia tidak cepat dapat menjatuhkan lawannya yang muda ini, dia tentu akan kalah karena kehabisan tenaga. Maka dia lalu mengeluarkan teriakan menyeramkan dan tiba-tiba gerakannya berubah. Tongkat bambu kuning itu bergerak seperti gelombang lautan menyerang Lee Cin. Gadis ini terkejut karena merasa betapa dahsyatnya gelombang serangan gulungan sinar kuning itu. Biar pun ia sudah memutar pedangnya untuk melindungi tubuhnya, tetap saja ia terdesak dan terpaksa mengelak mundur. Tiba-tiba tongkat itu meluncur dengan kecepatan yang sedemikian hebatnya sehingga tidak keburu ditangkis pedang. Lee Cin dalam kagetnya lalu mengerahkan ginkangnya, tubuhnya mencelat ke atas seperti seekor burung walet terbang! DewiKZ 236 Melihat lawannya lenyap "terbang" ke udara, Jeng-ciang-kwi yang sudah hampir kehabisan napas itu menjadi girang. Inilah kesempatan terbaik baginya. Dia lalu memasang tongkatnya untuk menyambut tubuh Lee Cin kalau turun. Akan tetapi Lee Cin juga sudah waspada. Ketika tiba di udara Lee Cin lalu mengerahkan tenaganya dan berjungkir balik sehingga ketika tubuhnya turun, ia menukik dengan kepala di bawah. Dengan sendirinya jangkauan tangannya juga berada paling bawah. Ketika ia melihat kakek itu menyambutnya dengan tusukan tongkat bambu kuning. Lee Cin mengerahkah tenaganya dan pedangnya membabat tongkat itu berkali-kali. Tiraikasih Website "Crak-crak-crak-crak!" Setiap kali Pedang Ular Merah membabat tongkat bambu itu, sebagian tongkat itu terpotong! Agaknya penyaluran sinkang dari Jeng-ciang-kwi sudah tidak begitu kuat lagi sehingga dia tidak mampu mempertahankan tongkat seperti tadi. Kini empat kali tongkatnya terbacok putus dan tubuh gadis itu semakin dekat dengannya. Sambil membabat lagi, Lee Cin menggerakkan tangan kirinya dan menotok ke arah ubun-ubun kepala Jeng-ciang-kwi. Kakek itu sedang terkejut melihat tongkatnya terpotong-potong dan mencurahkan seluruh perhatiannya ke sana, maka dia tidak dapat menghindar lagi ketika jari tangan gadis itu menotok ubun-ubun kepalanya. "Tukk!" Jeng-ciang-kwi mengeluarkan teriakan panjang, tubuhnya terhuyung lalu ia roboh menelungkup di atas tanah, tidak bergerak lagi. Lee Cin menggunakan kakinya untuk membalikkan tubuh itu sehingga telentang dan ia melihat betapa kakek yang tangguh itu telah tewas dengan tongkat bambu yang tinggal pendek masih tergenggam di tangan kanannya! Lee Cin menoleh ke arah ibunya. Ibunya masih mengamuk karena kini tiga puluh orang anak buah Guha Tengkorak juga maju mengeroyoknya. Akan tetapi sudah ada belasan orang yang rebah malang melintang tidak dapat ikut mengeroyok lagi karena ada yang tertotok tubuhnya sehingga tidak mampu bergerak dan ada pula yang patah tulang dan terluka akan tetapi tidak ada yang tewas. DewiKZ 237 Melihat ibunya mengamuk dengan kebutannya dan sulingnya yang tadi dilemparkan kepada ibunya masih dipegang tangan kiri ibunya dan digunakan untuk menangkis serangan para pengeroyok, Lee Cin berseru, "Ibu, lemparkan suling itu ke sini!" Tiraikasih Website Ang-tok Mo-li melemparkan suling yang disambar oleh Lee Cin. Kemudian Lee Cin berkata nyaring, "Siapa yang tidak mau berhenti mengeroyok, akan dikeroyok ular sampai mati!" Ia lalu meniup sulingnya dan ularular yang tadi mengepung saja dan tidak bergerak walaupun di situ terdapat perkelahian, kini mulai bergerak maju, mempersempit lingkaran pengepungan mereka. Melihat ini, para anak buah Guha Tengkorak menjadi gentar, apalagi mereka melihat betapa Jeng-ciang-kwi telah tewas. Di antara sepuluh orang kepala perampok, yang belum roboh ada dua orang. Melihat keadaan yang tidak menguntungkan itu dan takut dipagut ular berbisa, dua orang ini lalu membuang golok mereka dan menjatuhkan diri berlutut. "Kami menyerah! Jangan biarkan ular-ular itu menyerang kami!" teriak dua orang kepala perampok itu. Perbuatannya ini segera diikuti oleh para anak buah Guha Tengkorak yang memang sudah kehiIangan semangat dan keberanian. "Kami semua menyerah kepada Dewi Ular!" kata mereka gemuruh. Lee Cin meniup lagi sulingnya dengan nada lain dan ular-ular itu lalu memutar tubuh dan merayap pergi dari tempat itu! Melihat ini, dua kepala perampok dan semua anak buah Guha Tengkorak menjadi lega dan seorang di antara dua kepala perampok itu sambil berlutut memberi hormat kepada Lee Cin sambil berkata dengan suara nyaring, "Kami mohon kepada Dewi Ular untuk memimpin kami!" DewiKZ 238 Teriakan ini disambut oleh semua anak buah Guha Tengkorak yang sudah taluk benar-benar karena gadis itu Tiraikasih Website telah membunuh pemimpin mereka dengan suara gemuruh, "Hidup Dewi Ular!" Lee Cin mengangkat kedua tangannya ke atas dan berkata dengan suara tegas dan nyaring, "Dengar kalian semua! Jeng-ciang-kwi telah mengacau di tempat kami maka hari ini kami datang melakukan pembalasan, Jeng-ciang-kwi telah mati dan kalian boleh mengangkat seorang di antara kalian untuk menjadi pemimpin. Aku Dewi Ular tidak ingin menjadi pemimpin kalian, hanya pesan kami agar kalian tidak mengganggu penduduk dusun yang tidak berdosa. Kalau merampok pun harus pilih-pilih, jangan menculik wanita dan jangan sembarangan membunuh orang. Kalau kalian melanggar laranganku ini, kelak kalau aku lewat di sini aku tidak akan mengampuni kalian lagi!" "Coa Sian-li Dewi Ular, kami mohon sudilah Sian-li memimpin kami yang telah kehilangan pemimpin. Kami akan menaati semua perintah Sian-li" terdengar seorang berseru. Lee Cin tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Tidak mungkin. Aku masih mempunyai banyak sekali tugas yang harus kuselesaikan. Nah, selamat tinggal!" Lee Cin memberi isyarat kepada ibunya dan keduanya lalu meloncat jauh dan sebentar saja sudah lenyap dari penglihatan empat puluh orang yang masih berlutut di situ. Setelah menuruni Bukit Kui-san dan tiba di kaki bukit, Ang-tok Mo-li dan Lee Cin berhenti berlari dan mereka berjalan seenaknya. "Lee Cin, hatiku senang sekali engkau telah dapat membantuku membunuh Jeng-ciang-kwi. Kepandaian silatmu telah maju dengan pesat." DewiKZ 239 "Di antara kita tidak perlu berterima kasih, Ibu. Sudah menjadi kewajiban membantumu." Tiraikasih Website "Kenapa engkau tadi menolak pengangkatan mereka menjadi pemimpin mereka, Lee Cin? Senang mempunyai anak buah seperti mereka yang rata-rata memiliki kepandaian yang lumayan. Engkau akan menjadi tokoh yang amat terkenal dan dihormati semua orang kang-ouw di daerah ini." "Aih, Ibu. Apakah Ibu senang kalau aku menjadi kepala gerombolan penjahat, Ibu? Aku tidak sudi menjadi seorang datuk sesat. Sekarang kita bicara tentang dirimu, Ibu. Engkau sudah berjanji kepadaku, kalau aku dapat membantumu, menghadapi Jeng-ciang-kwi, maka Ibu akan mempertimbangkan permintaanku, yaitu agar Ibu mau memaafkan Ayah dan suka hidup bersama dengan kami di Hong-san. Aku sekarang menagih janji Ibu itu." KaIau dalam keadaan biasa, Ang-tok Mo-li tentu akan marah mendengar Lee Cin menagih janji yang seolah menyudutkannya itu. Akan tetapi saat itu hatinya sedang senang karena ia telah melihat musuh besarnya terbunuh oleh Lee Cin. Maka ia hanya mengerutkan alisnya dan balas bertanya kepada puterinya, "Apakah dia membutuhkan maafku?" Lee Cin memegang tangan ibunya. "Ah, Ibu. Perlukah kujelaskan lagi? Ayah selama ini sungguh tersiksa memikirkan Ibu, memikirkan kesalahan yang telah dilakukannya terhadap Ibu. Kalau aku mengajaknya bicara tentang Ibu, Ayah menghela napas berulang-ulang dan wajahnya tampak berduka sekali. Aku yakin bahwa kalau Ibu suka memaafkan dia dan suka tinggal di sana bersama kami, Ayah akan menjadi orang paling berbahagia di dunia." DewiKZ 240 "Tapi..... ayahmu adalah seorang bengcu yang terhormat, sedangkan aku? Kau tahu sendiri siapa aku, Tiraikasih Website seorang wanita iblis yang dikutuk banyak orang! Derajat dan kemuliaan ayahmu akan ternoda dan terseret turun kalau aku hidup bersamanya." Lee Cin merangkul ibunya. "Jangan begitu Ibu. Aku tahu bahwa biarpun Ibu dijuluki Mo-li Iblis Betina, namun di lubuk hati Ibu, Ibu adalah seorang wanita yang gagah perkasa dan pembela keadilan. Dan tentang Ayah, dia akan mengundurkan diri dari kedudukan bengcu itu, Ibu." "Ehhh?" Ang-tok Mo-li memandang wajah puterinya dengan kaget. "Mengapa rnengundurkan diri?" "Belum lama ini, Ayah didatangi seseorang yang memakai kedok hitam dan orang itu memaki-maki Ayah sebagai seorang bengcu antek penjajah Mancu, karena ketika pengangkatannya direstui oleh Kaisar Mancu. Kemudian orang berkedok hitam itu menyerang Ayah dan dalam perkelahian itu Ayah terluka oleh pukulan tapak hitam dari orang itu. Sekarang pun Ayah masih beristirahat untuk memulihkan tenaganya Ibu. Beruntung bahwa aku telah mempelajari It-yangci sehingga aku dapat menyelamatkan Ayah. Nah, sejak itu Ayah mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Dia tidak mau dianggap oleh dunia kang-ouw sebagai bengcu antek penjajah Mancu." "Hemm, siapakah penyerang itu?" DewiKZ 241 "Ayah tidak mengetahuinya, Ibu. Dan ketika itu aku pun sedang tidak ada di rumah. Ayah hanya mengatakan bahwa orang itu masih muda, berkedok hitam dan memiliki pukulan tapak tangan hitam yang disebutnya pukulan "merontokkan jalan darah". Sebetulnya Ayah telah menghabiskan urusan dengan Si Kedok Hitam itu, akan tetapi aku tidak dapat menerimanya begitu saja, Ibu. Aku akan pergi mencari orang itu dan membalas kekalahan Tiraikasih Website Ayah. Barangkali Ibu mengetahui siapa yang memiliki iImu pukulan seperti itu?" Ang-tok Mo-li mengerutkan alisnya dan mengingat-ingat. "Aku pernah mendengar tentang ilmu tapak tangan hitam dari keluarga Cia, akan tetapi entah mereka atau bukan yang melukai ayahmu. Seingatku ilmu tapak tangan hitam keluarga Cia disebut Hek-tok-ciang Tangan Racun Hitam." "Aku juga sudah mendengar akan mereka di Hui-cu, di kaki bukit Lo-sian, bukan?" Ibunya mengangguk. "Kalau begitu, sekarang juga aku akan pergi ke sana untuk menyelidikinya!" "Akan tetapi mereka itu terkenal sebagai keluarga para pendekar yang gagah perkasa, bukan golongan penjahat." "Siapa pun mereka, akan kuselidiki. Kalau betul ada di antara mereka yang dulu memakai kedok dan melukai Ayah, tentu akan kutantang dan kubalas dia!" Ang-tok Mo-li menghela napas panjang dan mengamati wajah puterinya. Ada keharuan di hatinya. Kekerasan hati puterinya itu jelas ia yang menurunkannya. Andaikata ia yang menjadi Lee Cin, ia pun tentu akan mencari orang itu sampai dapat ditemukan. "Kalau begitu, sesukamulah, Lee Cin. Engkau sudah memiliki kepandaian yang cukup untuk bertindak sendiri. Akan tetapi, bagaimana dengan keadaan ayahmu?" DewiKZ 242 "Dia masih menderita oleh akibat pukulan itu, Ibu. Biarpun dia sudah tidak terancam bahaya lagi, namun dia masih lemah dan perlu beristirahat. Aku sudah mencari Tiraikasih Website seorang paman dari dusun untuk merawat dan melayaninya selama aku pergi." "Aku..... aku maafkan dia..... Sudah lama, selama engkau pergi, aku sudah maafkan dia," katanya lirih. Mendengar ini, Lee Cin merangkul dan mencium ibunya dengan kedua mata basah. Ketika ia memandang wajah ibunya, ia melihat betapa kedua mata ibunya juga basah. Di dalam hatinya Lee Cin bersorak. Ibunya menangis! Ini merupapakan hal yang langka sekali dan ini mungkin sekali berarti bahwa hati ibunya yang tadinya membeku dan keras sudah mencair dan lunak kembali! "Ibu," ia berbisik dekat telinga ibunya, "Ayah amat mencinta Ibu, sungguh amat mencintaimu." Ang-tok Mo-li melepaskan rangkulannya dan mengerutkan alisnya. "Kenapa tidak dari dulu?" "Ayah sudah menyesali hidupnya, Ayah merana dalam hatinya dan selalu merindukan Ibu. Setelah Ibu memaafkan dia, tidakkah Ibu kasihan melihat dia terluka? Alangkah akan bahagia hatinya kalau Ibu sudi menengok Ayah yang sedang lemah dan beristirahat." "Bagaimana nanti sajalah. Kapan engkau akan pergi ke Lo-sian?" "Sekarang juga, Ibu." "Kalau begitu berangkatlah, akan tetapi hati-hatilah. Sedapat mungkin jangan sampai engkau bermusuhan dengan keluarga Cia, hal itu berbahaya sekali." Baik, Ibu. Akan kuingat pesan Ibu." Kedua orang wanita, ibu dan anak itu Ialu berpisah. Lee Cin menuju ke barat dan ibunya menuju ke selatan. DewiKZ 243 oood0wooo Tiraikasih Website Lima orang laki-laki berdiri sambil bercakap-cakap di dalam sebuah hutan di pegunungan Hong-san. Mereka ini bukan orang-orang lemah karena mereka membawa golok di pinggang mereka. Kuncir mereka melilit leher dan sikap mereka congkak seperti kebanyakan orang yang merasa dirinya kuat dan berkuasa. Memang, lima orang ini bukan orang sembarangan, melainkan segerombolan perampok yang mengepalai banyak anak buah di sebelah timur Pegunungan Hong-san. Yang mereka bicarakan adalah bengcu Souw Tek Bun. "Tidak salahkah keterangan yang kau peroleh bahwa Souw-bengcu itu kini sedang sakit dan lemah?" tanya seorang kepada kawannya yang bermuka hitam. "Tidak salah. Petani yang kini merawatnya menceritakan hal ini kepada beberapa orang dusun dan berita itu menyebar sehingga aku mendengarnya. Kiranya, sekaranglah saatnya yang terbaik untuk bergerak," kata Si Muka Hitam. "Akan tetapi ada puterinya yang kabarnya tidak kalah tangguhnya dibandingkan dengan Souw-bengcu," kata orang ke tiga. "Bahkan puterinya itu akhir-akhir ini dikenal sebagai Dewi Ular. Kabarnya ia dapat memanggil semua ular di daerah ini untuk membantunya menghadapi musuh. Ih, mengerikan!" kata orang ke empat. "Kalau berbahaya sekali, lebih baik ditangguhkan, tunggu sampai kita memperoleh bantuan yang tangguh, baru kita serbu," kata orang ke lima. DewiKZ 244 "Kenapa kalian begitu ketakutan? Sudah kukatakan bahwa anak perempuannya itu pergi jauh. Karena itu maka Tiraikasih Website orang dusun itu disuruh menjaga dan merawat Souw-bengcu. Jangan kalian takut, begitu pengecutkah kalian?" kata Si Muka Hitam yang agaknya menjadi pemimpin mereka. Orang ini memang kelihatan menyeramkan. Mukanya hitam sekali, rambutnya sangat subur, dikuncir tebal dan kuncir itu melilit lehernya. Di punggungnya terdapat sebatang ruyung dan di pinggangnya tergantung sebuah golok. Lima orang ini menamakan diri mereka sendiri Hong-san Ngo-houw Lima Harimau Bukit Hong-san. Mereka bercakap-cakap di hutan yang sunyi itu, membicarakan niat mereka untuk menyerbu rumah Souw-bengcu. "Apakah benar pedang itu amat berharga maka engkau hendak merampasnya?" tanya orang pertama kepada Si Muka Hitam. "Hem, tentu saja! Amat berharga sekali. Orang di dunia kang-ouw tentu akan berani membayar mahal untuk pedang Ceng-liong-kiam! Kalian tahu pedang itu adalah pedang pemberian Kaisar kepada Souw-bengcu. Dengan pedang itu di tangan, orang dapat memasuki istana dan semua penjaga akan memberi hormat. Orang itu akan dapat langsung menghadap Kaisar! Bukankah benda itu amat berharga? Selain itu, juga pedang itu merupakan pedang pusaka yang ampuh sekali." Mendengar keterangan ini, empat orang rekannya menyeringai dan mengangguk-angguk. "Kalau begitu kapan kita akan menyerbu ke sana?" "Sekarang juga, selagi masih pagi." DewiKZ 245 Berangkatlah lima orang itu mendaki puncak Hong-san menuju ke tempat kediaman Souw Tek Bun. Mereka mendaki setengah berlari dan nampak wajah mereka penuh gairah, penuh semangat. Tiraikasih Website Akhirnya sampai juga mereka di depan pondok tempat tinggaI Souw Tek Bun yang kelihatan sunyi sekali. Selagi lima orang itu menjenguk ke sana-sini, muncullah seorang laki-laki setengah tua dari dalam pintu pondok. Melihat lima orang itu, dia terkejut dan cepat menghampiri sambil bertanya, "Siapa kalian dan ada keperluan apa datang ke sini?" tanyanya. Akan tetapi sebagai jawabannya, sebatang golok berkelebat dan pelayan itu berteriak mengaduh satu kali lalu terkulai roboh dengan dada terkoyak. Mendengar teriakan ini, Souw Tek Bun yang sedang berada di dalam menjadi terkejut dan dia pun muncul dari pintu. Karena tidak menyangka buruk, bengcu ini tidak membawa senjata apa pun. Melihat lima orang yang tampak garang dan bengis itu, Souw Tek Bun mengerutkan alisnya, akan tetapi ketika dia melihat pelayannya sudah menggeletak mandi darah, dia terkejut dan marah sekali. "Siapakah kalian dan apa yang kalian lakukan ini?" Si Muka Hitam memutar tubuh memandang kepada Souw Tek Bun. Dan empat orang rekannya juga memandang bengcu itu dengan sinar mata penuh perhatian dan juga ada tersisa perasaan gentar karena mereka sudah mendengar kabar tentang kegagahan bengcu ini dengan ilmu silatnya yang tinggi. Akan tetapi Si Muka Hitam sudah yakin akan kebenaran berita yang diterimanya lalu tertawa, "Ha-ha-ha, kiranya yang namanya Souw-bengcu hanya seorang tua yang lernah dan berpenyakitan!" DewiKZ 246 Souw Tek Bun yang tidak tahu bahwa ucapan itu untuk memancing dan mengetahui keadaannya, menghela napas Tiraikasih Website dan berkata sejujurnya, "Memang aku sedang tidak sehat, akan tetapi mengapa kalian membunuh pelayanku yang sama sekali tidak berdosa ini?" Si Muka Hitam mencabut golok dan ruyungnya diikuti empat rekannya yang juga sudah mencabut golok mereka. "Souw Tek Bun! Kami datang bukan untuk mengobrol denganmu! Cepat kau serahkan Ceng-liong-kiam kepada kami atau engkau akan mati seperti pelayanmu ini!" Biarpun keadaannya lemah dan tenaganya belum puIih, Souw Tek Bun adalah seorang gagah perkasa yang tidak mungkin mau tunduk atas perintah gerombolan penjahat begitu saja. "Ceng-liong-kiam adalah pedangku, tidak boleh orang lain memilikinya!" katanya dengan gagah. "Kalau begitu mampuslah" bentak Si Muka Hitam yang langsung menyerang dengan golok di tangan kanan dan ruyung di tangan kiri. Biarpun Souw Tek Bun kehilangan tenaganya, namun dia tidak kehilangan ilmu silatnya yang sudah mendarah daging, maka dengan mudah dia mengelak dari serangan golok dan ruyung itu. Akan tetapi empat rekan Si Muka Hitam sudah maju menyerang dari segala jurusan! DewiKZ 247 Souw Tek Bun hanya mampu mengelak, akan tetapi karena dia kehilangan tenaganya, maka gerakannya juga tidak begitu gesit lagi. Kembali ruyung Si Muka Hitam menyambar ke arah kepalanya. Souw Tek Bun mengelak dengan menarik kepalanya ke belakang dan pada saat itu, dua batang golok menyambar dari kanan kiri. Terpaksa dia melempar tubuh ke belakang dan dapat berjungkir-balik satu kali, hanya untuk menghadapi golok lain dari depan dan belakangnya. Dia memutar tubuh dan kembali mengelak, akan tetapi elakannya kurang cepat sehingga Tiraikasih Website ketika ruyung menyambar ke arah kepala dan dielakkannya, ruyung itu masih menimpa ujung pundaknya. "Dess......!" Tubuh Souw Tek Bun terguling. Akan tetapi begitu roboh dia menggulingkan tubuhnya lalu bangkit berdiri dengan pundak kiri terasa nyeri bukan main. Kembali hujan goIok dan ruyung mengeroyoknya. Karena dia tidak diberi kesempatan untuk membalas, maka dia hanya berloncatan ke sana sini untuk mengelak dan suatu saat kaki kanan Si Muka Hitam mencuat dan mengenai perutnya. "Bukk.....!" Kembali tubuh Souw Tek Bun terpelanting, kini terjengkang, akan tetapi dia masih dapat bergulingan menghindarkan diri. Tahulah Souw Tek Bun bahwa nyawanya terancam maut. Kalau dia tidak kehabisan tenaga sebagai akibat pukulan tapak tangan hitam, biarpun dia bertangan kosong, dalam beberapa gebrakan saja dia tentu akan mampu merobohkan lima orang itu. Akan tetapi tenaganya tidak ada sehingga kegesitannya pun berkurang. -oo0dw0oo- Jilid 08 DewiKZ 248 "Sing-sing-sing......!" Tiga batang golok berdesing menyambut dan hampir saja mengenai tubuh pendekar itu. Dia melompat mundur ke belakang menghindarkan diri dari sambaran golok-golok itu. Akan tetapi ketika Si Muka Hitam mengejar dan menggerakkan ruyungnya, kembali ruyung itu mengenai pahanya dan Souw Tek Bun lalu terguling roboh, tidak mampu berdiri kembali. Dengan wajah menyeringai bengis, lima orang itu sudah berlompatan mengangkat senjata masing-masing untuk mengirim bacokan atau tusukan maut. Tiraikasih Website "Wuuutt..... tar-tar-tar-tar-tar.....!" Sinar merah menyambar lima kali dan lima orang perampok itu berpelantingan dan tidak dapat bangkit kembali karena kepala mereka sudah retak disambar ujung kebutan berbulu merah. Ang-tok Mo-li sudah berada di situ, melangkah mendekati Souw Tek Bun dan memandang dengan alis berkerut. Souw Tek Bun yang sudah menderita luka di pundak dan pahanya itu, juga menerima tendangan di perutnya, memandang wanita itu. Pandang matanya menjadi kabur, akan tetapi dia masih mengenal wanita itu dan mulutnya berkata lirih, "Kau.... kau..... Bu Siang......!" Dan dia pun terkulai pingsan. Ketika dia membuka matanya kembali, Souw Tek Bun mendapatkan dirinya sudah rebah di pembaringan di dalam kamarnya dan melihat Ang-tok Mo-li sedang membalut luka di pundak dan pahanya. "Bu Siang..... kau..... kau menyelamatkan aku..... dan merawatku.....?" pertanyaan itu keluar dengan suara penuh haru. "Sttt, diamlah dan mengasolah. Engkau tidak terluka parah, hanya perlu beristirahat," kata Ang-tok Mo-li atau Bu Siang dengan lembut. Souw Tek Bun memandang kepada wanita itu dan kedua matanya basah. "Bu Siang, tidak mimpikah aku? Benarkah ini engkau yang merawatku? Bu Siang, katakan bahwa ini bukan sekedar mimpi....." DewiKZ 249 Bu Siang tersenyum memandang kepada pria yang sesungguhnya amat dicintanya ini. Kalau ia pernah membencinya, hal itu karena besarnya cinta yang gagal. Tiraikasih Website Akan tetapi kini ia menyadari bahwa apa yang dikatakan puterinya itu bukan bohong. Pria ini masih mencintanya dan mengharapkan kedatangannya. Ia mengangguk. "Apakah engkau mengharapkan kedatanganku dan merasa rindu kepadaku?" tanyanya lirih. Souw Tek Bun menangkap tangan wanita itu dan menciumi tangan itu dengan air mata berlinang. "Haruskah kukatakan lagi, Bu Siang. Aku mengharapkan engkau datang, agar kita dapat hidup bersama. Aku mengharapkan maafmu yang sebesar-besarnya, atau kalau tidak, aku akan rela mati kau bunuh......" Ang-tok Mo-li menggeleng kepalanya. "Hemm, laki-laki tolol, kalau saja begini sikapmu sejak dulu....." "Akan tetapi aku belum terlambat, bukan? Kau sudi memaafkan aku atas kebodohanku itu? Aku sungguh menyesal dan dengan setulus hati aku berjanji akan mempergunakan sisa umurku untuk membahagiakanmu, Siang-moi Adik Siang." "Dengan satu syarat bahwa engkau harus tidak menjadi bengcu lagi. Aku akan selalu merasa rendah diri untuk hidup di samping seorang bengcu yang namanya dimuliakan dan dihormati seluruh orang kang-ouw." Souw Tek Bun menarik tangan Ang-tok Mo-li dan merangkulnya. "Jangan khawatir, Siang-moi. Sebelum engkau datang pun aku sudah bermaksud untuk mengundurkan diri dari jabatan bengcu." DewiKZ 250 Tentu saja Bu Siang sudah mendengar akan hal ini dari puterinya. Ia membiarkan dirinya dirangkul dan kedua orang itu tenggelam ke dalam kemesraan dan baru sekarang wanita itu menyadari bahwa selama ini ia tidak dapat Tiraikasih Website pernah melupakan Souw Tek Bun, bahwa selama ini ia masih mencinta pria itu. Manusia dipermainkan suka dan duka sebagai akibat permainan nafsu. Manusia selalu mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan "si aku" yang dianggapnya sebagai diri sejati. Padahal, yang mengaku aku itu bukan lain adalah nafsu. Nafsu daya rendah selalu berebutan untuk menguasai manusia dan mengaku diri sebagai Aku-nya manusia itu. Dan menjadi sifat nafsu daya rendah untuk mementingkan diri sendiri. Dari pementingan diri sendiri inilah timbul segala macam perasaan suka duka. Kalau terjangkau apa yang diinginkan datanglah suka, kalau tidak terjangkau datanglah duka. Bukan berarti bahwa manusia harus menjauhi nafsu atau meniadakan nafsu. Tanpa nafsu manusia tak mungkin dapat merasakan kenikmatan hidup, bahkan tanpa nafsu manusia tidak akan dapat hidup. Segala macam penemuan manusia yang membawa kepada kemajuan lahiriah ini adalah berkat dorongan nafsu. Akan tetapi manusia bijaksana akan selalu menjadi majikan dari nafsu-nafsunya. Setiap kali nafsu menyimpang dari fungsinya dan hendak mencengkeram akan menjadikan manusia sebagai budak, manusia bijaksana akan selalu dapat melihat bahwa apa yang dia pikirkan, katakan dan perbuat itu bukanlah dilakukan oleh dirinya yang sejati, melainkan oleh nafsu. Dengan kewaspadaan ini, manusia akan dapat mengembalikan kedudukannya sebagai majikan dan menarik kembali nafsu yang menguasai itu menjadi pembantu atau alat. DewiKZ 251 Manusia sendiri tidak akan mungkin atau akan teramat sukar untuk dapat menguasai nafsu-nafsunya. Yang dapat menundukkan nafsu adalah Kekuasaan Tuhan. Karena itu tiada jalan lain bagi manusia untuk meniadakan nafsu yang Tiraikasih Website suka mengaku-aku dan menariknya menjadi pembantu hanyalah penyerahan diri kepada Tuhan dengan segala kepasrahan, keihlasan dan ketawakalan. Kalau sudah begitu, maka Tuhan dengan Kekuasaan-Nya yang tidak terbatas akan meletakkan nafsu-nafsu di tempat masing-masing sebagaimana mestinya. Mengapa nafsu demikian kuat dan besar kekuasaannya atas diri manusia lahir dan batin? Karena nafsu selalu menarik manusia kepada kesenangan duniawi yang gemerlapan, tampak indah dan menyenangkan, mendatangkan kepuasan jasmani. Dengan kesenangan ini manusia terpikat, terbujuk dan akhirnya menyerah menjadi bulan-bulanan dan permainan nafsu itu sendiri. Dan kalau nafsu sudah menguasai diri, bukan hanya tindakan kita saja yang menyeleweng dari kebenaran, bahkan hati akal pikiran kitapun sudah bergelimang nafsu sehingga hati dan pikiran bahkan membenarkan perbuatan yang didorong nafsu itu. Maka sukarlah bagi manusia untuk menyadari kesalahan sendiri, karena hati akal pikirannya selalu membenarkan. Contoh yang sederhana adalah manusia yang melakukan korupsi. Dia tahu benar bahwa perbuatan itu tidak benar. Akan tetapi kalau dia melakukannya lalu hati akal pikirannya membelanya dengan bisikan-bisikan lembut dan menghibur, misalnya, "tidak apa-apa, toh semua orang melakukannya" atau "engkau melakukan karena terpaksa oleh keadaan, maka itu bukan dosa" dan "yang kau lakukan hanya kecil saja, lihat orang lain melakukannya dengan jumlah yang lebih besar lagi". Pendeknya, hati akal pikiran selalu membela perbuatan yang tidak benar itu menjadi perbuatan yang dianggap benar! DewiKZ 252 Maka, seorang manusia bijaksana akan selalu berhati-hati dan waspada, sehingga dia akan dapat merasakan bahwa perbuatan itu bukan kehendak dirinya yang sejati Tiraikasih Website melainkan dilakukan karena bujukan iblis nafsu, dan bahwa bisikan-bisikan membela itu bukan datang dari nuraninya, melainkan dari iblis nafsu yang sama. Setelah Bu Siang kembali ke dalam pelukannya, Souw Tek Bun baru menyadari bahwa dia memang telah bersalah besar. Seharusnya, kalau benar dia mencinta Bu Siang, dia harus membimbing wanita itu ke arah jalan yang benar, bukan meninggalkannya begitu saja dan menikah dengan wanita lain! Kalau dulu dia tidak meninggalkannya melainkan memberi bimbingan, belum tentu Bu Siang akan menjadi seorang datuk sesat yang tidak segan melakukan perbuatan jahat. Kini dia menyesal dan berjanji kepada diri sendiri untuk melanjutkan membimbing wanita yang dicintanya itu ke jalan yang benar dan tidak lagi bersikap dan bertindak sebagai seorang tokoh sesat. oood0wooo Lee Cin berhenti di bawah pohon besar di kaki Bukit Lo-sian. Tempat itu sunyi dan hari itu panasnya membakar sehingga terasa sejuk dan nyaman berada di bawah pohon besar itu melepaskan lelah. DewiKZ 253 Kalau ada orang melihatnya tentu akan merasa heran. Seorang gadis cantik duduk seorang diri di bawah pohon di tempat yang amat sepi itu. Memang Lee Cin amat menarik perhatian. Gadis ini memiliki kecantikan yang khas. Wajahnya yang bulat telur itu manis sekali dengan mulut yang kecil mungil dengan bibir yang selalu merah membasah. Hidungnya yang kecil mancung itu ujungnya agak menjungat ke atas sehingga menimbulkan kesan lucu. Setiap kali ia menggerakkan mulutnya, dua lesung pipit di kanan kiri mulutnya nampak jelas. Matanya bersinarsinar tajam dan amat jeli, seolah selalu menyelidik apa yang Tiraikasih Website berada di depan dan dipandangnya. Lee Cin memang seorang gadis cantik jelita, berusia sembilan belas tahun, bagaikan setangkai bunga mekar semerbak harum. Pakaiannya juga cerah berkembang. Ia tidak nampak membawa senjata karena pedangnya dililitkan di pinggang sehingga tampaknya seperti sabuk saja. Suling yang hitam terselip di pinggang itu pun tidak kelihatan sebagai senjata walaupun sesungguhnya suling itu merupakan senjata yang ampuh dan juga dapat dipergunakan untuk memanggil ular. Lee Cin menyeka keringat dari leher dan dahinya, menggunakan sehelai saputangan sutera biru. Ia menjulurkan kedua kakinya yang terasa agak pegal karena sudah dipakai berjalan menempuh jarak jauh. Tidak akan ada orang yang menduga bahwa gadis cantik menarik ini sebetulnya adalah seorang gadis yang amat lihai, bahkan terkenal dengan julukan Dewi Ular! Lee Cin duduk termenung. Ia teringat kepada ibunya dan diam-diam ia mengharapkan agar ibunya benar-benar mau memaafkan ayahnya dan akhirnya suka tinggal bersama ia dan ayahnya di Hong-san. Pikirannya melayang-layang mengenangkan masa lalunya. Ia teringat akan Song Thian Lee. Pernah ia jatuh cinta setengah mati kepada pendekar itu. Akan tetapi akhirnya ia melihat kenyataan pahit bahwa Thian Lee tidak mencintanya melainkan mencinta gadis lain dan kini sudah menikah dengan gadis itu. Apakah dulu ibunya juga mengalami seperti ia? Ibunya mencinta ayahnya akan tetapi ayahnya memilih wanita lain untuk menjadi isterinya. DewiKZ 254 Tidak, sama sekali tidak sama. Ibunya telah menyerahkan diri dan kehormatannya kepada ayahnya. Tentu saja setelah ditinggal menikah dengan gadis lain, ibunya menjadi sakit hati. Akan tetapi ia tidaklah demikian. Hubungannya dengan Thian Lee bersih. Tiraikasih Website Ia menghela napas. Masa patah hati telah lewat. Ia tidak lagi merasa berduka karena harus berpisah dari Thian Lee. Ia tahu diri. Maklum bahwa cinta tidak dapat bertepuk sebelah tangan. Thian Lee telah menemukan jodohnya dan ia terpaksa harus meninggalkan pemuda itu, tidak lagi terasa penyesalan atau duka. Ia bahkan merasa seperti seekor burung terbang menyendiri di angkasa raya. Tidak akan mudah rasanya untuk tertarik kepada pria lain. Hatinya tidak membeku terhadap cinta, akan tetapi ia merasa sangsi apakah ada pemuda yang dapat menarik hatinya seperti Thian Lee. Ia teringat kepada Thio Hui San dan menarik napas panjang. Pemuda itu pun seorang pendekar perkasa, seorang pemuda yang gagah dan tampan menarik. Seorang pemuda yang berhati lembut dan yang terus terang menyatakan cinta kepadanya. Akan tetapi ia sendiri tidak mempunyai perasaan cinta terhadap Thio Hui San. Dan ia merasa kasihan sekali. Ia sudah pernah merasaan betapa pahitnya untuk jatuh cinta kepada orang yang tidak membalas cintanya. Tentu Hui San juga merasakan kepahitan seperti yang pernah ia rasakan. DewiKZ 255 Tiba-tiba, perasaan sedih mencekam hatinya. Ia merasa kesepian. Ayah dan ibunya, dua orang yang paling dekat di hatinya, masih belum dapat hidup bersama seperti yang diharapkannya. Dan ia sendiri, ah, betapa hidup ini sunyi seperti yang sebuah kapal di tengah samudra luas. Tidak tampak tepi daratan, tidak tampak nusa harapan di mana kapal itu dapat berlabuh. Ia hanya dapat mengharapkan suatu kemujijatan terjadi atas dirinya. Haruskah ia mengalami nasib seperti ibunya yang selalu kesepian dan merana? Tidak, tidak mungkin. Ibunya menderita kesengsaraan karena ulah sendiri, karena hatinya dipenuhi dendam yang meracuni diri sendiri. Ia tidak mendendam kepada siapapun juga. Kalau ia mencari Si Kedok Hitam, hal itu bukan dikarenakan dendam, melainkan penasaran. Tiraikasih Website Ia ingin menemukan Si Kedok Hitam untuk ditanya mengapa dia menyerang ayahnya dan melukainya. Kalau Si Kedok Hitam tidak dapat memberi jawaban yang menghilangkan rasa penasaran itu, ia akan menantangnya untuk bertanding agar ia dapat melukainya seperti yang dilakukan orang itu kepada ayahnya. Semangat hidupnya bangkit kembali ketika ia teringat akan tugasnya ini. Persetan semua kelemahannya! Ia tidak boleh membiarkan dirinya terseret oleh hati dan pikiran yang melemahkan dirinya, menyeretnya ke dalam kedukaan. Hidupnya masih berarti! Selain mencari Si Kedok Hitam, ia pun harus mempersatukan ayah dan ibunya. Lee Cin bangkit dari duduknya dan menggeliat. Otot-otot tubuhnya terasa kaku karena dipakai duduk sampai lama. Ia harus bergerak kembali, harus melangkah lagi mendaki Bukit Lo-sian, menuju ke kota Hiu-cu yang terletak di lereng di balik bukit itu. Ia sudah mencari keterangan di dusur yang dilewatinya tadi dan mendapat petunjuk bahwa Hui-cu terletak di seberang bukit. Saat itu matahari telah naik tinggi. Siang hari yang amat terik dan panas. Lee Cin meregangkan kaki tangannya yang kaku, lalu mengambil kembali buntalan pakaiannya dan digendongnya buntalan pakaian itu dipunggungnya. Selagi ia hendak melangkah, tiba-tiba ia mendengar gerakan orang. Lee Cin menahan langkahnya dan waspada. Muncullah tiga orang dari balik pohon dan mereka itu menghadang di depan Lee Cin sambil memandang gadis itu degan sinar mata penuh selidik. DewiKZ 256 "Siapakah engkau, Nona? Apakah engkau dari keluarga Cia?" bentak orang pertama yang bertubuh tinggi besar dan. mukanya penuh brewok. Si Tinggi Besar ini nampak kokoh Tiraikasih Website kuat dan kuncir rambutnya dibiarkan tergantung di depan dadanya. Kancing bajunya terbuka sebagian sehingga tampak dadanya yang berbulu dan kekar. Mendengar pertanyaan ini, Lee Cin menjadi tertarik sekali. Tentu ada sesuatu antara tiga orang ini dengan keluarga Cia. Kalau ia menjawab bahwa ia bukan anggauta keluarga Cia, dan mereka itu pergi begitu saja, tentu ia tidak akan mendengar keterangan apa pun tentang keluarga Cia. Sebaiknya ia mengaku keluarga Cia dan ia ingin tahu apa yang akan terjadi, agar ia mendengar sesuatu tentang keluarga yang sedang diselidikinya itu. "Kalau benar aku keluarga Cia, kalian mau apa?" jawabnya dengan pertanyaan yang menantang. "Kubunuh engkau!" jawab orang ke dua yang berwajah tampan dan bertubuh sedang. Orang ini bernama Bong Cui Kiat, berusia empat puluh lima tahun. "Kucincang kau!" bentak orang ke tiga yang bernama Bong Cui An, adik orang ke dua, bertubuh tinggi kurus dan berusia empat puluh tahun. "Ha-ha-ha, tidak begitu! Engkau akan kuambil sebagai isteriku yang paling muda!" kata orang pertama yang bernama Lay Ki Seng dan berusia lima puluh tahun, orang yang tinggi besar dan brewok itu. Lee Cin tersenyum. Keterangan itu masih belum ada artinya. Ia ingin tahu tentang keluarga Cia, bukan tentang mereka. DewiKZ 257 "Hemm, tidak begitu mudah untuk mengikat jodoh! Setidaknya aku harus tahu lebih dulu, kalian ini orang-orang dari mana dan mengapa pula memusuhi keluarga Cia?" Tiraikasih Website "Kalau engkau anggauta keluarga Cia tentu mengenal kami, setidaknya mengenal nama kami. Kami adalah Kim-to Sam-ong Tiga Raja Golok Emas, tiga pimpinan Kim-to-pang Perkumpulan Golok Emas. Lebih baik engkau menyerah dan menjadi isteri mudaku, daripada tubuhmu kami cincang dan nyawamu kami cabut!" Dari sikap mereka ini saja Lee Cin dapat menduga bahwa mereka adalah orang-orang kasar yang berwatak jahat, dan kalau gerombolan orang jahat memusuhi keluarga Cia, mudah diduga bahwa keluarga Cia adalah keluarga yang baik. "Nanti dulu.. Biarpun aku anggauta keluarga Cia, akan tetapi sudah lama meninggalkan perkampungan dan baru hari ini akan pulang. Aku tidak mengenal siapa kalian dan mengapa ada permusuhan antara kalian dan keluarga kami? Ceritakan dulu, baru aku akan mempertimbangkan usulmu tadi." Lay Ki Seng menjadi girang mendengar ini, mengira bahwa gadis itu tentu akan dapat dia peristeri dengan mudah. "Dengarlah, Nona manis. Aku bernama Lay Ki Seng dan aku orang pertama dari tiga pimpinan Kim-to-pang. Sudah beberapa kali anggauta keluarga Cia menentang dan menghalangi kami, karena itu kini kami bertemu denganmu. Sebaiknya engkau menurut dan menjadi isteri mudaku untuk menebus kesalahan keluargamu kepada kami. Kalau engkau sudah menjadi isteriku, tentu hubungan antara keluarga Cia dengan kami dapat menjadi baik dan akrab. Nah, engkau tentu setuju, bukan? Aku lebih suka kalau engkau menyerah dengan sukarela daripada aku harus menggunakan paksaan!" DewiKZ 258 "Aku mau dan setuju menjadi isterimu, akan tetapi dengan satu syarat bahwa engkau tidak boleh memakai kepalamu itu lagi!" Tiraikasih Website Lay Ki Seng dan kedua orang rekannya terbelalak dan wajah orang tinggi besar itu berubah marah sekali karena marah. Muka yang memang sudah hitam itu berubah semakin hitam lagi dan cuping hidungnya kembang-kempis seperti seekor kuda. Akan tetapi agaknya dia memandang dirinya terlalu tinggi untuk menangkap seorang gadis seperti Lee Cin, maka dia membentak kepada rekannya termuda, "Cui An, tangkap gadis ini untukku!" Bong Cui An kelihatan girang sekali dengan tugas ini. "Baik, Twako!" katanya dan di saat lain dia sudah menubruk ke arah Lee Cin, kedua lengannya dikembangkan dan kedua tangannya yang kurus itu mencengkeram ke arah Lee Cin. Agaknya dia sudah yakin bahwa tubrukannya pasti akan berhasil karena dia bergerak cepat sekali. Lee Cin juga melihat bahwa Si Tinggi Kurus ini memiliki gerakan yang cukup cepat, akan tetapi tidak terlalu cepat baginya dan sekali ia berkelebat, tubrukan itu luput. Karena memandang rendah, ketika tubrukannya luput Bong Cui An tidak menjaga dirinya maka Lee Cin membalikkan tubuhnya dan sekali kaki kirinya menendang ke arah pantat orang itu, tubuh Bong Cui An tersungkur ke depan dan mukanya mencium tanah! DewiKZ 259 Tentu saja orang tinggi kurus itu menjadi marah sekali. Dia sudah melompat lagi dan membalikkan tubuh, kemudian setelah mengetahui bahwa gadis itu bukan orang lemah, dia kini menyerang dengan pukulan tangannya. Serangan itu hebat juga dan tahulah Lee Cin bahwa orang-orang ini bukan hanya bersikap sombong, akan tetapi memang memiliki kepandaian yang lumayan tingginya. Serangan itu saja demikian dahsyat, dilakukan dalam keadaan yang marah. Namun tentu saja Lee Cin dengan mudah dapat mengelak dan membalas dengan tamparan Tiraikasih Website tangannya. Setelah lewat tiga puluh jurus, Lee Cin dapat menampar pundak Bong Cui An, membuat dia untuk kedua kalinya terpelanting. Lay Ki Seng menjadi marah melihat betapa rekannya termuda dua kali roboh oleh Lee Cin. Dia membentak kepada Bong Kui Kiat untuk membantu adiknya dan dua orang kakak beradik itu lalu mengeroyok Lee Cin. Namun, dengan gerakannya yang lebih cepat Lee Cin dapat menghindarkan semua serangan dan berbalik menyerang mereka dengan tamparan-tamparan dan tendangan yang cepat sekali, membuat kedua orang itu terdesak. Kini tanpa malu lagi Lay Ki Seng terjun ke dalam perkelahian. Dan begitu dia meloncat, dia sudah mencabut goloknya. Golok itu besar dan tampaknya seperti terbuat dari emas. Padahal warna emas itu hanya selaputnya saja. Di dalamnya golok itu terbuat dari baja yang baik. "Bocah setan, mampuslah!" katanya dan goloknya menyambar dahsyat. Lee Cin mengelak dan meloncat ke belakang. Kini, kedua kakak beradik Bong itu pun sudah mencabut golok masing-masing dan jelas bahwa mereka bertiga kini bukan bermaksud menangkap Lee Cin, melainkan membunuhnya! DewiKZ 260 Lee Cin mengerutkan alisnya. Kalau ia menghendaki, tadi ia tentu dapat membunuh tiga orang lawannya ketika bertanding dengan satu lawan satu. Akan tetapi ia tidak mau membunuh sembarangan. Dan sekarang ternyata mereka bertiga mengeroyoknya dengan golok dan jelas bahwa mereka bermaksud untuk membunuhnya. Ilmu golok mereka memang hebat dan berbahaya. Karena itu, dengan cepat ia mencabut Ang-coa-kiam dari pinggangnya lalu memutar pedang itu menjadi gulungan sinar merah. Tiraikasih Website Pertandingan itu hebat bukan main. Gulungan sinar merah bertemu dengan tiga gulungan sinar emas sehingga tampak indah sekali. Akan tetapi dalam keindahan itu terkandung bahaya maut bagi Lee Cin. Biarpun ia sudah menggunakan pedangnya, tetap saja gadis perkasa ini mulai terdesak mundur. Ilmu golok mereka, terutama yang dimiliki Lay Ki Seng, benar-benar tangguh dan berbahaya sekali. Pada saat Lee Cin terdesak oleh gulungan sinar emas dari tiga golok mereka, tiba-tiba terdengar bentakan orang, "Tiga pangcu Kim-to-pang sungguh tidak tahu malu, mengeroyok seorang gadis muda!" Sesosok bayangan berkelebat didahului sinar putih yang terang menyambar ke arah tiga sinar golok itu. "Trang-tranggg.....!" Dua buah golok terpental dan para pengeroyok cepat berlompatan ke belakang lalu memandang siapa orang yang datang menentang mereka itu. Juga Lee Cin melompat ke belakang dan memandang penuh perhatian. Yang datang itu adalah seorang pemuda yang usianya sekitar dua puluh dua tahun. Wajahnya tampan sekali dan sepasang matanya mencorong. Tangan kanannya memegang sebatang suling yang putih seperti perak. Agaknya tadi dia menggunakan suling perak itu untuk menangkis dan membuat terpental dua golok emas. DewiKZ 261 Melihat pemuda itu, Lay Ki Seng menudingkan telunjuk tangan kirinya ke arah muka pemuda itu dan membentak, "Orang she Cia, kebetulan engkau datang mengantarkan nyawa. Mampuslah!" begitu membentak Lay Ki Seng sudah menyerang pemuda itu, dibantu oleh Bong Cui Kiat. Dua orang itu sudah mengeroyok si pemuda sambil menggerakkan golok mereka dengan dahsyat. Akan tetapi pemuda itu dengan sikap tenang sekali menggerakkan suling peraknya menangkis lalu balas menyerang. Tiraikasih Website Lee Cin yang melihat betapa Bong Cui An, orang ke tiga yang kurus tinggi itu hendak maju mengeroyok pula, sudah menghadang dengan pedangnya dan berkata, "Tidak malukah kalian, selalu melakukan pengeroyokan!" DewiKZ 262 Melihat gadis itu menghadangnya, Bong Cui An menyerang dengan goloknya. Golok itu menyambar dari atas kepala Lee Cin, akan tetapi dengan mudah Lee Cin mengelak dan balas menyerang dengan pedangnya. Tentu saja kini Lee Cin merasa amat ringan kalau harus menghadapi seorang saja dari mereka. Begitu pedangnya bergerak cepat, Bong Cui An sudah terdesak hebat. Belum sarnpai tiga puluh jurus, Pedang Ular Merah di tangan Lee Gin sudah melukai lengan kanan lawan sehingga terpaksa Bong Cui An melepaskan goloknya, lalu membalikkan tubuh dan melarikan diri! Lee Cin yang tidak mempunyai persoalan dengan mereka, tidak mengejar dan membiarkan orang itu melarikan diri. Kini Lee Cin menonton pertandingan antara pemuda bersuling perak yang dikeroyok oleh dua orang itu dan ia menjadi kagum. Suling perak yang panjangnya selengan itu dimainkan seperti sebatang pedang, akan tetapi juga dapat menotok jalan darah. Gerakan pemuda itu sedemikian ringan dan cepatnya sehingga kedua orang lawannya mulai terdesak mundur. Karena tahu bahwa pemuda itu tidak akan kalah dikeroyok dua, maka Lee Cin menyimpan pedangnya dan hanya menonton saja, diam-diam mempelajari gerakan suling pemuda itu. Pemuda itu adalah seorang she Cia, berarti dia seorang anggauta keluarga Cia yang sedang diselidikinya. Apakah pemuda ini yang dulu memakai kedok hitam melukai ayahnya? Diam-diam jantungnya berdebar tegang. Bukan tidak mungkin pemuda ini yang dicarinya, mengingat bahwa ilmu silatnya juga tinggi. Akan tetapi ia tidak boleh menuduh sembarangan, dan harus ia ketahui buktinya. Kalau pemuda itu menggunakan pukulan Tiraikasih Website tapak hitam yang disebut Hek-tok-ciang itu, barangkali ia akan mendapatkan bukti bahwa pemuda itu yang pernah melukai ayahnya. Akan tetapi pemuda itu tidak mempergunakan pukulan tangan kosong, melainkan mendesak kedua orang pengeroyoknya itu dengan totokan-totokan sulingnya. Akhirnya, sebuah tendangan kakinya membuat Lai Ki Seng terhuyung dan totokan suling pada siku kanan Bong Cui Kiat membuat orang ini melepaskan golok emasnya! Kedua orang itu agaknya mengerti bahwa mereka tidak akan menang, apalagi melihat bahwa Bong Cui An sudah melarikan diri, mereka berdua juga melarikan diri tunggang langgang. Pemuda itu hanya tersenyum dan tidak melakukan pengejaran pula. Lee Cin memandang ke arah dua buah golok emas yang tadi dilepaskan oleh Bong Cui An. Agaknya pemuda itu melihat ini dan dia tertawa sambil memungut sebuah golok emas. "Golok ini hanya disepuh emas, Nona. Dalamnya bukan emas!" Setelah berkata demikian, dia menggunakan kedua tangan nya untuk menekuk dan "trakk!" golok itu patah menjadi dua potong dan tam paklah bahwa golok itu terbuat dari baja yang disepuh emas! Hanya golok biasa saja yang tidak ada harganya. Kini mereka saling berhadapan dan dalam waktu singkat keduanya saling mengamati dengan teliti dan keduanya saling mengagumi. Bukan hanya kagum akan kecantikan dan ketampanan mereka, akan tetapi juga kagum akan kelihaian mereka. DewiKZ 263 "Nona, engkau lihai sekali, dapat melawan tiga orang ketua Kim-to-pang itu. Akan tetapi yang membuat aku Tiraikasih Website terheran, mengapa engkau sampai dapat dikeroyok mereka? Apakah Nona mempunyai permusuhan dengan mereka?" Lee Cin menggeleng kepalanya. Ia mendapat kesempatan untuk menyelidiki langsung keadaan keluarga Cia, "Tidak, aku bahkan selamanya baru sekali ini bertemu dengan mereka." "Akan tetapi mengapa Nona bentrok dengan mereka? Sepanjang yang kuketahui, mereka bukan perampok-perampok kecil melainkan ketua dari perkumpulan Kim-to-pang." Lee Cin tersenyum. "Mereka mengira bahwa aku adalah anggauta keluarga Cia, maka aku dikeroyok. Entah mengapa mereka bermusuhan dengan keluarga Cia, dan siapakah keluarga Cia itu?" Pemuda itu mengangkat kedua tangan depan dada untuk memberi hormat dan memperkenalkan diri. "Akulah seorang di antara keluara Cia. Namaku Cia Tin Siong. Kalau boleh aku mengetahui namamu, Nona?" Lee Cin berpikir. Ia sedang menyelidiki keluarga Cia. Kalau ia memperkenalkan nama marga ayahnya, yaitu she marga Souw, tentu akan membuat keluarga itu bercuriga dan menghubungkan nama keluarganya dengan nama ayahnya. Maka ia lalu menggunakan nama keluarga ibunya, yaitu she Bu. "Aku bernama Bu Lee Cin dan kebetulan saja aku melakukan perjalanan lewat di sini. Kalau Kim-to-pang memusuhi keluarga Cia, tenth ada sesuatu, yang pernah dilakukan keluarga itu yang tidak menyenangkan hati Kim-to-pang." DewiKZ 264 Cia Tin Siong tertawa lirih. "Hemm, tentu saja ada sebabnya. Keluarga kami adalah keluarga para pendekar dan Kim-to-pang adalah perkumpulan penjahat. Tentu saja di antara kami sering terjadi bentrokan bahkan beberapa Tiraikasih Website kali aku pernah menentang anak buah mereka yang melakukan pemerasan terhadap orang-orang dusun. Engkau disangka anggauta keluarga kami? Ah, betapa akan bangga rasa hati kami kalau mempunyai anggauta keluarga sepertimu, Nona Bu." Walaupun ucapan ini dikeluarkan dengan nada sopan, namun mengandung arti yang dalam. Ia adalah orang luar dan seorang gadis. Untuk menjadi anggauta keluarga Cia tidak ada lain jalan kecuali kalau ia menjadi mantu keluarga itu! "Aku juga kagum terhadap keluarga Cia yang dimusuhi perkumpulan penjahat dan ingin sekali berkenalan dengan anggauta keluarga Cia, kalau mungkin." Tin Siong membelalakkan matanya. "Benarkah, Nona Bu? Ah, kami akan menerima dengan tangan dan hati terbuka. Marilah, kuantarkan Nona mengunjungi tempat tinggal kami dan kuperkenalkan dengan keluarga besar kami." "Di manakah tempatnya?" Lee Cin berpura-pura. "Tidak jauh dari sini, sebelum sore kita sudah akan dapat tiba di sana, kami tinggal di kota Hui-cu di kaki bukit ini sebelah utara. Marilah, Nona, selagi siang agar kita tidak kemalaman tiba di sana dan sebelumnya aku menghaturkan terima kasih atas kehormatan yang Nona berikan kepada keluarga kami." Sikap dan ucapan yang sopan dan lembut ini semakin menarik hati Lee Cin. Seorang pemuda yang tampan, lembut, sopan serta memiliki ilmu silat yang tinggi, dan dari keluarga pendekar pula! DewiKZ 265 Mereka melakukan perjalanan cepat. Agaknya Cia Tin Siong ingin menguji ginkang ilmu meringankan tubuh Lee Tiraikasih Website Cin. Dia berlari cepat sekali dan hal ini dianggap kebetulan bagi Lee Cin yang juga mempunyai keinginan yang sama, yaitu menguji ilmu berlari cepat pemuda itu. Tanpa bersepakat lebih dulu dan dengan diam-diam, kedua orang itu berlari cepat seakan berlumba! Lee Cin melihat betapa pemuda itu selalu dapat mengimbangi kecepatan larinya dan ia menjadi semakin kagum. Demikian pula Tin Siong, melihat kecepatan berlari Lee Cin, dia menjadi kagum sekali. Tak lama kemudian mereka telah melewati Bukit Lo-sian dan tiba di kaki bukit sebelah utara, di mana terdapat sebuah kota yang sejuk dan tidak begitu ramai, akan tetapi tampak rakyatnya hidup tenteram dan tenang. Di mana-mana tampak wajah orang yang penuh senyum sehingga menyenangkan hati Lee Cin. Keluarga Cia itu tinggal di sebuah gedung besar sekali yang berada di ujung kota. Rumah itu kelihatan kuno dan angker, akan tetapi catnya agaknya diperbarui sehingga nampak cerah. Di sekelilingnya terdapat taman bunga dengan bunga yang sedang berkembang beraneka warna dan taman ini menambah keceriaan gedung itu. Seorang tukang kebun setengah tua sedang menyabit rumput di halaman depan. Ketika melihat Tin Siong dan Lee Cin, tukang kebun itu bangkit berdiri dan membungkuk dengan hormatnya kepada Tin Siong. "Selamat sore, Toa-kongcu Tuan Muda Terbesar!" Tin Siong hanya mengangguk saja sambil lalu dan menoleh kepada Lee Cin sambil berkata, "Kita sudah sampai ke rumah kami." Mereka menghampiri rumah itu dan setelah tiba di serambi depan di mana terdapat meja dan bangku pemuda itu berkata dengan senyum ramah, DewiKZ 266 "Silakan tunggu sebentar, Nona Bu. Aku akan memberitahu tentang kunjunganmu kepada keluarga kami." Tiraikasih Website Lee Cin tersenyum dan mengangguk, dalam hatinya ia merasa beruntung bahwa demikian mudahnya ia dapat berdekatan dengan keluarga ini sehingga ia dapat menyelidikinya. Ia lalu duduk di atas bangku menghadapi taman bunga. Ia mengagumi beberapa ekor kupu-kupu yang beterbangan dari bunga ke bunga mencari madu. Betapa indahnya pemandangan itu, demikian serasi dan cocok dengan keadaan tempat yang tampak tenang dan tenteram itu. Suara banyak kaki membangunkan Lee Cin dari lamunannya. Ketika melihat serombongan orang datang bersama Tin Siong, ia segera bangkit berdiri. Dengan wajah berseri Tin Siong memperkenalkan Lee Cin kepada keluarganya. "Ini adalah Nona Bu Lee Cin seperti yang kuceritakan tadi. Nona Bu, ini adalah ayahku, ibuku, dan kedua orang pamanku!" Lee Cin memberi hormat kepada mereka. Ia melihat betapa ayah pemuda itu seorang yang usianya sebaya dengan ayahnya dan bertubuh tegap, nampak gagah akan tetapi lembut. Ibu pemuda itu pun seorang wanita yang usianya sudah empat puluh tahun lebih, masih nampak cantik dan lemah-lembut. Juga dua orang pamannya itu kelihatan sopan dan lembut. Agaknya keluarga Cia itu merupakan sebuah keluarga yang terpelajar, biarpun pakaian mereka sederhana dan tidak memberi kesan kaya, namun sikap mereka seperti sikap keluarga bangsawan yang terpelajar. DewiKZ 267 "Nona Bu, silakan masuk, mari kita bicara di ruang tamu saja," kata ayah Tin Siong dengan sikap ramah. Yang lain-lain, juga tersenyum ramah sehingga Lee Cin terpaksa bersikap hormat. Ia mengikuti mereka memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dan di situ terdapat sebuah meja Tiraikasih Website besar dan banyak bangku. Lee Cin dipersilakan duduk dan lima orang pihak tuan rumah itu pun duduk mengelilingi meja. "Nona Bu ini seorang gadis yang amat lihai, Ibu," kata Tin Siong kepada ibunya. "Bayangkan saja, seorang diri ia mampu bertahan menghadapi pengeroyokan tiga orang Ketua Kim-to-pang!" Ayah ibu dan kedua paman Tin Siong memandang kepada Lee Cin dengan pandang mata kagum sehingga Lee Cin merasa malu dan cepat berkata, "Kalau tidak datang Cia-kongcu ini, tentu aku sudah celaka." "Ah, aku hanya percaya bahwa mereka akhirnya akan kalah mengeroyokmu, Nona Bu. Harap jangan merendahkan diri. Ayah, Ibu dan para Paman, Nona Bu ini merasa tertarik sekali dengan nama keluarga Cia dan ia menyatakan ingin berkenalan, maka aku mengajaknya singgah di sini." "Engkau masih muda sudah memiliki kepandaian tinggi, sungguh membuat aku kagum sekali, Nona Bu," kata Cia Kun, ayah dari Tin Siong, sambil memandang kagum. "Ah, saya masih banyak belajar, Paman." "Kita sudah berkenalan, engkau dapat dibilang seorang sahabat dari Tin Siong, maka kami harap engkau suka tinggal di sini selama beberapa hari, Nona Bu," kata pula ibu Tin Siong sambil tersenyum ramah. DewiKZ 268 "Terima kasih atas kebaikan hati Paman dan Bibi," kata Lee Cin, menerima tawaran itu. Memang ia hendak menyelidiki, maka penawaran itu sungguh membuat hatinya senang. "Apakah keluarga Cia hanya terdiri dari Paman bertiga, Bibi, dan Saudara Cia Tin Siong?" tanyanya sambil lalu. Tiraikasih Website Cia Kun tersenyum. "Ah, tidak. Masih ada lagi seorang putera kami yang lain bernama Cia Tin Han, adik Tin Siong, dan ibuku yang sudah tua, Nenek Cia yang selalu berada di pondok belakang di tengah taman belakang rumah kami ini." Lee Cin mengangguk-angguk. Hatinya semakin tertarik. Di antara mereka semua, agaknya hanya Tin Siong dan adiknya yang bernama Tin Han itu yang patut dicurigai. Bukankah ayahnya memberitahu bahwa Si Kedok Hitam itu seorang yang masih muda? Ayah dan dua orang paman Tin Siong bukan orang muda, maka mereka tidak perlu dicurigai. Akan tetapi pantaskah kalau ia mencurigai Tin Siong yang tampak begitu lembut dan baik hati? Ia harus berhati-hati, jangan sampai salah tuduh dan membuat permusuhan dengan keluarga yang tampaknya merupakan keluarga terhormat dan baik ini. Akan tetapi masih ada seorang pemuda lagi, yaitu adik Tin Siong yang bernama Tin Han. Siapa tahu kalau-kalau pemuda yang ke dua itu pantas dicurigai. Malam itu Lee Cin dijamu makan kemudian ia diberi sebuah kamar yang letaknya di bagian belakang gedung itu. Sebuah kamar yang mungil dan bersih, dan daun jendelanya menghadap ke taman belakang yang amat luas. Ia memasuki kamar itu dan dari situ ia dapat melihat sebuah pondok yang bercat kuning, nampak mungil dan indah, letaknya di bagian belakang taman. Ia teringat akan cerita tuan rumah tadi. Agaknya di sana tinggal Nenek Cia. Ia sudah dipersilakan mengaso di kamarnya oleh keluarga tuan rumah. DewiKZ 269 Suasana pada malam itu sunyi sekali. Timbul keinginan hati Lee Cin untuk keluar dari kamar dan mulai dengan penyelidikannya. Ia bersukur bahwa kamarnya menghadap taman sehingga kalau ia ketahuan berkeliaran di taman, ia Tiraikasih Website dapat mengatakan bahwa ia jalan-jalan dan mencari hawa sejuk di taman itu. Taman itu memang indah karena dipasangi lampu-lampu teng di sana sini. Agaknya memang sering kali keluarga itu berjalan-jalan di situ pada malam hari maka dipasangi begitu banyak teng lampu gantung. Dengan hati-hati Lee Cin membuka daun jendela kamarnya. Malam belum larut, bahkan baru saja mulai. Dengan perlahan ia meloncat keluar dari jendela, dan menutupkan kembali daun jendela kamarnya dari luar. Ia sudah berdiri di pinggir taman, lalu mengambil jalan kecil yang terdapat di taman itu. Tiba-tiba ia menyelinap di balik sebatang pohon cemara karena mendengar suara orang. Ternyata yang bicara itu adalah empat orang sambil berjalan-jalan di dalam taman. Ketika Lee Cin memperhatikan, ia melihat bahwa dua di antara mereka adalah Cia Hok dan Cia Bhok, kedua paman Tin Siong yang sore tadi ikut menyambutnya. Ia merasa tidak enak kalau sampai ketahuan, maka ia sudah siap-siap untuk mencari alasan kalau mereka itu melihatnya. Akan tetapi agaknya mereka berdua tidak melihatnya karena sedang bercakap-cakap dengan serius sekali kepada dua orang yang baru dilihat Lee Cin sekarang. Yang seorang bertubuh tinggi besar dan bersuara besar dan orang ke dua pendek sekali akan tetapi tubuhnya kekar. Si Cebol itu kalau bicara suaranya terdengar sengau dan asing. Ketika mereka berjalan di bawah lampu, Lee Cin dapat melihat bahwa yang tinggi besar itu berpakaian seperti seorang panglima dan orang cebol itu berpakaian asing dengan pedang panjang agak bongkok tergantung di punggungnya. DewiKZ 270 "Pendapat Nenek Cia memang tepat," kata Si Cebol. "Panglima Un dan Pembesar Ji itu harus lebih dulu disingkirkan dari muka bumi, baru gerakan kita akan Tiraikasih Website berjalan lancar. Hanya sukarnya, kedua orang itu selalu terjaga oleh pengawal-pengawal yang kuat." "Benarkah itu, Tuan Yasuki?" tanya Cia Hok. Melihat nama Yasuki, mudah diduga bahwa orang cebol itu adalah seorang Jepang. "Kalau kurang yakin, tanya saja kepada Phoa-ciangkun Perwira Phoa," jawab Yasuki. Perwira tinggi besar itu mengangguk-angguk. "Keterangan Tuan Yasuki itu memang benar. Semenjak penyerangan yang gagal itu, Un-ciangkun dan Ji-taijin Pembesar Ji selalu dikawal oleh beberapa orang pengawal yang kuat." Kini empat orang itu telah berjalan jauh, sudah hampir sampai ke rumah dan Lee Cin tidak dapat mendengarkan percakapan mereka lebih lanjut. Ia tidak mengerti apa yang dibicarakan mereka itu, akan tetapi dapat menduga bahwa mereka itu baru saja meninggalkan pondok di belakang gedung yang menjadi tempat tinggal Nenek Cia. Timbul keinginannya untuk menyelidiki Nenek Cia. Setelah empat orang itu memasuki rumah, barulah Lee Cin berani keluar dari tempat persembunyiannya dan melanjutkan berjalan perlahan-lahan mendekati pohon di belakang itu. Tiba-tiba dari depan terlihat sesosok bayangan berkelebat. Cepat sekali gerakan orang itu dan tidak terduga sama sekali oleh Lee Cin sehingga ia tidak keburu bersembunyi dan tahu-tahu di depannya telah berdiri seorang pemuda. DewiKZ 271 Dalam bayangan yang agak gelap karena sinar lampu tidak tepat menyinari wajah orang itu, Lee Cin mengenalnya sebagai Cia Tin Siong. Maka ia pun segera mengucapkan salam, Tiraikasih Website "Selamat malam, Saudara Tin Siong." "Selamat malam, Nona Bu. Engkau tentu Nona Bu Lee Cin, bukan?" "Ehh?" Lee Cin berseru heran, akan tetapi saat itu Si Pemuda mendekati sehingga wajahnya tersinar lampu dan baru ia melihat bahwa pemuda itu, walaupun mirip Tin Siong, akan tetapi ternyata bukan pemuda itu. Agaknya sedikit lebih muda dan lebih tampan! Pemuda itu memiliki wajah yang jenaka, selalu tersenyum dan matanya bersinar tajam. Akan tetapi mata itu selalu tersenyum pula seperti bibirnya. "Ah, Siong-ko Kakak Siong kiranya sekali ini tidak membual. Nona memang cantik jelita dan lihai, sayang salah mengenal orang. Aku adalah Cia Tin Han, adik dari Siong-ko." Ucapannya yang memuji itu terdengar begitu wajar dan tidak dibuat-dibuat sehingga kedua pipi Lee Cin berubah kemerahan. Untung sinar lampu itu memang sudah kemerahan sehingga merahnya ke dua pipinya tidak tampak. "Maafkan aku yang salah lihat, saudara Cia Tin Han." Lee Cin cepat berkata. Ia adalah seorang gadis pemberani dan cerdik sehingga tidak menjadi gugup oleh kekeliruannya tadi. "Aku sedang menikmati malam indah di taman ini." Ia lebih dulu menjelaskan sebelum ditanya sehingga pertanyaan yang sudah tergantung di bibir pemuda itu tidak jadi dikeluarkan. DewiKZ 272 "Sama saja dengan aku!" Tin Han berkata, tetap bersikap gembira penuh senyum. "Aku pun kesal dalam kamar, mencari udara sejuk di sini dan kebetulan saja bertemu denganmu, Nona Bu. Akan tetapi pertemuan ini membahagiakan hatiku karena dapat berkenalan denganmu." Tiraikasih Website "Kenapa ketika tadi aku diterima keluargamu, engkau tidak berada di sana Saudara Tin Han?" "Wah, tidak enak sekali kalau engkau menyebut aku dengan saudara segala!" "Kalau begitu aku akan menyebut kongcu." "Lebih celaka lagi. Aku paling tidak suka sebutan itu, membayangkan seorang pemuda yang tinggi kedudukannya sebagai bangsawan atau hartawan." "Hemm, kalau begitu aku harus menyebutmu bagaimana?" "Berapa usiamu sekarang?" Lee Cin mengerutkan alisnya, akan tetapi karena pertanyaan itu diajukan dengan spontan dan tidak mengandung rayuan, ia pun menjawab sejujurnya. "Sembilan belas tahun." "Nah, kalau begitu aku lebih tua setahun. Sudah sepatutnya engkau menyebut aku koko kakak." "Tidak bisa!" Lee Cin menjawab cepat sambil tersenyum. "Engkau sendiri menyebutku nona, mana mungkin seorang nona menyebut hambanya dengan koko?" Tin Han terbelalak dan dia pun tertawa. Tawanya lepas bebas dan kalau dia tertawa, wajahnya berubah seperti wajah kanak-kanak, lucu tampaknya. "Ha-ha-ha-ha, engkau pandai dan akulah yang bodoh. Orang yang disebut koko oleh seorang gadis seharusnya menyebut gadis itu moi-moi adik perempuan. Bukankah begitu, Cin-moi?" DewiKZ 273 "Begitu baru benar, Han-ko. Aku heran sekali......" Tiraikasih Website "Apa yang mengherankan hati seorang gadis pandai sepertimu, Cin-moi?" "Wajahmu memang mirip wajah Saudara Tin Siong, akan tetapi engkau berbeda sekali. Engkau begini jenaka dan gembira, sedangkan kakakmu itu......" "Dia memang halus dan lemah lembut. Bukan itu saja. Dia pandai dan juga memiliki ilmu silat yang amat lihai. Sedangkan aku......" "Engkau tentu juga lihai," kata Lee Cin. "Aku? Ha-ha-ha, nenekku tentu akan terpingkal-pingkal mendengar engkau mengatakan aku lihai! Seperti yang seringkali ia katakan, aku seorang pemuda yang bodoh, lemah dan pandainya hanya berkelakar dan tertawa. Kata Nenek, aku seorang penganggur yang hanya menghabiskan uang saja. Mana bisa aku dibandingkan dengan Kakak Cia Tin Siong? Seperti bumi dan langit, aku buminya dan dia langitnya. Eh, ngomong-ngomong, mana sih yang lebih penting dan berguna antara bumi dan langit?" Lee Cin sendiri tertegun mendengar pertanyaan yang aneh itu. Akan tetapi ia menanggapi, dan berpikir-pikir. Mana yang lebih berguna antara bumi dan langit? "Keduanya sama pentingnya. Tanpa bumi kita tidak dapat hidup, dan tanpa langit pun tidak dapat hidup. Bumi tempat kita berpijak dan mendapatkan makanan, dan langit mempunyai matahari dan hujan. Akan tetapi yang lebih dekat dengan manusia adalah bumi." DewiKZ 274 Tin Han memandang Lee Cin dengan sinar mata berseri. "Engkau memang cerdik, Cin-moi. Engkau tahu bahwa yang penting bukan hanya mereka yang berada di atas, akan tetapi yang berada di bawah tidak kalah pentingnya." Tiraikasih Website "Hemm, inilah yang membedakan engkau dengan kakakmu. Dia begitu serius dan lembut pendiam, engkau begini jenaka dan suka bercanda, seolah-olah tidak memikirkan hari depan." "Mengapa manusia harus memikirkan hari depan? Mengharapkan hari depan? Masa depan hanya khayal. Mengapa pula mengenangkan masa lalu? Masa lalu sudah mati, sudah lewat. Bagiku yang terpenting adalah hari ini, saat ini, saat demi saat. Saat ini aku berbahagia, itu saja sudah cukup bagiku!" "Han-ko, engkau bicara tentang bahagia. Apa sih bahagia itu? Aku tidak pernah menemukannya!" Lee Cin terbawa oleh ucapan Tin Han yang nampaknya seperti main-main namun kata-katanya mengandung makna yang dalam. "Apakah bahagia itu?" Tin Han mengerutkan alisnya lalu tertawa, "Ha-ha, bagaimana bahagia itu aku tidak dapat menerangkannya. Kasihan engkau yang tidak pernah merasakan bahagia, Cin-moi, padahal bahagia itu sudah ada pada dirimu, tak pernah meninggalkanmu." "Apa? Bahagia tidak pernah meninggalkan aku? Apa maksudmu? Mengapa aku tidak pernah merasakannya?" tanya Lee Cin terheran-heran. DewiKZ 275 "Dengarkan baik-baik, Cin-moi. Aku sendiri tidak dapat menggambarkan bahagia itu. Bahagia adalah suatu keadaan, bukan perasaan. Seperti juga kesehatan. Kalau engkau sakit, barulah engkau mendambakan kesehatan. Akan tetapi kalau engkau sedang sehat, engkau tidak merasakan itu, tidak dapat menikmatinya. Demikian pula dengan bahagia. Dalam keadaan sengsara karena suatu sebab, engkau mendambakan kebahagiaan. Kalau tidak ada sesuatu yang menyebabkan engkau tidak bahagia, maka engkau tidak lagi membutuhkan bahagia. Mengapa? Karena Tiraikasih Website dalam keadaan itu engkau sudah berbahagia! Hanya saja, seperti juga kesehatan, engkau tidak merasakannya. Mengapa? Karena nafsu! Nafsu selalu menghendaki yang menyenangkan, yang lebih, sehingga dalam keadaan apa pun kita berada, mengejar yang lain lagi, dan demikianlah seterusnya manusia tidak dapat merasakan bahagia sejak lahir sampai mati!" Lee Cin memandang takjub. "Wah, engkau bicara seperti seorang hwesio pendeta Buddhis atau tosu pendeta Toasim saja! Dari mana engkau mendapatkan pelajaran itu semua, Han-ko?" "Bukan pelajaran tentang hidup. Pelajaran hanya boleh dihafalkan belaka dan tanpa penghayatan, pelajaran hanya akan merupakan slogan kosong belaka. Nenek bilang aku harus membuka mata dan waspada melihat segala di sekelilingku dan juga apa yang terjadi di dalam dan di luar diriku. Yang ada hanya pengamatan. Dari pengamatan ini timbul pengertian, lalu penyerahan terhadap kekuasaan mutlak dari. Tuhan Yang Maha Kasih." "Wah, hebat. Kalau begitu, engkau berbahagia dalam hidupmu, Han-ko?" "Aku tidak mengerti dan tidak tahu. Yang kutahu adalah bahwa aku bukan tidak berbahagia. Aku menerima segala sesuatu yang menimpa diriku dengan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih, karena kehendak Tuhan terhadap manusia selalu benar, baik dan sempurna. Dalam pahitnya obat terkandung khasiat yang hebat, bukan? Demikian pula, dalam pengalaman yang kita anggap pahit itu terkandung hikmah yang tidak atau belum kita ketahui." DewiKZ 276 "Ampun! Kalau aku tidak melihat wajahmu, tentu kukira ucapan-ucapan itu keluar dari mulut seorang kakek tua renta yang sudah masak oleh pengalaman hidup." Tiraikasih Website "Ha-ha, Nenek bilang......" "Cukup, Han-ko. Entah apa lagi yang dibilang nenekmu, akan tetapi aku menjadi tertarik sekali untuk mengetahui, rnanusia seperti apakah nenekmu yang kau agung-agungkan itu." "Nenek? Ia seorang manusia yang hebat! Biarpun sudah tua, semangatnya masih seperti orang muda dan kepandaiannya! Wah, semua ilmu yang menjadi pusaka keluarga Cia mengalir darinya." "Kalau begitu, engkau tentu mempelajari banyak ilmu darinya dan ilmu silatmu tentu tinggi sekali." "Siapa bilang? Aku paling tidak suka ilmu silat. llmu silat itu hanya menyusahkan orang lain, kegunaannya hanya merusak, tidak membangun." "Hemm, aku tidak setuju dengan pendapatmu ini, Han-ko. Seperti juga ilmu lain, baik buruk kegunaannya tergantung dari mereka yang menggunakannya. Api itu baik dan bermanfaat, akan tetapi kalau dipergunakan untuk membakar rumah orang lain, ia menjadi alat yang mengerikan dan jahat. Pisau dapur itu berguna sekali sebagai alat dapur yang baik, akan tetapi bagaimana kalau dipergunakan untuk menusuk perut orang? Demikian juga ilmu silat. Kalau dipergunakan untuk membela diri dan menentang orang-orang yang melakukan kejahatan maka ia merupakan ilmu yang baik. Akan tetapi kalau dipergunakan untuk memaksakan kehendak sendiri dan mencelakai orang tentu saja menjadi alat yang jahat." DewiKZ 277 Tin Han bertepuk tangan memuji, "Hebat, engkau masih begini muda sudah memiliki ilmu yang tinggi dan pandangan yang luas. Nenek tentu akan girang sekali untuk mengenalmu." Tiraikasih Website "Aku pun ingin sekali berkenalan dengan nenekmu, Han-ko," kata Lee Cin yang teringat lagi akan tugasnya menyelidiki keluarga Cia. "Mengapa tidak? Kalau begitu, mari sekarang juga kita temui nenekku!" Setelah berkata demikian, Tin Han memegang tangan Lee Cin dan ditariknya gadis itu menuju ke pondok mungil. Lee Cin terkejut sekali akan tetapi merasa betapa tarikan tangan itu wajar saja, seperti dilakukan seorang sahabat baik yang sudah dikenalnya bertahun-tahun, sama sekali tidak mengandung niat kotor. Padahal, baru saja, belum ada sejam ia mengenal Tin Han! Mereka tiba di depan pintu pondok, Tin Han melepaskan tangan Lee Cin dan berteriak, "Nek..... Nenek..... yang baik. Ini aku Tin Han yang datang, hendak memperkenalkan seorang dewi kepada Nenek!" Lee Cin kembali terkejut. Pemuda yang riang jenaka ini agaknya amat akrab dengan neneknya maka dia berani berteriak-teriak seperti itu, seolah neneknya itu seorang sahabat saja. Dari dalam pondok terdengar suara wanita, "Hei, berandal! Pintunya tidak terkunci. Bawa saja dewimu masuk!" Lee Cin merasa mukanya panas karena jengah mendengar nenek itu menyebutnya sebagai dewinya Tin Han! Akan tetapi pemuda itu tertawa dan mendorong daun pintu yang ternyata hanya tertutup tidak terkunci. DewiKZ 278 Dalam pondok itu ada beberapa lampu penerangan sehingga keadaannya terang benderang. Pondok itu hanya mempunyai sebuah kamar dan selebihnya dalam bentuk bengkok merupakan ruangan duduk yang cukup luas. Seorang nenek yang usianya sudah mendekati tujuh puluh tahun duduk di sebuah kursi menghadapi meja besar dan sebatang tongkat dengan kepala berukir kepala naga Tiraikasih Website bersandar di dinding, di sebelahnya. Nenek itu rambutnya sudah putih semua, akan tetapi wajahnya masih segar dan mukanya berseri penuh senyum seperti muka Tin Han. Sepasang mata tua itu masih tajam bersinar ketika mengamati wajah Lee Cin, kemudian terdengar ia berkata, "Berandal, inikah dewimu? Siapakah namamu, Nona muda?" Lee Cin memberi hormat dan tidak marah karena ucapan dewimu itu diucapkan seperti bergurau. "Nama saja Bu Lee Cin, Nek." Ia pun tidak ragu-ragu menyebut nenek seperti yang dilakukan Tin Han. "Nenek yang baik, Nona Bu Lee Cin adalah tamu keluarga kita, ia datang bersama Kakak Tin Siong." Tin Han menjelaskan. "Hemm, engkau datang bersama Tin Siong? Kenapa anak itu tidak memberitahu kepadaku?" "Nek, Adik Lee Cin ini selain cantik jelita juga lihai sekali ilmu silatnya. Siong-ko yang memberi tahu kepadaku," kata pula Tin Han. "Duduklah kalian," kata nenek itu dan Tin Han juga mempersilakan Lee Cin untuk duduk berhadapan dengan Nenek Cia, terhalang meja besar. "Siapakah gurumu, Nona?" "Aih, Nek. Cin-moi ini tidak suka disebut Nona. Sebut saja namanya!" Tin Han mencela neneknya. "Begitukah? Bagus! Nah, Lee Cin, katakan kepadaku siapa nama gurumu, dari gurunya aku dapat menilai kepandaian muridnya." DewiKZ 279 Lee Cin berpikir sejenak. Kalau ia mengaku bahwa gurunya Souw Tek Bun, tentu mereka akan menjadi curiga, Tiraikasih Website yaitu kalau benar seorang anggauta keluarga Cia yang melukai ayahnya. Akan tetapi mereka tidak mempunyai urusan dengan ibu kandungnya, maka ia pun menjawab dengan singkat. "Nama julukan guruku adalah Ang-tok Mo-li." Mendengar disebutnya nama ini, Tin Han tampak biasa saja, akan tetapi Nenek Cin mengerutkan alisnya. "Ang-tok Mo-li? Wah, engkau murid Ang-tok Moli? Kalau begitu tentu ilmu silatmu tinggi sekali, apalagi ilmu pukulan Ang-tok-ciang Tangan Racun Merah!" Lee Cin mendapat kesempatan untuk melepas umpannya. "Ah, tidak berapa hebat, Nek. Tidak sehebat Hek-tok-ciang Tangan Racun Hitam milik keluarga Cia yang amat terkenal di seluruh dunia kang-ouw itu!" "Hem, engkau sudah mendengar pula tentang Hek-tok-ciang? Tentu menarik sekali kalau diadu dengan Ang-tok-ciang. Ingin sekali aku menyaksikan kepandaianmu, Lee Cin. Tin Han, kau......" "Apakah Nenek sudah lupa lagi? Aku bukan Siong-ko, aku hanya pandai main catur, menulis sajak dan meniup suling. Ah, ya, aku melihat engkau membawa suling di ikat pinggangmu, Cin-moi. Boleh aku meminjamnya sebentar untuk dimainkan?" "Nanti saja, Tin Han. Maksudku engkau panggilkan salah seorang pamanmu atau kalau ada Tin Siong ke sini, sekarang juga! Hayo cepat!" Tin Han mengangguk dan dia pun keluar dari pondok itu. Setelah ditinggal sendiri berhadapan dengan nenek itu, Lee Cin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. "Nek, bagaimana pendapatmu tentang Kerajaan sekarang ini?" DewiKZ 280 "Maksudmu?" Tiraikasih Website "Apakah kaisarnya baik dan setujukah Nenek melihat tanah air dijajah bangsa Mancu?" "Kaisar Kian Liong memang seorang kaisar yang baik, akan tetapi bagaimanapun juga dia seorang Mancu, seorang asing yang telah menjajah bangsa dan tanah air kita!" kata nenek itu penuh semangat. "Akan tetapi aku mendengar bahwa banyak tokoh kang-ouw, para pendekar mendukung Kaisar ini," pancing pula Lee Cin. "Itulah yang menjemukan! Percuma saja mereka menyebut diri pendekar kalau mendukung penjajah! Seorang pendekar harus berjiwa patriot, berusaha melepaskan belenggu penjajahan dari tangan bangsa. Kalau tidak begitu, tidak pantas mereka menyebut diri mereka pendekar." Berdebar jantung Lee Cin. Ia sudah mendekati pembukaan rahasia siapa yang melukai ayahnya. Ia memberi umpan terus. "Saya bahkan mendengar bahwa pendekar besar yang bernama Song Thian Lee itu kini bahkan menjadi panglima besar di kota raja, Nek. Bagaimana pendapat nenek tentang orang itu?" DewiKZ 281 Nenek Cia mengepal tinju. "Song Thian Lee menjadi antek penjajah! Sungguh menggemaskan. Dia agaknya belum pernah merasakan kekejaman penjajah. Tidak seperti kami! Suamiku dibantai orang Mancu, juga tiga orang di antara anak-anakku. Aku hidup menderita sejak muda, baru setelah anak-anakku menjadi besar hidupku agak lumayan. Akan tetapi sakit hati ini tidak pernah habis sebelum pemerintah penjajah terjungkal dan tanah air kembali kepada bangsa kita!" Tiraikasih Website Bagus, pikir Lee Cin. Ia merasa semakin mendekati kenyataan dan penemuan Si Kedok Hitam yang ia hampir yakini tentu berada di dalam keluarga ini. "Bagaimana pendapat Nenek tentang Bengcu Souw Tek Bun? Dia adalah seorang gagah perkasa, seorang pendekar sejati yang terpilih menjadi bengcu, bukan?" Pada saat itu terdengar suara Tin Han. "Mari, Paman Hok, Nenek yang memanggilmu. Hayo cepat, khawatir Nenek menjadi tidak sabar lagi dan aku yang akan kena damprat nanti karena lama mengundangmu." Mendengar suara Tin Han, Nenek Cia tidak menjawab pertanyaan Lee Cin yang terakhir tadi. Ia tersenyum lebar. "Nah, itu Si Berandal datang bersama Cia Hok, puteraku yang ke dua." Lee Cin menjadi kecewa akan tetapi ia menelan saja perasaan itu dan memandang ke arah pintu pondok. Pintu terbuka dan muncullah Tin Han bersama Cia Hok yang ikut menyambutnya ketika pertama kali ia datang. "Ibu memanggilku?" tanya Cia Hok setelah dipersilakan duduk. "Begini, Hok. Aku ingin engkau bermain silat sebentar untuk menguji kepandaian Lee Cin ini. Ia adalah murid Ang-tok Mo-li maka aku ingin melihat kepandaiannya, terutama pukulan Ang-tok-ciang. Kau boleh menggunakan Hek-tok-ciang, akan tetapi bukan untuk mencederai, melainkan hanya untuk menguji kekuatan pukulannya." Agaknya Cia Hok sudah biasa menerima perintah dari ibunya dan sedikit pun dia tidak berani membantah. Dia memandang kepada Lee Cin dan bangkit berdiri dari kursinya. DewiKZ 282 "Mari silakan, Nona Bu." Tiraikasih Website Lee Cin memandang ragu. "Aku..... aku tidak ingin melukai orang. Dalam pertandingan, betapapun hati-hati kita, tentu kemungkinan untuk terluka besar sekali. Aku sebagai tamu sungguh tidak pantas untuk melukai tuan rumah." "Ha-ha. jangan khawatir, Cin-moi. Engkau tidak akan dapat melukainya. Paman Cia Hok ini ilmu silatnya hebat, hanya ayahku dan kakakku saja yang mampu mengalahkannya. Dan engkau juga jangan takut, Paman Hok tentu tidak akan mau melukaimu," kata Tin Han. Ucapan pemuda itu membuat Lee Cin kehabisan akal untuk menolak uji ilmu itu karena pemuda itu meniadakan segala macam kekhawatirannya! Terpaksa ia bangkit berdiri dan menjura kepada Nenek Cia. "Harap Nenek tidak menertawakan ilmuku yaeg dangkal." "Sudahlah jangan merendahkan diri lagi, Cin-moi. Aku pun ingin sekali melihat apakah engkau juga mampu mengatasi Paman Hok. Kalau menurut cerita Kakak Siong, engkau tentu akan dapat menangkan pertandingan ini." "Tin Han, jangan cerewet engkau! Lebih baik singkirkan kursi-kursi itu untuk memberi ruangan yang lebih luas untuk Lee Cin dan pamanmu," bentak Nenek Cia sambil melotot dibuat-buat kepada cucunya. -oo0dw0oo- Jilid 09 DewiKZ 283 TIN HAN cepat menyingkirkan kursi-kursi sehingga ruangan yang tersisa kini cukup luas untuk dipakai mengadu ilmu silat. Melihat ia tidak dapat menghindarkan diri lagi dari pi-bu adu silat in, Lee Cin lalu melangkah ke tengah ruangan yang kosong lalu menghadapi Cia Hok. Tiraikasih Website "Silakan, Paman," katanya lembut. "Aku adalah pihak tuan rumah dan engkau tamu, engkaulah yang mulal menyerang dulu, Nona Bu," kata Cia Hok yang juga sudah memasang kuda-kuda yang kokoh. "Ayo, mulai saja, Cin-moi dan jangan sungkan-sungkan!" Tin Han berteriak gembira. Lee Cin merasa dongkol juga. Pemuda itu agaknya condong untuk mengadu dia dengan keluarganya sedangkan ia enak-enak menikmati tontonan adu silat! Ia pun terpaksa melayani keinginan nenek itu demi berhasilnya penyelidikannya. "Awas serangan!" bentaknya dan ia pun mulai dengan serangannya. Tangan kanannya menyambar ke arah muka lawan sedangkan tangan kirinya mengikuti dengan cengkeraman ke arah dada. Sebuah jurus serangan yang cukup hebat sehingga Tin Han mengeluarkan seruan kagum. DewiKZ 284 Cia Hok juga mengenal serangan berbahaya, maka dia melompat ke belakang untuk menghindarkan dua serangan itu dan ketika kaki depannya maju lagi, kaki kirinya mencuat mengirim tendangan ke arah lutut kanan Lee Cin. Namun Lee Cin yang tidak berani memandang rendah lawannya, dengan mudah sudah mengalihkan kakinya dan membalas dengan serangan yang lebih cepat dan kuat lagi. Ia sengaja memainkan ilmu silat tangan kosong yang ia pelajari dari Ang-tok Mo-li, yaitu Koai-liong-kun Silat Naga Siluman. Gerakannya cepat dan amat kuat, bergelombang seperti terbangnya seekor naga. Gerakan silat Koai-liong-kun ini memang indah walaupun amat bengis, dan Lee Cin yang sudah menguasainya dengan baik, dapat bergerak cepat dan indah seperti seorang dewi menari-nari! Cia Hok terkejut melihat ilmu silat yang baginya aneh itu, maka untuk mengimbangi, ia pun memainkan ilmu silat Tiraikasih Website tangan kosong keluarga Cia. Terjadilah pertandingan yang amat seru. Tin Han berkali-kali bertepuk tangan dan berseru memuji, "Hebat sekali! Wah, awas, Paman Hok!" Dia benar-benar bergembira sekali seperti seorang kanak-kanak nonton pertandingan antara dua ayam jantan, dan dari nadanya dia menjagoi Lee Cin! Kalau saja Lee Cin menggunakan ilmunya dengan maksud untuk merobohkan, tentu ia dapat merobohkan lawannya. Akan tetapi ia tidak mau melakukan ini, maka pertandingan itu berjalan seru dan seimbang. "Lee Cin, keluarkan ilmu simpananmu Ang-tok-ciang!" terdengar Nenek Cia berseru karena ia ingin sekali melihat ilmu pukulan ampuh itu. "Harus dilawan dengan Hek-tok-ciang!" jawab Lee Cin sambil menangkis pukulan lawan dengan pengerahan tenaga sehingga tubuh Cia Hok terpental ke belakang. "Cia Hok, keluarkan Hek-tok-ciang!" kata Nenek Cia kepada puteranya. Cia Hok meloncat ke depan dan menyerang lagi, sekali ini dia menggunakan jari tangannya untuk menampar ke arah pundak Lee Cin dengan ilmu pukulan Hek-tok-ciang, Lee Cin melihat lengan terbuka itu menampar pundaknya dan tapak tangan itu berubah hitam, sengaja menyambut tamparan itu dengan pundaknya untuk melihat apakah pukulan itu sama dengan pukulan yang diterima ayahnya, dan pada saat yang sama jari telunjuk tangan kirinya menotok pundak lawan dengan It-yang-ci. DewiKZ 285 "Plakk..... tukkk!!" Lee Cin terhuyung ke belakang, akan tetapi Cia Hok sendiri berhenti tidak mampu bergerak dengan tubuh kaku! Melihat ini, Cia Tin Han lari menghampiri Lee Cin dan bertanya dengan khawatir, Tiraikasih Website "Cin-moi, engkau tidak apa-apa?" Lee Cin menggeleng kepala dan memeriksa pundaknya. Memang ada tapak tangan hitam di pundaknya, akan tetapi racun itu baginya bukan apa-apa dan sama sekali tidak mempengaruhi tubuhnya yang sudah kebal racun. Tapak tangan hitam itu memang hebat, kalau orang lain yang terkena pukulan itu tentu akan terluka dalam. Akan tetapi sama sekali tidak seperti luka yang diderita ayahnya, walaupun tandanya serupa. Mungkin yang memukul ayahnya memiliki sinkang yang lebih kuat. Sementara itu, dengan satu loncatan yang ringan dan cepat sekali. Nenek Cia sudah tiba dekat puteranya dan dengan beberapa kali totokan ia membebaskan Cia Hok dari keadaan kaku tak dapat bergerak tadi. Ia merasa lega melihat puteranya tidak terluka dan melihat Lee Cin sama sekali tidak terpengaruh oleh pukulan Hek-tok-ciang biarpun dilakukan setengah tenaga oleh Cia Hok, nenek itu terbelalak kagum. "Lee -Cin, engkau murid Ang-tok Mo-li bagaimana dapat melakukan serangan dengan It-yang-ci? Tokoh mana dari Siauw-lim-pai yang menjadi gurumu?" "In Kong Thaisu yang mengajarkan kepadaku," jawab Lee Cin. "Ah, engkau mempunyai guru Ang-tok Mo-li dan In Kong Thaisu? Pantas saja engkau demikian lihai. Coba kulihat, bagaimana dengan pundakmu yang terpukul Cia Hok?" Nenek itu menghampiri dan melihat dari dekat, menyingkapkan baju di bagian pundak dan melihat betapa kulit pundak yang putih mulus itu ada tanda tapak jari hitam, akan tetapi gadis itu tidak merasakan apa-apa! DewiKZ 286 "Engkau tidak merasa nyeri?" tanyanya. Tiraikasih Website "Tidak," jawab Lee Cin sambil menggeleng kepala. "Hebat, engkau sungguh hebat. Bahkan Hek-tok-ciang tidak mampu melukaimu. Dan engkau sama sekali belum mengeluarkan Ang-tok-ciang. Tentu saja Cia Hok kalah olehmu." "Ha-ha-ha, apa yang kukukatakan, Nek. Adik Bu Lee Cin adalah seorang dewi yang cantik jelita dan gagah perkasa. Menurut penuturan Siong-ko, Cin-moi ini bahkan dapat melawan pengeroyokan ketiga pangcu dari Kim-to-pang." Nenek Cia mengerutkan alisnya. "Hebat! Aku jadi ingin sekali menguji ilmu silatmu dengan senjata. Marilah layani aku sebentar, Lee Cin!" kata Nenek Cia sambil menyambar tongkat kepala naganya. "Ah, Nek, aku tidak berani," kata Lee Cin yang kini menjadi ragu apakah yang melukai ayahnya itu keluarga Cia atau bukan. Tapak tangan hitam itu sama, akan tetapi ayahnya keracunan hebat dan jalan darahnya menjadi kacau, sedangkan pukulan Cia Hok tadi tidak begitu hebat. Apakah karena Cia Hok tidak memukul dengan sepenuh tenaga, atau ada lain anggauta yang lebih lihai darinya? Agaknya Tin Siong lebh lihai, juga Cia Hok tentu bukan penyerang ayahnya karena dia sudah setengah tua sedangkan Tin Siong masih muda sesuai dengan keterangan ayahnya tentang Si Kedok Hitam. DewiKZ 287 Akan tetapi agaknya Nenek Cia keras hati dan belum puas kalau keinginannya tidak dituruti. "Marilah, Lee Cin. Perkenalan di antara kita belum akrab benar kalau kita belum mengukur kepandaian masing-masing. Tongkatku tidak akan melukaimu, jangan khawatir." Tiraikasih Website "Cin-moi, jangan sungkan-sungkan. Watak nenek memang begitu, kalau ada sahabat baru, selalu ia ingin menguji kepandaiannya," seru Tin Han dengan gembira. "Akan tetapi, Nek. Aku tidak melihat Cin-moi bersenjata, biar kuambilkan sebuah senjata untuknya. Engkau menghendaki senjata apa, Cin-moi? Pedang, golok atau yang lain?" "Anak bodoh dan tolol! Ia sudah mempunyai sebuah senjata yang ampuh! Lihat di pinggangnya itu, yang mengkilap merah itu adalah sebatang pedang tipis yang ampuh!" seru Nenek Cia. Lee Cin kagum akan ketajaman pandangan nenek itu, dan karena didesak, ia pun terpaksa mencabut pedang Ang-coa-kiam dari pinggangnya. Tampak sinar merah berkelebatan ketika gadis itu mencabut pedang. Tin Han bertepuk tangan memuji, "Wah, hebat bukan main pedangmu itu, Cin-moi! Tentu pedang itu tajam dan ampuh sekali. Hati-hati, Cin-moi, jangan sampai engkau melukai Nenek!" Lee Cin tersenyum. "Aku tidak akan melukainya, Han-ko, harap jangan khawatir!" Lee Cin ingin menyenangkan hati Nenek Cia yang dia harapkan masih akan suka memberi tanggapan dan pendapatnya tentang diri ayahnya sehingga akan lebih membuka rahasia Si Kedok Hitam. Ia berdiri sambil melintangkan Pedang Ular Merah di depan dada, miringkan tangan kiri sebagai penghormatan dan berkata, "Silakan mulai, Nek!" DewiKZ 288 Nenek Cia tidak sungkan seperti Cia Hok, setelah melihat Lee Cin siap dan mempersilakan ia maju, ia melangkah maju lalu berkata dengan tegas, "Sambutlah seranganku ini!" Tongkatnya menyambar dan mengeluarkan angin bercuitan, menyerang ke arah kepala Tiraikasih Website Lee Cin. Gadis itu maklum akan dahsyatnya serangan, secepat kilat mengelak dan melangkah maju, pedangnya berubah menjadi sinar keemasan menusuk ke arah dada Nenek Cia. Nenek itu menggoyangkan tongkatnya sehingga menangkis dan bertemu dengan pedang Ang-coa-kiam. "Tranggg......!" Bunga api berpijar dan Lee Cin mendapat kenyataan betapa kuatnya nenek yang usianya sudah lanjut itu. Tangkisan tongkat kepala naga membuat tangan kanannya tergetar hebat. Akan tetapi hal ini tidak membuat ia gentar, pedangnya sudah diputarnya bergulung-gulung, menjadi segulung sinar keemasan yang menyambar-nyambar dengan dahsyatnya. "Kiam-hoat ilmu pedang bagus!" seru nenek itu dan ia pun terpaksa mengikuti kecepatan gerakan lawan dan memutar tongkat melindungi dirinya sambil mencari lubang dan kesempatan untuk balas menyerang. Terjadi pertandingan yang, lebih menarik daripada tadi. Sinar pedang emas dan sinar tongkat kehitaman bergulung saling desak. Kalau dalam hal tenaga sinkang mungkin nenek itu lebih kuat dibandingkan Lee Cin, namun dalam hal kecepatan gerakan, nenek itu kalah jauh. Hal ini membuat nenek itu kewalahan, karena gerakan Lee Gin semakin cepat sehingga ia menjadi terdesak terus. DewiKZ 289 Agaknya Cia Tin Han tidak dapat mengikuti gerakan senjata mereka dan yang tampak hanya segulungan sinar emas dan hitam saling desak, dan ini merupakan pemandangan yang indah sekali. "Bagus, bagus sekali! Cin-moi, kiam-hoatmu bagus dan indah!" Pemuda itu berseru memuji dan bertepuk tangan sementara itu Cia Hok memandang dengan alis berkerut karena dia dapat melihat betapa ibunya terdesak hebat! Tiraikasih Website Lee Cin memang berusaha untuk mendatangkar kesan di hati nenek itu tanpa menyinggungnya, maka ketika mendapat kesempatan, Pedang Ular Merah berkelebat cepat dan ujung lengan baju kiri nenek itu telah terbabat dan terpotong sedikit. Lee Cin meloncat jauh ke belakang dan mengangkat kedua tangan memberi hormat. "Nenek telah banyak mengalah, terima kasih!" Nenek Cia memandang ujung lengan bajunya dan ia mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Hebat memang Ang-coa-kiamsut dari Ang-tok Mo-li! Pedang itu tentu yang disebut Ang-coa-kiam, bukan?" "Pengetahuan Nenek luas sekali," kata Lee Cin sungguh-sungguh. "Tentu saja. Nenek memiliki banyak sekali pengalaman di dunia kang-ouw. Engkau telah mampu menandingi tongkat Nenek, sungguh kepandaianmu hebat sekali, Cin-moi." "Ah, kalau Nenek bertanding sungguh-sungguh, akan sukarlah bagiku untuk menandinginya," jawab Lee Cin. "Cia Hok, engkau boleh pergi, aku masih ingin berbincang-bincang dengan Lee Cin. Engkau boleh duduk mendengarkan, Berandal!" Cia Hok memberi hormat lalu pergi dari situ meninggalkan Nenek Cia bertiga dengan Tin Han dan Lee Cin. DewiKZ 290 Setelah Cia Hok keluar dari pondok dan menutupkan kembali pintu depan, Lee Cin lalu berkata, "Tadi aku bertanya kepada Nenek yang belum terjawab, yaitu bagaimana pandangan Nenek tentang bengcu dunia kang-ouw yang bernama Souw Tek Bun. Kalau menurut Nenek, bagaimanakah wataknya, apakah dia seorang antek Mancu ataukah bukan?" Tiraikasih Website "Jelas dia antek Mancu! Ketika dia diangkat menjadi bengcu, pengangkatan itu direstui oleh Panglima Mancu, berarti disetujui oleh Kerajaan Mancu. Ini saja membuktikan bahwa dia itu antek Mancu yang ingin menguasai dunia kang-ouw agar lebih mudah diatur menurut kehendak kerajaan penjajah!" "Souw Tek Bun memang seorang pendekar yang telah merangkai sendiri ilmu pedangnya, berdasarkan ilmu silat Kun-lun-pai karena dia memang seorang tokoh Kun-lun-pai. Akan tetapi, karena dia diangkat menjadi bengcu atas pilihan Kaisar Mancu, berarti dia antek Mancu," kata Nenek Cia lagi sambil menoleh kepada cucunya. "Bagaimana pendapatmu, Tin Han? Cucuku Tin Han ini biarpun tidak pandai ilmu silat karena dia tidak pernah mau mempelajarinya, namun dalam hatinya dia seorang patriot sejati." Tin Han menghela napas dan Lee Cin memandang kepadanya dengan penuh perhatian. "Aku harus mengatakan bagaimana? Souw Tek Bun menjadi bengcu kang-ouw, akan tetapi juga diangkat oleh Kerajaan Mancu. Kalau dia memang seorang yang membenci penjajahan, tentu dia tidak mau diangkat menjadi bengcu setelah disetujui oleh Kerajaan Mancu. Dunia orang gagah seyogianya tidak dipengaruhi kerajaan penjajah." Lee Cin mendengarkan penuh perhatian. Ia dapat merasakan betapa dalam ucapan pemuda yang kadang bicara secara ugal-ugalan itu terdapat api semangat yang berkobar, seperti juga nenek itu. DewiKZ 291 Nenek Cia menghela napas panjang. "Memang sekarang ini terjadi perpecahan antara kalangan persilatan, bahkan partai-partai besar bersikap tidak acuh. Ada segolongan pendekar yang seolah mendukung Pemerintah Mancu karena kaisarnya yang dianggap baik, ada pula golongan Tiraikasih Website yang anti penjajah. Terus terang saja, keluarga kami termasuk golongan yang anti penjajah ini, dan kami bersedia mengorbankan segalanya dengan perjuangan bangsa yang ingin terbebas dari belenggu penjajahan." "Sikap keluarga Cia ini berdasarkan dendam karena suami dan dua orang anak Nenek telah binasa oleh Kerajaan Mancu?" Lee Cin bertanya. "Ah, tidak sama sekali!" jawab Nenek Cia. "Lama sebelum suami dan dua orang anakku gugur, kami sekeluarga sudah menjadi patriot-patriot sejati yang menentang penjajah!" Lee Cin teringat akan pengalamannya dua tiga tahun yang lalu, ketika ia bersama Song Thian Lee dan para pendekar lain membantu pasukan kerajaan untuk menumpas gerakan pemberontak Pangeran Tua atau Pangeran Tang Gi Lok yang bergabung dengan tokoh-tokoh sesat dunia kang-ouw dan bersekongkol pula dengan perkumpulan-perkumpulan sesat seperti Pek-lian-pai dan para datuk sesat. Ia juga teringat akan pengalamannya tadi ketika ia berada di taman ia mendengar pembicaraan antara Cia Hok dan Cia Bhok dengan orang asing Jepang bernama Yasuki dan seorang panglima bernama Phoa-ciangkun. Ia menduga bahwa kedua orang itu yang mewakili keluarga Cia agaknya bersekongkol dengan orang Jepang dan dengan panglima yang hendak mengadakan pemberontakan. DewiKZ 292 "Aku pernah mendengar tentang pemberontakan kurang lebih tiga tahun yang lalu, yang dipimpin oleh Pangeran Tang Gi Lok yang bersekutu dengan para datuk sesat di dunia kang-ouw dan dengan perkumpulan seperti Pek-lian-pai, kemudian dihancurkan oleh pasukan pemerintah. Bagaimana pendapat nenek tentang pemberontakan seperti itu?" Tiraikasih Website "Itu bukan perjuangan membebaskan rakyat dari penjajahan!" Tin Han yang menjawab, "Kalau yang memberontak itu seorang pangeran, maka hal itu hanya merupakan perebutan kekuasaan belaka, dan kalau pangeran itu berhasil, dialah yang akan menggantikan menjadi kaisar dan tetap saja rakyat dijajah orang Mancu! Perjuangan rakyat harus murni, berasal dari rakyat yang tidak sudi lebih lama lagi ditindas penjajah Mancu. Para datuk sesat dan penjahat hanya akan merusak perjuangan karena mereka ini bukan berjuang demi rakyat melainkan berjuang untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri." "Kalau begitu, aku yakin bahwa para patriot seperti keluarga Cia tidak sudi bersekongkol dengan bangsa lain atau dengan pihak-pihak yang hendak mencari keuntungan pribadi?" "Tentu saja kami tidak mau!" kata pula Tin Han, akan tetapi Lee Cin melihat nenek itu mengerutkan alisnya. "Lee Cin, agaknya engkau tertarik sekali tentang perjuangan maka menghujani kami dengan pertanyaan-pertanyaan itu! Sebetulnya apa sih maksudmu menanyakan semua itu?" Pertanyaan nenek ini seperti sebuah serangan tiba-tiba yang membuat Lee Cin terkejut. Akan tetapi dengan tenang ia menjawab. "Nek, aku tertarik sekali akan sikap keluarga Cia yang sudah terkenal itu, maka aku menanyakan semua itu." "Dan bagaimana pendapatmu?" Nenek Cia balas bertanya sambil matanya menatap tajam wajah Lee Cin. DewiKZ 293 "Aku setuju sekali pada dasarnya dengan semua pandangan keluarga Cia. Jadi menurut pendapat Nenek, para pendekar yang menjadi antek Mancu harus dibasmi atau dibunuh?" Tiraikasih Website "Setidaknya diberi peringatan dan pelajaran agar dia sadar dan tidak lagi menjadi antek Mancu. Sesungguhnya yang membuat Kerajaan Mancu sekarang ini kuat sekali dan sukar dirobohkan adalah karena banyaknya orang-orang gagah bangsa kita yang suka menjadi antek mereka," jawab Nenek Cia dengan suara pasti dan tegas. Timbul pula kecurigaan di hati Lee Cin, kalau menurut pendapat nenek ini, ayahnya yang dianggap antek Mancu juga perlu mendapat hajaran agar sadar dan tidak lagi mau menjadi antek Mancu? Dan agaknya ayahnya sudah mendapatkan hajaran itu. Akan tetapi siapa yang melakukannya? Kecurigaannya condong kepada Tin Siong yang agaknya memiliki ilmu kepandaian paling tinggi di samping kepandaian Nenek Cia sendiri. "Akan tetapi, Nek. Kalau kita menyerang para pendekar yang mendukung pemerintah Kerajaan Mancu, bukankah itu berarti kita menanam bibit permusuhan dengan para pendekar itu? Kita akan mendapat kesukaran sendiri karenanya." "Kita memberi peringatan dan hajaran kepada mereka secara diam-diam dan jangan sampai menimbulkan permusuhan." "Bagaimana caranya, Nek?" "Tergantung suasana dan keadaan, kenapa engkau seperti orang menyelidiki saja, Lee Cin?" "Maaf, Nek. Aku hanya ingin tahu dan ingin menambah pengalamanku yang dangkal." DewiKZ 294 "Kami harap engkau masih tinggal beberapa lama di sini, Cin-moi, agar engkau boleh puas berbincang-bincang dengan Nenek. Agaknya kalian cocok sekali!" kata Tin Han sambil tertawa. Tiraikasih Website "Besok aku harus melanjutkan perjalananku, Han-ko. Aku tidak mau mengganggu kalian lebih lama lagi." "Mengganggu? Tidak sama sekali, bahkan aku senang andaikata engkau dapat terus tinggal di sini. Engkau seorang gadis yang cerdik dan lihai, engkau tentu akan dapat banyak membantuku." "Aih, Nenek ini ada-ada saja. Tidak mungkin aku tinggal di sini terus," kata Lee Cin tersenyum. "Kenapa tidak mungkin? Kalau engkau menjadi cucu mantuku, tentu engkau akan tinggal di sini terus!" kata nenek itu sambil menoleh kepada Tin Han. Pemuda yang biasanya jenaka dan lincah itu, kini menundukkan mukanya! Lee Cin juga merasa betapa mukanya panas. Sungguh mengherankan, baru bergaul dengan Tin Han selama beberapa jam saja ia sudah merasa menjadi sahabat baik pemuda itu, dan nenek ini juga baru bicara beberapa jam sudah demikian akrab dengannya. Padahal ia sudah bergaul dengan Tin Siong lebih lama lagi akan tetapi ia masih merasa asing dan sungkan kepada pemuda itu, pemuda yang amat halus budi dan sopan-santun. "Sekarang aku harus mengaso karena besok pagi-pagi aku harus berangkat, Nek. Selamat malam dan selamat tidur." Lee Cin bangkit berdiri dan keluar dari pondok diikuti oleh Tin Han. Tin Han mengantar Lee Cin sampai kamarnya. "Sudah malam dan aku sudah mengantuk, Han-ko. Selamat malam." DewiKZ 295 "Selamat malam, Cin-moi. Tidurlah yang nyenyak dan jangan lupa, kalau mimpi bawalah aku dalam mimpimu!" Lee Cin tersenyum malu-malu dan ia merasa heran sendiri, mengapa pemuda itu mengeluarkan kata-kata seberani itu dan ia tidak tersinggung. Mungkin karena ucapan Tin Han Tiraikasih Website itu dilakukan sambil bergurau, seperti gurau antara dua kawan yang sudah lama sekali berkenalan dan akrab. Lee Cin menutupkan daun pintu dan mendengar langkah Tin Han meninggalkan kamarnya. Akan tetapi ketika ia mendengar langkah lain ia cepat menghampiri daun pintu dan mengerahkan pendengarannya untuk mendengar apa yang terjadi di luar kamarnya. "Awas, kau Han-te! Kalau engkau berani mengganggunya, awas kau!" Lee Cin mengenal suara bisikan itu. Suara Cia Tin Siong yang biasanya lembut kini terdengar marah penuh ancaman. "Aih, aih, Siong-ko ini kenapa sih? Tiada hujan tiada angin gunturnya menyambar-nyambar!" jawab Tin Han, juga berbisik, akan tetapi masih jenaka seperti biasanya. "Gila kau, jangan main-main. Ia milikku, tahu? Aku yang menemukannya lebih dulu!" Setelah begitu terdengar langkah kaki menjauh. DewiKZ 296 Lee Cin berdiri termenung, lalu perlahan ia menghampiri pembaringan dan merebahkan diri, masih termenung. Ia terkesan sekali dengan percakapan di luar kamarnya tadi. Ia dapat mengerti dengan mudah betapa Tin Siong merasa cemburu kepada Tin Han yang memang lebih akrab dengannnya, bahkan memanggil adik dan kakak. Padahal dengan Tin Siong ia masih memanggil saudara dan dipanggil Nona Bu. Tin Siong memperingatkan agar Tin Han tidak mengganggunya, berarti tentu agar jangan mendekatinya. Tin Siong menganggap ia miliknya karena dia yang mengenalnya lebih dulu, bahkan yang membawanya ke tempat tinggal keluarga mereka. Sikap Tin Siong seperti ini sungguh di luar dugaannya. Tin Siong yang begitu lembut, begitu sopan, ternyata mempunyai niat buruk terhadap dirinya! Hal ini membuat ia semakin tidak Tiraikasih Website enak untuk tinggal lebih lama di tempat itu. Ia mengambil keputusan untuk besok pagi-pagi berpamit dan meninggalkan tempat itu. Akan tetapi kecurigaannya terhadap Tin Siong makin besar. Agaknya, kalau benar anggauta keluarga Cia yang telah melukai ayahnyaa, maka Tin Sionglah orangnya. Malam itu Lee Cin sukar untuk pulas. Ia gelisah mengenangkan kembali apa yang telah dialaminya di rumah keluarga Cia. Semua begitu rahasia. Percakapan antara kedua paman dengan orang Jepang dan perwira itu. Perbedaan sikap yang mencolok sekali antara Tin Siong dan Tin Han. Kemudian Nenek Cia yang aneh itu. Ia bahkan menaruh curiga bahwa kekalahan nenek itu darinya memang sengaja. Serangan pedangnya yang membabat putus ujung lengan baju nenek itu terlalu mudah, padahal sebelumnya ia merasakan sendiri betapa lihainya tongkat Nenek Cia. Andaikata ia dapat menang melawan nenek itu pun pasti tidak akan terjadi secepat itu. Agaknya nenek itu memberi muka kepadanya dan sengaja mengalah. Akan tetapi untuk apa ia melakukan hal itu? Dengan hati mengandung penuh pertanyaan dan keraguan ini akhirnya Lee Cin dapat pulas juga. oood0wooo "Kenapa engkau tergesa-gesa hendak pergi dari sini, Bu-siocia?" tanya Cia Kun ketika Lee Cin pada keesokan harinya, pagi-pagi berpamit darinya. Isterinya juga menahan. "Tinggallah beberapa lama lagi di sini," kata Nyonya Cia Kun. DewiKZ 297 "Terima kasih atas kebaikan Paman dan Bibi, akan tetapi aku masih mempunyai banyak sekali urusan yang harus Tiraikasih Website kuselesaikan, maka terpaksa aku harus pergi hari ini. Maafkan aku." Lee Cin berkeras. "Nona Bu, aku sungguh mengharapkan agar engkau suka tinggal beberapa hari lagi di sini, kami semua mengharapkan begitu," kata pula Tin Siong yang berada di ruangan itu. Suaranya tetap lembut dan sikapnya sopan, akan tetapi sepasang matanya memandang Lee Cin dengan penuh harapan. "Tidak bisa, Saudara Tin Siong. Aku harus pergi hari ini dan banyak terima kasih atas kebaikanmu dan semua keluargamu yang telah menerimaku sebagai seorang tamu dan sahabat." "Hem, kalau Nona bersikeras dan masih banyak urusan yang harus diselesaikan, terpaksa kami tidak dapat menahanmu. Perkenankan kami memberi seekor kuda yang baik untukmu, agar engkau dapat melakukan perjalanan dengan cepat dan tidak melelahkan." "Terima kasih, Paman, akan tetapi aku sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan jalan kaki. Aku tidak biasa menunggang kuda." Lee Cin memberi alasan untuk menolak. Cia Kun menghela napas. "Baiklah, kalau begitu kami menghaturkan selamat jalan." "Selamat jalan, Nona Bu," kata Nyonya Cia Kun. Lee Cin mengangkat kedua tangan ke depan dada memberi hormat kepada suami isteri Cia Kun, kemudian ia menalikan buntalan pakaiannya di punggung dan berkata, "Aku hendak berpamit kepada Nenek Cia lebih dulu." DewiKZ 298 "Mari kuantarkan, Nona Bu," kata Tin Siong. Tiraikasih Website "Tidak usah, Saudara Tin Siong. Aku sudah mengenal Nenek Cia dengan baik dan tahu jalan menuju pondoknya. Selamat tinggal!" Lee Cin lalu keluar dari ruangan itu, masuk ke taman dan melangkah cepat ke arah pondok Nenek Cia. Pondok itu tampak sunyi saja. Apakah Nenek Cia belum bangun dari tidurnya? Selagi ia berdiri depan pintu pondok dengan ragu, terdengar suara riang dari samping pondok, "Selamat pagi, Cin-moi! Wah, pagi-pagi benar engkau sudah berkunjung kepada Nenek. Apakah ada keperluan yang amat penting?" "Tidak, Han-ko. Aku hanya ingin berpamit dari Nenek Cia. Aku harus pergi melanjutkan perjalananku pagi hari ini." "Ah, engkau hendak pergi sekarang? Habis, aku bagaimana, Cin-moi?" "Apanya yang engkau bagaimana, Han-ko?" tanya Lee Cin sambil menatap wajah itu penuh selidik. Kalau pemuda itu hendak merayunya, tentu ia akan mendampratnya. Akan tetapi Tin Han tidak merayu, melainkan berkata dengan serius, "Kalau engkau pergi begini terburu-buru, bagaimana dengan aku? Aku telah mendapatkan seorang sahabat yang amat menyenangkan dan akrab, dan tiba-tiba saja engkau pergi begitu saja, hanya tinggal di sini selama sehari? Aku akan kehilangan engkau, Cin-moi." "Aku masih mempunyai banyak urusan yang harus kuselesaikan, Han-ko. Maka, aku tidak dapat tinggal lama-lama di sini. Maaf, aku hendak berpamit dari Nenek Cia." DewiKZ 299 Tin Han mengetuk pintu pondok itu. "Nek, Nenek, aku datang bersama Cin-moi!" Tiraikasih Website "Anak berandal, engkau baru saja keluar dari sini, sekarang ada apa lagi ribut-ribut? Masuk saja, pintunya tidak terkunci." Tin Han mendorong daun pintu itu dan masuk bersama Lee Cin. Ketika melihat Lee Cin, nenek yang sudah duduk di atas kursinya itu kelihatan heran. "Lee Cin, sepagi ini engkau sudah berkunjung? Duduklah!" "Terima kasih, Nek. Aku datang hanya untuk berpamit. Aku terpaksa harus pergi pagi ini karena masih banyak persoalan yang harus kuselesaikan." Nenek itu membelalakkan matanya. "Engkau hendak pergi sekarang? Kukira..... kuharap, engkau akan lebih lama tinggal di sini, sukur kalau untuk seterusnya menjadi anggauta keluarga kami. Lee Cin, berapa usiamu tahun ini?" Ditanya begitu, Lee Cin menjadi gelagapan, akan tetapi karena yang bertanya seorang nenek, ia menjawab juga, "Sembilan belas tahun lewat, Nek!" "Bagus! Aku baru saja mendengar bahwa Tin Siong amat menyukaimu, dan kalau engkau setuju......" "Wah, Nek. Tidak enak membicarakan hal itu dengan Cin-moi!" kata Tin Han mencela. Lee Cin merasa tidak enak sekali dan dengan bersukur ia memandang kepada Tin Han yang menolongnya dari pertanyaan yang membuatnya amat jengah itu. DewiKZ 300 "Terima kasih atas segala kebaikanmu, Nek. Akan tetapi aku harus pergi sekarang juga, memenuhi tugas yang harus kulaksanakan. Selamat tinggal, Nek dan sekali lagi terima Tiraikasih Website kasih atas segalanya." Ia mengangkat kedua tangan depan dada untuk memberi hormat. Nenek itu mengetuk-ngetukkan tongkatnya di atas lantai dan menghela napas panjang. "Sungguh sayang sekali. Kalau saja aku bisa mendapatkan seorang seperti engkau yang membantuku, akan senanglah rasa hatiku. Akan tetapi karena engkau harus melaksanakan tugas, apa boleh buat, hati-hati dalam perjalananmu, Lee Cin, dan kalau engkau kebetulan lewat di daerah ini, jangan lupa singgah ke sini." "Baik, Nek. Selamat berpisah dan selamat tinggal." "Selamat jalan." Lee Cin keluar dari pondok itu dan ternyata Tin Han mengikutinya. Baru ia teringat bahwa ia belum pamit dari pemuda ini. "Tidak usah engkau mengantarkan aku, Han-ko." "Aku tidak mengantarkan, Cin-moi. Hanya aku teringat bahwa aku kemarin hendak meminjam sulingmu sebentar dan belum juga kau berikan. Aku ingin memainkan sebuah lagu dengan sulingmu sebelum engkau meninggalkan tempat ini. Mari kita duduk di bangku sana dan pinjamkan sulingmu sebentar padaku. Boleh, kan?" DewiKZ 301 Mana bisa Lee Cin menolak permintaan yang sederhana itu, maka ia pun mengikuti pemuda itu duduk di bangku taman dan menyerahkan suling yang terselip di pinggangnya. Tin Han menerima suling itu dan mencobanya. Setelah dia merasa cocok dan dapat memainkannya, dia lalu mulai meniup suling itu sambil berdiri. Lee Cin mengamatinya sambil duduk dan tak lama kemudian terdengarlah bunyi suling yang mengalun naik turun dengan merdunya. Ternyata pemuda itu memang pandai bermain suling. Lagu yang dimainkannya asing bagi Lee Cin, akan tetapi ia dapat merasakan keindahan lagu itu Tiraikasih Website dan terseret hanyut oleh suara suling yang mendayu-dayu. Suara suling itu seolah menghanyutkan ke dalam lautan yang berombak-ombak dan menyenangkan, akan tetapi ada pula perasaan yang menyentuh hatinya dan menimbulkan keharuan karena ia seperti dapat menangkap suara rintihan atau tangis dalam tiupan suling itu. Setelah Tin Han menghentikan tiupannya, segera suasananya menjadi sunyi sekali dan gema suara itu masih terngiang di telinga. "Wah, tiupan sulingku jelek, engkau yang ke mana-mana membawa suling tentu dapat bermain suling lebih bagus. Maukah engkau rnemainkan satu dua buah lagu untukku sebelum engkau pergi? Hitung-hitung untuk kenangan dan peninggalan darimu." Dapatkah ia menolak permintaan seperti itu? Lee Cin tersenyum mendengar ucapan itu dan menerima suling dari tangan pemuda itu. Sebelum menyerahkan suling itu, Tin Han lebih dulu menggosok-gosok bagian tiupan suling itu dengan ujung bajunya, baru dia menyerahkannya kepada Lee Cin. Pada saat itu Lee Cin hendak memamerkan kepandaiannya. Ia tahu bahwa kalau ia hanya menyanyikan lagu dengan sulingnya, ia tidak akan mampu menandingi kepandaian Tin Han bermain suling. Ia harus memperlihatkan yang lebih dari sekedar meniup suling untuk memainkan sebuah lagu. DewiKZ 302 Lee Cin membawa suling ke mulutnya dan mulailah meniup suling itu. Suara melengking-lengking terdengar naik turun, nadanya meliuk-liuk, akan tetapi tak dapat dikatakan sebagai permainan suling yang merdu. Bahkan menyakitkan telinga. Tin Han mengerutkan alisnya dan berusaha mengikuti irama suling, akan tetapi dia tidak dapat. Dia sama sekali tidak mengerti dan tiupan suling itu menyakitkan telinganya, seperti ditiup oleh seorang yang Tiraikasih Website sama sekali tidak pandai bermain suling. Tiba-tiba hidungnya mencium bau yang keras dan amis. Ketika ia memandang ke kanan kiri mencari-cari, matanya terbelalak karena dia melihat banyak sekali ular besar kecil bergerak menghampiri tempat itu dan tak lama kemudian tempat itu sudah dikepung oleh puluhan ekor ular yang mengangkat kepala mereka dan mengayun-ayun kepala seperti menari! Ular besar kecil beraneka macam dan banyak di antara mereka yang berbisa! Biarpun ular-ular itu tidak menyerang, namun Tin Han menjadi ketakutan dan dia menghampiri Lee Cin lalu berdiri di belakang gadis itu sambil berseru, "Cin-moi, tiupan sulingmu mengundang datangnya banyak ular!" "Tiupan sulingku jelek, hanya dapat menyenangkan ular-ular. Nah, selamat tinggal, Han-ko. Aku akan membawa pergi semua ular ini agar jangan mengganggumu." Lee Cin melangkah maju sambil memainkan sulingnya. Ular-ular itu membuka kepungan dan mengikuti Lee Cin, menggeleser mengikuti jejak kaki Lee Cin menjadi deretan panjang. Setelah gadis itu tidak tampak lagi, Tin Han menjatuhkan diri duduk di atas bangku, wajahnya masih pucat. "Dewi Ular..... dara itu Dewi Ular....." bisiknya lirih. oood0wooo DewiKZ 303 Setelah tiba di luar taman, Lee Cin menghentikan tiupan sulingnya dan mengusir semua ular itu sehingga mereka merayap ke sana sini, kembali ke asal masing-masing. Tiupan suling itu tadi memanggil dan mendorong semua ular yang berada di daerah itu untuk keluar dari liangnya dan berdatangan ke taman itu. Tiraikasih Website Ia tidak segera keluar dari kota Hui-cu, melainkan berpura-pura mencari keterangan tentang tempat tinggal Ji-taijin dan Un-ciangkun. Bukan mencari tahu tempat tinggal mereka saja, juga ia menyelidiki dengan bertanya kepada penduduk di kota itu, orang-orang macam apakah adanya dud pejabat itu. Apakah mereka sewenang-wenang dan menindas rakyat? Apakah mereka merupakan dua orang pejabat yang korup dan menggunakan kekuasaannya untuk memaksakan kehendak mereka? Hasil penyelidikannya membuat Lee Cin mengerutkan alisnya. Kedua orang pejabat itu adalah orang-orang yang disukai rakyat. Ji-taijin adalah seorang kepala daerah yang bijaksana, tidak pernah memeras penduduk, mengumpulkan pajak sebagaimana mestinya. Yang berpenghasilan besar dikenakan pajak besar, yang kecil dikenakan pajak kecil bahkan yang tidak mampu sama sekali tidak diharuskan membayar pajak. Juga dia telah mengadakan pembangunan-pembangunan yang bermanfaat bagi rakyat. Hasil pemungutan pajak dipergunakan untuk kebaikan-kebaikan jalan, jembatan dan lain-lain. Juga tangannya terbuka untuk menolong mereka yang hidupnya miskin. Di waktu musim paceklik di mana sawah ladang kurang menghasilkan, dia pun membagi-bagi bahan makanan kepada rakyat diancam kelaparan. Pendeknya, Ji-taijin adalah seorang pembesar yang amat baik. DewiKZ 304 Ketika ia menyelidiki tentang Un-ciangkun, hasil penyelidikannya pun sama saja. Un-ciangkun adalah seorang panglima yang adil. Dia melarang keras anak buahnya mengganggu rakyat. Sedikit saja anak buahnya melanggar, tentu akan dihukum berat. Juga, berkat sikap tangan besi yang dilakukan Un-ciangkun terhadap para penjahat, di daerah itu menjadi bersih dari kejahatan atau jarang terjadi kejahatan. Para gerombolan perampok tidak Tiraikasih Website berani memperlihatkan gerakan mereka di sekitar daerah itu dan orang-orang merasa takut untuk melakukan kejahatan karena sikap yang bengis dari Un-ciangkun ini. Bahkan semua rakyat tahu belaka betapa Un-ciangkun menggunakan pasukannya untuk membersihkan pantai timur dari gangguan para bajak laut dan perampok dan yang terdiri dari orang-orang Jepang. Lee Cin tertegun setelah mendapatkan keterangan tentang kedua orang pejabat itu. Orang-orang yang demikian baiknya terhadap rakyat malah hendak dibunuh atau disingkirkan oleh Cia Hok dan Cia Bhok yang bersekutu dengan orang Jepang bernama Yasuki dan panglima bernama Phoa Ciangkun itu. Dan menurut percakapan mereka yang sempat ia dengar, yang mengusulkan untuk membunuh kedua orang pejabat yang baik itu adalah Nenek Cia! Agaknya, semua orang yang menjadi pejabat Kerajaan Mancu adalah musuh yang harus dibunuh, apalagi kalau mereka itu menentang usaha pemberontakan terhadap pemerintah. Agaknya keluarga Cia itu adalah segolongan orang yang menganggap bahwa semua orang yang bekerja di bawah pemerintahan Mancu adalah pengkhianat yang harus dibunuh. Dan untuk itu, keluarga Cia tidak segan-segan untuk bekerja sama dengan orang Jepang dan dengan panglima yang agaknya hendak berkhianat dan memberontak. Kalau begitu, apa bedanya gerakan nnereka dengan gerakan mendiang Pangeran Tang Gi Lok yang memberontak dibantu oleh golongan sesat dan bersekongkol dengan perkumpulan-perkumpulan jahat seperti Pek-lian-pai dan yang lain-lain? DewiKZ 305 Lee Cin teringat akan percakapan antara Cia Hok dan Cia Bhok dengan orang Jepang Yasuki dan Phoa-ciangkun. Jelas bahwa mereka itu bermaksud hendak membunuh Un-ciangkun dan Ji-taijin, akan tetapi menurut percakapan Tiraikasih Website mereka itu, kedua orang pejabat ini dilindungi oleh pengawalan yang ketat. Apa artinya pengawal yang ketat kalau bertemu dengan keluarga Cia yang demikian lihai? Ia menjadi tidak enak dan juga muncul harapan di benaknya. Siapa tahu keluarga Cia akan munculkan Si Kedok Hitam untuk membunuh kedua orang pejabat itu? Mungkin Si Pembunuh menggunakan kedok hitam agar tidak dikenal siapa dia. Satu di antara kedua orang pejabat yang benar-benar terancam adalah Ji-taijin. Bagaimanapun juga, Un-ciangkun yang juga tinggal di Hui-cu adalah seorang panglima dan tentu pengawal yang melindunginya jauh lebih kuat. Setelah berpikir demikian, Lee Cin mengambil keputusan untuk melakukan pencegatan dan diam-diam melindungi Ji-taijin dengan harapan untuk dapat bertemu dengan Si Kedok Hitam yang mungkin malam itu akan berusaha untuk membunuh Ji-taijin. DewiKZ 306 Malam itu hawanya dingin sekali. Bulan tampak muncul sepotong dan angin berhembus dari Bukit Hong-san, mendatangkan hawa yang dingin sehingga jarang ada orang mau keluar pada malam hari itu. Setelah malam larut, sesosok bayangan berkelebat di dalam pekarangan rumah Ji-taijin dan bayangan itu bersem bunyi di balik sebatang pohon yang tumbuh di pekarangan itu. Bayangan itu adalah Lee Cin. Dari tempat sembunyinya itu ia dapat mengamati seluruh gedung sehingga kalau ada gerakan yang mencurigakan datang dari luar, tentu ia akan melihatnya. Dengan mudah tadi ia dapat melewati para penjaga yang berada di gardu penjagaan. Ada belasan orang penjaga di situ dan dengan bergantian mereka mengadakan perondaan mengelilingi gedung. Lee Cin merasa yakin bahwa di sebelah dalam gedung tentu terdapat pengawal lagi. Akan tetapi, ia tahu bahwa kalau yang menyelinap masuk orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, hal itu tidak akan Tiraikasih Website sukar dilakukan, Buktinya, ia sendiri dapat menyelinap memasuki pekarangan tanpa diketahui para penjaga di luar. Lee Cin melihat betapa janggal ia berada di situ, seolah ia hendak melindungi Ji-taijin yang tidak dikenalnya bahkan tidak pernah dilihatnya. Tidak, pikirnya. Ia berada di situ sama sekali bukan untuk melindungi Ji-taijin dari marabahaya, melainkan untuk menangkap Si Kedok Hitam kalau benar seperti dugaan dan harapannya dia akan muncul malam ini di tempat itu. Juga ia harus menentang kalau ada orang hendak membunuh Ji-taijin yang sudah diselidiki keadaannya itu. Seorang pejabat bijaksana seperti Ji-taijin berhak mendapatkan perlindungan dari orang-orang gagah, dan orang yang hendak membunuhnya, apa pun alasannya adalah seorang yang picik dan tidak mementingkan rakyat jelata. Malam telah larut dan lewat tengah malam ketika tiba-tiba Lee Cin melihat bayangan hitam berkelebat tak jauh di depannya. Jantungnya berdebar tegang. Inilah agaknya orang yang ditunggu-tunggunya. Inilah Si Calon Pembunuh itu dan mungkin sekali inilah Si Kedok Hitam. Dalam kegelapan malam yang hanya remang-remang diterangi bulan sepotong, dia tidak dapat melihat apakah orang itu berkedok atau tidak. Hanya tampak olehnya sesosok tubuh yang sedang perawakannya. Lee Cin cepat bergerak membayangi orang itu. Ketika tiba di dekat gedung di mana tergantung sebuah lampu yang cukup terang, baru dilihatnya bahwa bayangan itu memang berkedok hitam! Jantung dalam dada Lee Cin berdegup keras. Ternyata dugaannya benar. Yang hendak membunuh Ji-taijin adalah Si Kedok Hitam, orang yang pernah menyerang dan melukai ayahnya. Orang yang dicari-carinya! DewiKZ 307 Bayangan itu melompat ke atas genteng dengan gerakan ringan dan gesit sekali. Lee Cin tidak membiarkan orang itu Tiraikasih Website pergi dan ia pun melompat dengan cepat, bahkan langsung turun di depen Si Kedok Hitam itu. Si Kedok Hitam terkejut melihat Lee Cin tahu-tahu berada di depannya! Dia menggerakkan tangan memukul dan hawa pukulan yang dahsyat menyambar ke arah Lee Cin. Dara perkasa ini dengan mudah mengelak dan sebelum ia dapat membalas, orang itu sudah melompat turun lagi dari atas genteng dan melarikan diri. "Hendak lari ke mana kau?" Lee Cin berseru dan melompat turun pula, terus melaklikan pengejaran. Para penjaga ini melihat ada dua bayangan yang berkejaran. Mereka berteriak-teriak dan beramai melakukan pengejaran pula, akan tetapi sebentar saja dua orang bayangan hitam itu telah lenyap dan mereka tidak tahu harus mengejar ke mana. Sementara itu, Lee Cin mengerahkan ilmunya berlari cepat dan ia dapat membayangi Si Kedok Hitam yang lari keluar kota. Di luar pintu gerbang kota, di padang rumput yang luar, Lee Cin hampir dapat menyusul orang yang dikejarnya. Tiba-tiba orang berkedok. itu yang merasa tidak akan dapat lari dari Lee Cin, menghentikan larinya dan membalikkan tubuhnya menghadapi Lee Cin. Mereka kini berdiri saling berhadapan dan di bawah sinar bulan sepotong, Lee Cin dapat rnelihat bahwa melihat perawakannya, orang itu masih muda dan ia memakai sebuah kedok hitam Yang menutupi wajahnya. "Sobat, apa maksudmu mengejar aku? Aku tidak mempunyai urusan sama sekali denganmu!" DewiKZ 308 "Akan tetapi aku mempunyai urusan yang amat besar denganmu!" kata Lee Cin sambil tersenyum mengejek. Tiraikasih Website Orang berkedok itu kelihatan gelisah. "Apa kau hendak mengatakan bahwa engkau melindungi orang seperti Ji-taijin itu?" "Melindungi seorang pejabat baik seperti Ji-taijin juga menjadi kewajiban sebagai seorang pendekar, akan tetapi ada lain urusan yang harus diselesaikan di antara kita!" "Hem, apa urusan itu?" "Engkau tentu tidak lupa bahwa engkau pernah menyerang Bengcu Souw Tek Bun di Hong-san dan melukainya dengan pukulan merontokkan jalan darah yang bertapak tangan hitam?" "Benar, aku pernah menyadarkannya bahwa dia telah menjadi bengcu yang dipilih oleh Kerajaan Mancu, dia menjadi antek penjajah! Apa urusannya dengan engkau?" "Jahanam! Ayahku adalah seorang gagah, seorang jantan sejati yang tidak akan sudi menjadi antek penjajah! Yang mengangkatnya bukan pemerintah kerajaan, melainkan orang-orang gagah di dunia kang-ouw. Kalau pemerintah menyetujui pengangkatan itu, bukan berarti bahwa dia lalu menjadi antek penjajah. Sekarang, engkau telah melukai Ayah, maka aku sengaja datang mencarimu untuk membuat perhitungan. Lihat seranganku!" Lee Cin tidak memberi kesempatan lagi kepada Si Kedok Hitam untuk menjawab dan ia sudah menyerang dengan pukulan Ang-tok-ciang! Si Kedok Hitam agaknya terkejut mendengar bahwa Lee Cin adalah puteri Souw Tek Bun. Dia mengelak dengan cepat sekali dan membalas serangan gadis itu dengan tidak kalah dahsyatnya. Segera terjadi pertandingan di malam sunyi itu tanpa disaksikan oleh siapa pun. Mereka saling serang dengan cepat dan dahsyatnya. DewiKZ 309 "Wuuuuttt......!" Si Kedok Hitam menyerang dengan pukulan telapak tangan yang sudah berubah menghitam, Tiraikasih Website dan Lee Cin sengaja memapaki pukulan itu dengan telapak tangan merah karena ia sudah menggunakan Ang-tok-ciang! "Desss......!" Hebat sekali pertemuan dua telapak tangan itu dan keduanya terdorong ke belakang beberapa langkah. Ternyata tenaga mereka seimbang dan mereka sudah saling serang lagi. Lee Cin mendapat kenyataan bahwa ilmu kepandaian orang ini tidak kalah dibandingkan Nenek Cia! Dan ia yakin orang ini bukan Nenek Cia, jauh lebih gesit dibanding Nenek Cia yang sudah agak lambat gerakannya. Orang ini benar-benar merupakan lawan yang tangguh dan Lee Cin tidak merasa heran bahwa ayahnya terkena pukulannya, walaupun ayahnya juga mampu melukai lengan kanannya. Juga ia maklum bahwa Pukulan Telapak Tangan Hitam dari orang ini jauh lebih hebat dibandingkan pukulan yang serupa dari Cia Hok. Pukulan Cia Hok tidak dapat melukainya, akan tetapi pukulan orang berkedok ini demikian hebat sehingga mampu menandingi pukulan Ang-tok-ciang darinya. Sudah seratus jurus lewat dan mereka masih setanding, tidak ada yang mendesak atau terdesak. Masih sama-sama saling serang dengan dahsyatnya. Hati Lee Cin menjadi penasaran dan mulailah ia mengeluarkan ilmunya yang hebat, yaitu It-yang-ci. Diserang dengan ilmu ini, Si Kedok Hitam nampak terkejut sekali. Nyaris tubuhnya terkena totokan yang dahsyat itu. Dia terpaksa melompat jauh ke belakang untuk menghindarkan diri dan agaknya dia jerih menghadapi It-yang-ci, maka dia lalu membalikkan tubuhnya dan lari mendaki bukit. DewiKZ 310 "Orang she Cia, engkau hendak lari ke mana?" teriak Lee Cin sambil melompat dan lari mengejar. Akan tetapi tak lama kemudian orang berkedok itu melompat memasuki hutan di lereng bukit itu dan Lee Cin kehilangan jejaknya. Tiraikasih Website Di dalam hutan itu amat gelapnya, sinar bulan yang hanya remang-remang itu terhalang daun pohon sehingga di bawahnya gelap sekali. Maklum bahwa mengejar lawan dalam kegelapan itu merupakan perbuatan yang berbahaya sekali, Lee Cin keluar lagi dari hutan dan tidak melakukan pengejarannya. "Awas engkau, besok akan kubuka kedokmu!" katanya sambil rnenuruni lereng bukit itu. Pikirannya sudah bulat. Orang itu pasti seorang di antara keluarga Cia, benar sekali kemungkinannya bahwa dia adalah Cia Tin Siong. Orang berkedok itu lebih lihai dari Cia Hok, juga lebih gesit dari Nenek Cia, siapa lagi kalau bukan Cia Tin Siong? Tin Han? Ah, tidak mungkin sama sekali. Si Berandal itu hanya lincah dan jenaka dalam sikap dan ucapannya, akan tetapi sama sekali tidak mengerti ilmu silat. Tidak ada orang lain kecuali Cia Tin Siong. Kecuali kalau ada orang lain clari anggauta keluarga Cia yang belum pernah diternuinya. Ia mengambil keputusan untuk besok pagi mendatangi keluarga Cia dan menuntut agar Si Kedok Hitam keluar menemuinya. oood0wooo Pada keesokan harinya, setelah mandi dari berganti pakaian, Lee Cin meninggalkan kamarnya di hotel dan segera berangkat menuju rumah kediaman keluarga Cia. Sikapnya dingin dan ia mengambil keputusan untuk memperlihatkan sikap yang dingin dan sungguh-sungguh, tidak seperti kemarin ketika ia menjadi tamu di keluarga itu. DewiKZ 311 Ketika ia tiba di pekarangan depan rumah itu, ia disambut oleh seorang pelayan pria yang sedang menyapu di beranda. Pelayan itu cepat menyambutnya dengan hormat dan ramah. Tiraikasih Website "Ah, Siocia telah kembali! Silakan duduk, Nona. Saya akan memberitahukan kedatangan Nona." "Tidak perlu. Aku hanya perlu bertemu dengan saudara Cia Tin Siong. Suruh dia keluar menemuiku!" kata Lee Cin dengan ketus. Setelah yakin bahwa Si Kedok Hitam adalah anggauta keluarga Cia, sikapnya menjadi ketus karena ia menganggap keluarga itu sebagai musuhnya. Dengan heran dan terkejut pelayan itu mengangguk-angguk lalu memasuki rumah gedung itu. Tak lama kemudian muncul seorang pemuda dari daun pintu dan Lee Cin menjadi serba salah karena yang muncul bukan Tin Siong, melainkan Tin Han! "Haii, selamat pagi, Cin-moi! Silakan duduk, mengapa berdiri saja? Apakah engkau sudah mengambil keputusan untuk tinggal di sini beberapa lamanya? Sukurlah kalau begitu, karena sejak engkau pergi, aku merasa kesepian dan kehilangan sekali!" Sambut pemuda itu dengan wajah riang dan suara gembira. Akan tetapi Lee Cin memandang kepadanya dengan sinar mata dingin dan tak acuh akan sambutan yang ringan itu. Tidak perlu lagi ia beramah-tamah dengan adik dari musuhnya. "Saudara Cia Tin Han, aku tidak mempunyai urusan dengan engkau! Sebaiknya engkau panggilkan Cia Tin Siong ke sini, karena dengan dialah aku mempunyai urusan penting!" DewiKZ 312 "Lho.....! Ada apakah ini? Mengapa engkau marah-marah dan sikapmu bermusuhan, Cin-moi? Apakah kesalahanku? Kalau memang aku telah membuat kesalahan kepadarnu, ampunkanlah kesalahanku itu, Cin-moi!" Pemuda itu tidak berkelakar, melainkan mengatakan ucapan itu dengan sikap bersungguh-sungguh. Tiraikasih Website "Sudah aku tidak mau begurau denganmu! Panggilkan kakakmu Cia Tin Siong itu atau aku akan mencarinya sendiri ke dalam!" Pada saat itu, dari dalam pintu muncul Cia Tin Siong. Seperti biasa, pakaian pemuda tampan dan gagah ini rapi, dan sikapnya lemah-lembut ketika dia tiba di situ dan berhadapan dengan Lee Cin. "Ah, Nona Bu, selamat pagi, Apakah ada sesuatu yang dapat kanni lakukan untukmu?" "Cia Tin Siong, tidak perlu bermain sandiwara lagi! Engkau adalah Si Kedok Hitam, bukan? Si Kedok Hitam yang semalam berusaha membunuh Ji-taijin, lalu bertanding dengan aku dan melarikan diri?" Cia Tin Siong membelalakkan matanya lalu mengerutkan alisnya. "Apa yang kau maksudkan, Nona Bu? Aku tidak mengerti. Siapakah yang kau maksudkan dengan Si Kedok Hitam itu?" "Hemm, tidak perlu berpura-pura bodoh. Kedokmu sudah terbuka sekarang. Aku tahu bahwa engkaulah orangnya yang menyannar sebagai Kedok Hitam dan yang dulu menyerang dan melukai ayahku Souw Tek Bun di Hong-san dan yang semalam hendak menyerang Ji-taijin! Hayo, sekarang kutantang engkau untuk membuat perhitungan atas perbuatanmu menyerang ayahku di Hong-san dulu!" DewiKZ 313 Cia Tin Siong menghela napas panjang dan menatap wajah Lee Cin penuh perhatian. "Engkau salah duga, Nona. Aku sama sekali tidak pernah menyamar sebagai Kedok Hitam, dan tidak pernah bertemu dengan Bengcu Souw Tek Bun. Kemarin malam aku pun tidak keluar dari rumah dan tidak bertennu denganmu, apalagi sampai bertanding. Engkau salah sangka, bahkan aku terkejut Tiraikasih Website mendengar bahwa engkau puteri Bengcu Souw Tek Bun. Bukankah engkau she Bu?" Pada saat itu, keluarlah Cia Kun, Nyonya Cia Kun, Cia Hok, Cia Bhok dan juga Nenek Cia. Mereka mendengar suara ribut-ribut di luar gedung dan segera keluar. "Eh, Lee Cin! Engkau kembali dan apa tadi ribut-ribut tentang Bengcu Souw Tek Bun?" "Nek, Nona Bu ini ternyata adalah puteri Bengcu Souw Tek Bun!" kata Tin Han. "Pantas ilmu kepandaiannya tinggi sekali, ya Nek?" Dalam keadaan setegang itu Tin Han masih memuji-muji Lee Cin. "Hemm, bukankah engkau she Bu, Lee Cin?" tanya Nenek Cia. "Jangan-jangan ia malah bukan bernama Lee Cin!" sambung Tin Han ragu. DewiKZ 314 "Namaku adalah Souw Lee Cin. Aku mengaku bernama marga Bu karena aku hendak menyelidiki Si Kedok Hitam yang telah menyerang dan melukai ayahku. Si Kedok Hitam itu menggunakan Telapak Tangan Hitam yang disebutnya pukulan merontokkan jalan darah. Karena mendengar bahwa keluarga Cia memiliki ilmu Tapak Tangan Hitam yang disebut Hek-tok-ciang, maka aku melakukan penyelidikan ke sini dan menggunakan she Bu agar jangan dicurigai. Dan semalam aku melihat Si Kedok Hitam hendak membunuh Ji-taijin dan telah bertanding dengan aku. Akan tetapi dia melarikan diri. Si Kedok Hitam semalam juga sudah mengaku bahwa dialah yang melukai ayahku. Siapa lagi orangnya kalau bukan Cia Tin Siong? Maka, hayo, aku tantang Cia Tin Siong untuk membuat perhitungan atas apa yang dia lakukan terhadap ayahku!" Tiraikasih Website "Aku bukan Si Kedok Hitam! Aku tidak pernah menyamar sebagai Si Kedok Hitam dan tidak pernah menyerang Bengcu Souw Tek Bun!" kata Cia Tin Siong penasaran. "Lee Cin, percayalah, di sini tidak ada Si Kedok Hitam," kata Nenek Cia. "Nona Souw Lee Cin, Tin Siong tidak berbohong. Dia tidak pernah menyamar sebagai Si Kedok Hitam dan kami semua tidak pernah mengenal Si Kedok Hitam, harap Nona jangan menuduh seperti itu." "Hemm, coba jawab. Apakah keluarga Cia tidak mempunyai niat untuk menentang Ji-taijin? Bukankah keluarga Cia membenci Ji-taijin?" Sambil bertanya begitu, Lee Cin mengerling ke arah Cia Hok dan Cia Bhok. "Hal itu tidak aneh, Lee Cin," kata Nenek Cia. "Kami membenci semua orang Han yang telah menghambakan diri kepada kaisar penjajah. Maka tentu saja kami membenci Ji-taijin?" "Dan berniat hendak membunuhnya?" kembali Lee Cin bertanya, sekali ini menatap wajah nenek itu. Nenek Cia menghela napas panjang. "Sesungguhnyalah, hatiku akan senang kalau melihat antek-antek penjajah Mancu itu mati terbunuh!" DewiKZ 315 "Nah, sudah jelas sekarang dan aku bukan menuduh tanpa dasar! Semalam aku melihat sendiri Si Kedok Hitam hendak membunuh Ji-taijin dan dia mengaku telah menyerang Ayah. Juga kalian semua tidak senang kepada ayahku yang kalian tuduh sebagai antek Mancu, bukan? Sudah cocok semua, dan aku tetap menantang Cia Tin Siong Si Kedok Hitam untuk membuat perhitungan!" Tiraikasih Website Wajah Tin Siong menjadi merah. "Aku sungguh menyesal sekali akan sikaprnu ini, Nona. Sungguh sayang, sebetulnya aku amat suka kepadamu dan kini engkau menantangku. Kalau engkau menantangku sebagai Si Kedok Hitam, aku tidak akan melayani karena aku bukan Si Kedok Hitam. Akan tetapi kalau engkau menantangku sebagai Cia Tin Siong, demi nama dan kehormatan keluarga Cia, terpaksa aku melayanimu!" Lee Cin sudah yakin sekali bahwa Si Kedok Hitam adalah Cia Tin Siong, maka ia pun berkata dengan tegas, "Baik, aku menantang Cia Tin Siong untuk menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang dalam sebuah pertandingan satu lawan satu. Ini bukan karena aku takut dikeroyok, biarpun dikeroyok, untuk membalaskan sakit hati ayahku, akan kuhadapi juga!" Setelah berkata clemikian, Lee Cin sudah mencabut Ang-coa-kiam dan melompar ke tempat yang luas di halaman itu. Sebetulnya Tin Siong amat tertarik dan sudah jatuh hati kepada gadis ini. Akan tetapi sekali ini, kehormatan keluarga Cia menjadi taruhan. Kalau dia menolak tantangan, berarti dia takut dan keluarga Cia akan menjadi rendah karenanya. Kalau dia melawan, sebetulnya dia tidak ingin bermusuhan dengan gadis yang mempesonakan hatinya itu. Dia lalu memandang kepada ayah dan neneknya. Ayahnya menghela napas dan menganggukkkan kepalanya. Nenek Cia memukul-mukulkan tongkatnya ke atas tanah. "Tin Siong, ingat, ini hanya pibu biasa, bukan karena kebencian kedua pihak. Lee Cin, harap engkau ingat bahwa seorang pendekar tidak mau melukai atau membunuh orang yang belum diketahui benar kesalahannya." DewiKZ 316 "Nek, bagaimana kalau aku saja yang maju menandingi Cin-moi? Kalau bertanding denganku, aku percaya dia tidak Tiraikasih Website akan mau melukai aku, karena aku tidak berdosa apa-apa. Aku khawatir Siong-ko akan terluka parah olehnya!" Cia Kun membentak, "Diam kau, Tin Han!" "Berandal, aku tahu hatimu penuh keberanian, akan tetapi sayang engkau selalu membenci ilmu silat sehingga melawan seorang biasa saja engkau tidak akan menang. Bagaimana harus melawan Lee Cin?" cela Nenek Cia. "Biar kulawan Cin-moi! Makin cepat aku kalah semakin baik, agar hatinya puas," kata pula Tin Han. "Sekali lagi, Cia Tin Siong. Aku yakin bahwa engkaulah Si Kedok Hitam yang telah melukai ayahku dan aku tantang engkau untuk bertanding melawan aku! Apakah engkau hanya seorang pengecut yang hendak menyembunyikan diri di balik kedok, kemudian tidak berani menghadapi tantanganku secara terbuka?" Wajah Tin Siong menjadi semakin merah, "Nona Bu......" "Namaku Souw Lee Cin, bukan Nona Bu!" "Baiklah, Nona Souw. Kalau engkau memaksa menantangku, tentu saja aku tidak dapat menolak." Dia lalu melangkah ke depan menghadapi Lee Cin sarnbil mencabut suling peraknya. "Nah, aku sudah siap mulailah!" katanya sambil mernasang kuda-kuda. DewiKZ 317 Lee Cin yang sudah merasa yakin bahwa pemuda itu adalah Si Kedok Hitam, lalu menggerakkan pedangnya dan berseru nyaring, "Lihat pedangku!" Tubuhnya menerjang ke depan, pedangnya menjadi sinar keemasan yang mencuat menjadi tusukan ke arah dada Tin Siong dengan cepat dan kuat sekali. Tiraikasih Website Tin Siong sudah maklum akan kelihaian gadis ini, maka dia tidak berani memandang rendah dan cepat dia memutar sulingnya untuk melindungi tubuhnya. Suling itu berubah menjadi sinar perak bergulung-gulung di depan dadanya, menjadi perisai yang melindunginya. "Trangg......!" Pedang itu tertangkis dan bunga api berpijar menyilaukan mata. Lee Cin merasakan tangannya tergetar oleh tangkisan itu dan maklumlah dia bahwa pemuda ini memiliki tenaga sinkang yang kuat, lebih kuat dari yang diduganya semula. Maka ia pun mengerahkan sinkangnya dan menyerang lagi lebih dahsyat. Dia hendak mengandalkan kecepatan gerakannya untuk mengatasi lawan. Akan tetapi, ternyata Tin Siong juga mampu bergerak cepat sekali sehingga terjadilah pertandingan yang amat seru. Tubuh mereka berubah menjadi bayang-bayang yang diselimuti gulungan sinar perak dan sinar merah. Tin Han yang ugal-ugalan itu agaknya tidak tahu bahwa kakaknya sedang bertanding mati-matian melawan Lee Cin. Dia tertarik oleh pemandangan indah itu, maka berkali-kali dia berseru dan bertepuk tangan. "Wah, bagus, bagus, indah sekali!" Akan tetapi anggauta keluarga Cia yang lain menonton dengan hati tegang sekali. Mereka mengerti bahwa kedua orang muda itu telah bertanding mati-matian dan sekali saja lengah, seorang di antara mereka dapat roboh dan terluka berat atau bahkan tewas! Lebih-lebih Nenek Cia, beberapa kali ia mengeluarkan seruan khawatir dan mengetuk-ngetukkan tongkatnya di atas tanah. "Mereka bertanding, mereka serasi sekali untuk berjodoh. Ah, kalau sampai mereka saling melukai.......!" DewiKZ 318 Lee Cin merasa penasaran sekali. Ilmu pedang yang dimainkan dengan suling oleh Tin Siong benar-benar kokoh Tiraikasih Website kuat sehingga pedangnya tidak mampu menembus pertahanan itu. Sebaliknya, serangan balik dari pemuda itu juga berbahaya sekali. Mereka sudah saling serang sampai seratus jurus dan belum juga ada yang tampak terdesak. Lee Cin semakin yakin. Inilah orangnya yang telah melukai ayahnya! Pantas saja ayahnya kalah karena pemuda ini benar-benar lihai sekali. Dengan marah dan penasaran Lee Cin memutar pedangnya menangkis suling yang menotok ke arah pundaknya dan ia majukan kaki kiri ke depan sambil mengerahkan tenaga memukul dengan telapak tangan kiri terbuka. Telapak tangannya berubah meran dan itulah Ang-tok-ciang! -oo0dw0oo- Jilid 10 TIN SIONG agaknya maklum dengan baik akan kedahsyatan pukulan ini, maka dia pun miringkan tubuh dan mendorongkan telapak tangan ke depan untuk menyambut pukulan itu dengan Hek-tok-ciang! Pertemuan antara Ang-tok-ciang dan Hek-tok-ciang ini tidak dapat dihindarkan lagi karena keduanya ingin memperoleh kemenangan. Lee Cin mengerahkan tenaga dan kemampuannya untuk membalaskan ayahnya sedangkan Tin Siong untuk mempertahankan nama besar keluarga Cia! DewiKZ 319 "Wuuuuutttt..... desss......!" Dua telapak tangan bertemu dengan kuatnya dan tubuh mereka terpental sampai lima langkah, terhuyung ke belakang dan merasa betapa dari ujung jari tangan kiri sampai ke pangkal lengan terguncang hebat. Juga dalam adu tenaga ini keduanya berimbang. Hal ini membuat Lee Cin semakin penasaran dan ia pun melupakan rasa nyeri pada lengan kirinya, lalu menyerang Tiraikasih Website lagi dengan pedangnya. Tim Siong juga terkejut, akan tetapi ia pun cepat menggerakkan tongkatnya untuk menangkis. "Trangg......!" Kembali bunga api berpijar dan cepat sekali Lee Cin mengirim pukulan Ang-tok-ciang pula. Tin Siong terkejut, maklum bahwa gadis itu mengajaknya bertanding habis-habisan, maka terpaksa dia pun mendorongkan tangan kiri untuk menyambut pukulan orang. Akan tetapi, tiba-tiba Lee Cin mengubah kedudukan jari-jari tangan kirinya yang kini menggenggam dan hanya jari telunjuknya yang dipergunakan untuk menotok ke arah telapak tangan hitam itu! "Tuk......!" Totokan It-yang-ci itu tepat mengenai tangan telapak tangan kiri Tin Siong. Pemuda itu mengeluh dan terhuyung-huyung ke belakang. Lee Cin mengejar dan mengerahkan pedangnya untuk menyerang dada pemuda itu. Akan tetapi tiba-tiba tubuh Tin Siong terhalang oleh Tin Han yang sudah menolong kakaknya dan memasangkan dadanya menghadapi Lee Cin. Tentu saja Lee Cin terkejut sekali dan menarik kembali pedangnya, kalau tidak tentu dada Tin Han yang akan tertembus pedangnya. "Cukup, Cin-moi! Kakak Tin Siong sudah kalah, mengapa engkau mendesaknya? Kalau hendak menusuknya, tusuklah aku terlebih dulu!" Lee Cin memandang kepada wajah Tin Han. Pemuda berandalan itu sungguh berani, memasangkan tubuhnya untuk melindungi kakaknya dan dalam keadaan seperti itu wajah pemuda itu masih tersenyum simpul! DewiKZ 320 Lee Cin menyimpan kembali pedangnya dengan membelitkan pada pinggangnya dan berkata, "Hemm, ayayahku terluka oleh Hek-tok-ciang lebih parah darinya. Pembalasan ini belum impas!" Lee Cin memandang kepada Tin Siong yang wajahnya pucat dan mulutnya Tiraikasih Website mengeluarkan darah. Jelas bahwa dia telah terluka dalam oleh It-yang-ci, walaupun tidak seberat yang diderita ayahnya. "Cin-moi, mengapa engkau terlalu mendesak kami? Siong-ko sudah menyatakan bahwa dia bukanlah Si Kedok Hitam seperti yang kau tuduhkan. Aku sendiri berani menanggung bahwa Siong-ko tidak berbohong. Kalau engkau masih penasaran dan hendak membunuhnya, nah, bunuhlah aku. Aku tidak takut mati dalam tanganmu!" Tin Han sengaja memasang dadanya di depan Lee Cin dan gadis ini tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan atau katakan. Nenek Cia melangkah ke depan. "Lee Cin, kami seluruh keluarga Cia berani menanggung bahwa Tin Siong bukan Si Kedok Hitam seperti yamg kau duga. Engkau sudah dapat mengalahkan Tin Siong, berarti engkau sudah dapat mengalahkan keluarga kami karena di antara kami, Tin Siong yang memiliki ilmu silat paling tangguh. Kami mengaku kalah dan kami mengulurkan tangan persahabatan denganmu karena sesungguhnya Tin Siong tidak pernah menyerang dan melukai ayahmu." Lee Cin menjadi semakin bingung. Ia melihat betapa semua anggauta keluarga memandang kepadanya dengan penuh perhatian. "Akan tetapi, Ayah....." DewiKZ 321 "Lee Cin, lupakah engkau bahwa engkau mengatakan kalau ayahmu terluka oleh pukulan telapak tangan hitam yang disebut pukulan merontokkan jalan darah? Nah, pukulan Hek-tok-ciang kami sama sekali tidak mempunyai daya untuk merontokkan jalan darah, hanya merupakan pukulan yamg mengandung hawa beracun, tidak lebih lihai daripada ilmu pukulan Ang-tok-ciang yang kau miliki." Tiraikasih Website Lee Cin menghela napas panjang dan memandang kepada Tin Siong yang kini duduk bersila untuk menghimpun hawa murni untuk mengobati luka dalam akibat totokan It-yang-ci. Ia mulai meragu dan menyesal. Kalau benar bahwa Tin Siong bukan Si Kedok Hitam, sungguh ia telah bertindak salah besar. "Kalau memang benar bahwa saudara Cia Tim Siong tidak melakukan penyerangan dan melukai Ayah, aku telah salah duga dan aku mohon maaf sebanyaknya kepada keluarga Cia. Akan tetapi kalau benar dugaanku bahwa dia adalah Si Kedok Hitam, maka biarlah pukulanku tadi merupakan pembalasan dari Ayah, agar dia tidak berpikir bahwa dialah orang yang palimg lihai di dunia. Selamat tinggal!" Ia membalikkan tubuhnya dan keluar dari pekarangan itu. Baru saja tiba di jalan, suara kaki orang berlari membuatnya menengok dan ternyata Tin Han yang mengejarnya. "Mau apa engkau mengejarku?" tanya Lee Cin sambil mengerutkan alisnya. "Aih, Cin-moi. Haruskah persahabatan di antara kami diputuskan dengan cara ini?" "Apakah ada alasan untuk menyambung persahabatan? Kalau aku menduga salah dan bahwa bukan kakakmu yang menyerang Ayah, maka aku telah melakukan kesalahan besar terhadap keluarga Cia, dan tentu keluargamu akan membenciku." DewiKZ 322 "Ah, tidak sama sekali, Cin-moi. Setidaknya aku tidak akan membencimu karena aku tahu benar bahwa engkau menyerang Kakak Tin Siong bukan karena engkau jahat, melainkan karena engkau hendak membalas dendam Tiraikasih Website walaupun balas dendam itu ditujukan kepada orang yang salah." Sikap dan ucapan pemuda itu membuat Lee Cin makin merasa bersalah dan ia mulai ragu akan kebenaran tindakannya. "Sudahlah, aku pergi saja. Selamat tinggal, Han-ko." "Engkau tidak membenciku karena aku tadi menghalangi engkau membunuh Kakak Tin Siong?" Lee Cin menggeleng kepalanya. "Tidak, bahkan aku merasa girang bahwa engkau menghalangiku sehingga aku tidak jadi membunuhnya. Betapa akan besar penyesalanku kalau kelak ternyata orang yang kubunuh itu sama sekali tidak bersalah." "Kalau begitu, perkenankanlah aku mengantarmu sampai ke luar kota. Aku masih ingin bercakap-cakap denganmu sebelum engkau pergi," kata Tin Han sambil ikut berjalan di samping Lee Cin ketika gadis itu melanjutkan langkahnya. Terpaksa Lee Cin membiarkan pemuda itu berjalan bersamanya, karena ia pun masih ingin mendengar apa yang hendak dikatakan pemuda ini. Setidaknya sikapnya ini untuk menunjukkan rasa penyesalannya atas peristiwa tadi. "Cin-moi, kalau kupikir-pikir, letak kesalah-pahaman antara engkau dan kami adalah karena perbedaan pendapat. Keluarga kami adalah keluarga patriot yang membenci pemerintahan penjajah Mancu dan ingin sekali menggulingkan dan mengusir penjajah dari tanah air kita. Sedangkan engkau agaknya mempunyai pendapat lain. Bagaimana pendapatmu tentang penjajah Mancu, Cin-moi?" DewiKZ 323 Lee Cin mempertimbangkan pertanyaan ini, kemudian ia menjawab dengan jujur, "Aku pun tidak senang dengan Tiraikasih Website adanya penjajah di tanah air kita. Akan tetapi itu bukan berarti aku membenci pemerintah Kerajaan Mancu. Kaisarnya amat baik terhadap rakyat kita dan dia dapat menghargai orang-orang pandai. Yang kubenci adalah pembesar yang sewenang-wenang terhadap rakyat jelata, yang menindas rakyat. Tidak peduli apakah pembesar itu orang Han atau orang Mancu. Kalau dia seorang pembesar yang baik dan bijaksana, tentu aku tidak membencinya bahkan akan melindunginya dari orang jahat yang hendak membunuhnya. Sebaliknya, kalau ada pembesar yang korup, sewenang-wenang dan menindas rakyat jelata, tentu aku akan turun tangan memberi hajaran kepada pembesar itu, tidak peduli dia bangsa Han atau bangsa lain." "Itu adalah pendirian seorang pendekar, bukan seorang patriot, Cin-moi. Seorang pendekar menilai baik buruknya orang dari perbuatan pribadinya, akan tetapi seorang patriot yang tidak rela melihat bangsa dan tanah air dijajah, menilai seseorang dari kedudukannya, siapa yang dibantunya. Kalau dia membantu penjajah, bekerja untuk penjajah, tentu kami anggap sebagai musuh karena berarti dia ikut mengembangkan dan mendukung penjajahan! Dan itulah pendirian keluarga Cia kami. Kami tidak mengenal dendam pribadi, akan tetapi dendam bangsa dan tanah air, dan kami bertindak demi bangsa dan tanah air." Lee Cin mengangguk-angguk. Ia adalah seorang gadis yang sudah berpengalaman, maka tentu saja hal seperti itu sudah dimengertinya. "Kalau begitu, kalian segolongan patriot hendak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan penjajah?" DewiKZ 324 "Mungkin pihak penjajah akan menganggap sebagai pemberontakan, akan tetapi kami menganggap sebagai perjuangan, perjuangan membebaskan bangsa dan tanah air dari cengkeraman penjajah." Tiraikasih Website "Dan kalian akan bergabung dengan siapa saja yang menentang pemerintah Mancu? Tidak peduli bahwa mereka terdiri dari golongan sesat, tetap akan kalian ajak bekerja sama dan bersekutu?" Ditanya demikian, Tin Han tertegun, lalu menjawab dengan ragu, "Kuki..... tidak semua berpendapat seperti itu. Aku sendiri misalnya, aku tidak akan sudi untuk bekerja sama dengan para penjahat dalam perjuangan membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajah. Bersekutu dengan golongan sesat bahkan akan mengotorkan dan menodai perjuangan yang suci." "Akan tetapi bagaimana dengan keluarga Cia? Apakah mereka tidak mengadakan persekutuan dengan golongan sesat?" "Aku..... aku tidak tahu, Cin-moi. Akan tetapi percayalah, kalaupun ada, aku akan menentangnya habis-habisan!" Lee Cin tersenyum. Mereka sudah tiba di luar kota, di jalan yang sunyi dan Lee Cin berhenti melangkah, lalu memandang kepada pemuda itu. "Han-ko, ucapanmu itu bagaimana dapat kubuktikan? Kemampuan apakah yang engkau miliki untuk membuktikan ucapanmu itu?" DewiKZ 325 Wajah Tin Han berubah merah. "Boleh jadi aku tidak pandai silat seperti anggauta keluarga yang lain, Cin-moi. Akan tetapi aku mempunyai pendirian. Aku akan berusaha mengumpulkan semua pendekar di dunia ini, menyadarkan mereka bahwa selama ini mereka seperti harimau tertidur, mengajak mereka untuk bangkit dan menentang penjajah! Kalau semua pendekar bangkit dan bergerak, berjuang. Aku yakin rakyat akan mengikuti mereka dan kita dapat menyusun kekuatan yang besar. Di mana-mana rakyat akan Tiraikasih Website berjuang, dipimpin oleh para pendekar yang sudah berjiwa patriot, dan dengan cara itu, kekuasaan Kerajaan Mancu pasti akan dapat dihancurkan dan penjajah dapat dihalau keluar dari tanah air kita." Lee Cin memandang dengan heran dan kagum. Pemuda yang ugal-ugalan ini, yang oleh keluarganya disebut Si Berandal, yang tidak dapat bersilat, yang lemah, ternyata memiliki jiwa yang gagah perkasa. Dia bicara dengan semangat berapi-api. Sepasang matanya mencorong, kedua tangannya dikepal! "Ucapanmu mengagumkan hatiku, Han-ko. Percayalah, kalau kelak engkau berhasil membuat para pendekar menjadi patriot sehingga mereka semua bergerak seperti yang kau bayangkan itu, aku pun akan membantumu dengan sekuat tenagaku. Selama ini aku melihat ada golongan yang hendak memberontak dan bersekutu dengan kaum sesat, maka aku tidak percaya akan sikap mereka yang menentang pemerintah. Kuanggap bahwa mereka itu bukan memperjuangkan nasib rakyat, melainkan mengejar ambisi dan keuntungan pribadi saja. Alangkah indahnya kalau perjuangan itu murni seperti yang kau gambarkan." DewiKZ 326 "Terima kasih, Cin-moi. Sekarang legalah hatiku setelah mengatakan semua yang berada di hatiku mengenai perjuangan. Biarpun Si Kedok Hitam itu aku yakin bukan Kakak Tin Siong, akan tetapi aku percaya bahwa engkau sekarang mungkin akan dapat mempertimbangkan perbuatannya terhadap ayahmu, yaitu kalau benar dia seorang patriot seperti yang aku maksudkan. Mungkin dia hanya ingin menyadarkan orang-orang gagah sedunia, termasuk ayahmu. Nah, kalau engkau memang berniat untuk pergi, aku mengucapkan selamat jalan dan selamat berpisah, Cin-moi dan kuharap engkau tidak akan Tiraikasih Website mengenang kami keluarga Cia sebagai musuh, melainkan sebagai sahabat." "Aku akan mengenangmu sebagai seorang sahabat baik, Han-ko." "Dan aku tidak pernah akan dapat. melupakanmu, Cin-moi." Mereka saling memberi hormat dengan merangkap kedua tangan depan dada lalu Lee Cin melanjutkan perjalanan dan Tin Han kembali ke dalam kota Hui-cu. Setelah pemuda itu pergi, Lee Cin kembali berhenti melangkah dan termenung. Suara pemuda itu masih berkumandang di telinganya dan ia semakin penasaran karena ia kini hampir percaya bahwa Si Kedok Hitam bukan Tin Siong. Kalau begitu siapa? Si Kedok Hitam jelas ada, semalam ia sudah bertemu dan bahkan berkelahi dengannya. Mengingat ini, Lee Cin mengerutkan alisnya. Siapa tahu, usaha Si Kedok Hitam untuk membunuh Ji-taijin yang digagalkannya itu akan diulangnya malam ini. Ia merasa penasaran dan ingin menangkap Si Kedok Hitam. Ia harus dapat yakin benar bahwa keluarga Cia tidak ada hubungannya dengan Si Kedok Hitam dan satu-satunya jalan adalah menangkap Si Kedok Hitam. Sebaiknya malam ini ia menanti lagi kalau-kalau Si Kedok Hitam akan kembali menyerang Ji-taijin! Sekali ini ia tidak akan menyerangnya. Si Kedok Hitam itu lihai dan sukar merobohkannya, tentu dia keburu melarikan diri. Ia akan membayanginya saja agar diketahui di mana dia tinggal. Ia ingin mengetahui siapa sebenarnya orang di balik kedok itu. oood0wooo DewiKZ 327 Tiraikasih Website Bayangan hitam itu dengan gesitnya meloncat ke atas atap gedung tempat tinggal Ji-taijin, dan setibanya di atas atap, dia melihat ke kiri kanan. Di bawah sinar bulan sepotong yang bersinar cukup terang karena langit bersih dari awan, Lee Cin melihat bayangan ini dan dari tempat ia bersembunyi terlihat jelas bahwa bayangan itu berkedok hitam. Si Kedok Hitam! Seperti diperhitungkannya, malam itu kembali Si Kedok Hitam beraksi mendatangi rumah Ji-taijin. Akan tetapi ketika bayangan Si Kedok Hitam itu melayang turun, tiba-tiba terdengar bentakan banyak orang dan nampak banyak pengawal berdatangan mengepung tempat itu sambil membawa obor. Kiranya tempat itu telah siap siaga dan banyak penjaga kini mengepung Si Kedok Hitam yang menjadi kaget sekali. Tak disangkanya bahwa kedatangannya telah dinanti banyak pengawal. Para pengawal segera mengeroyoknya, akan tetapi dengan gesit Si Kedok Hitam berkelebatan mengelak sambil merobohkan banyak pengawal dengan tamparan tangannya atau tendangan kakinya. Betapapun juga, dia kewalahan menghadapi puluhan orang pengawal yang mengepungnya dengan senjata pedang atau golok itu. Lee Cin yang sudah mengintai sejak tadi tersenyum. Ialah yang telah memberi tahu para penjaga sore tadi bahwa malam ini rumah Ji-taijin akan kedatangan seorang pembunuh berkedok hitam. Karena itulah maka para pengawal mengadakan persiapan, tanpa mengetahui siapa yang memberi keterangan itu karena Lee Cin menyambitkan kertas yang ditulisi pesan itu kepada mereka tanpa memperlihatkan diri. DewiKZ 328 Si Kedok Hitam ternyata lihai sekali. Biarpun dia tidak memegang senjata, namun semua serangan dapat dielakkan atau ditangkis dan dia sudah merobohkan belasan orang Tiraikasih Website pengawal tanpa membunuh mereka. Akhirnya dia merasa kewalahan juga dan melompat jauh lalu melarikan diri, tidak tahu bahwa lain bayangan yang tidak kalah gesitnya membayanginya. Bayangan ke dua ini adalah Lee Cin. Akan tetapi Si Kedok Hitam kembali menghilang di dalam hutan yang gelap. Dengan kecewa sekali Lee Cin terpaksa menghentikan pengejaran. Akan tetapi karena penasaran, ia menanti di luar hutan dan mengambil keputusan untuk menanti sampai besok pagi. Besok, setelah terang tanah, ia akan melanjutkan pencariannya. Mungkin Si Kedok Hitam masih berada di dalam hutan itu. Lee Cin duduk bersila di bawah sebatang pohon di atas tanah bertilamkan daun-daun kering. Biarpun keadaannya seperti dalam tidur dan ia memulihkan kekuatannya beristirahat, akan tetapi jangan mencoba untuk mengganggunya. Sedikit saja sudah cukup untuk membuat ia terbangun dengan seluruh tubuh dalam keadaan siap siaga! Pada keesokan harinya, setelah sinar matahari pagi dapat menerobos masuk ke dalam hutan melalui celah-celah daun pohon, Lee Cin bangkit berdiri lalu dengan hati-hati dan waspada ia memasuki hutan kecil itu. Ia menyusup-nyusup di antara batang-batang pohon dan semak belukar dan ketika tiba di tengah hutan ia berhenti dan memandang ke kanan kiri. Pagi itu di dalam hutan suasananya bising dengan kicau burung-burung yang beterbangan dari pohon ke pohon, sehingga Lee Cin mulai menyangsikan apakah orang yang dicarinya masih terdapat di tempat itu. Mungkin dia sudah melarikan diri ke jurusan lain. DewiKZ 329 Selagi ia hendak meninggalkan tempat itu dengan hati kecewa karena kembali Si Kedok Hitam dapat lolos dari tangannya, tiba-tiba hidungnya mencium bau yang amat sedap. Bau bumbu daging dibakar! Pengharapannya Tiraikasih Website muncul kembali dan berindap-indap ia menuju ke arah tempat dari mana bau itu datang. Akhirnya ia melihat seorang laki-laki tampak dari belakang masih muda, dengan pakaian serba putih sedang memanggang paha kelinci di atas api unggun. Pemuda itu berada di tengah semak belukar dan untuk mendekatinya hanya melalui jalan setapak yang berada di belakang pemuda itu. Dengan hati berdebar tegang Lee Cin melangkah satu-satu menghampirinya dari belakang. Orang itu pasti Si Kedok Hitam, pikirnya. Ia ingin sekali melihat siapa orang itu! Ketika ia sudah tiba dekat, lalu melangkah maju lagi, tiba-tiba tanah berumput yang dipijaknya itu runtuh ke bawah clan tubuhnya terjeblos ke dalam lubang perangkap! Ia sudah terjatuh ke dalam lubang dan tubuhnya sudah diselimuti semacam jala. Ia meronta dan hendak melepaskan diri, akan tetapi jala itu kuat sekali dan ia sudah terlibat sedemikian rupa sehingga ia tidak sempat mencabut pedangnya untuk membabat jala itu. Pemuda yang sedang memanggang daging itu mengeluarkan suara tawa, lalu cepat sekali dia sudah meloncat ke dekat lubang dan dari atas dia menyerang dengan totokan. Biarpun Lee Cin berhasil menangkis dua tiga kali dari dalam jala, namun akhirnya ada totokan yang mengenai tubuhnya sehingga ia terkulai lemas di dalam libatan jala. DewiKZ 330 "Ha-ha-ha, jalaku menangkap seekor ikan emas yang indah sekali!" pemuda itu tertawa sambil mengangkat tubuh Lee Cin yang masih diselimuti jala. Sambil tersenyum-senyum gembira pemuda itu melepaskan jala yang menyelimuti tubuh Lee Cin. Lee Cin yang tidak mampu bergerak itu melihat bahwa yang menjebak dan menangkapnya, pemuda baju putih itu bukan laim adalah Ouw Kwan Lok, pemuda yang dulu pernah dianggapnya sebagai seorang sahabat akan tetapi yang kemudian bahkan Tiraikasih Website hendak menangkap dan memperkosanya, dan bahwa Ouw Kwan Lok ternyata adalah murid Thian-te Mo-ong dan mendiang Pak-thian-ong yang hendak membalas dendam kepadanya! Ia dapat lolos dari tangan Ouw Kwan Lok karena ia tidak mempan ketika diracuni. Akan tetapi sekali ini benar-benar tidak berdaya karena ditotok lemas. Ia masih dapat bicara dan berkata dengan suara gemas, "Ouw Kwan Lok, jahanam keji, kiranya engkaulah Si Kedok Hitam!" Ouw Kwan Lok tersenyum dan mengerutkan alis, meruncingkan mulutnya mengejek. "Aku? Si Kedok Hitam. Aku tidak tahu apa yang kau maksudkan. Engkau datang sendiri menyerahkan diri, itu bagus sekali. Aku akan membunuh engkau setelah puas mempermainkanmu. Sekarang tuanmu hendak makan minum lebih dulu dan engkau boleh melihat saja!" Ia lalu mengikat kaki dan kedua tangan Lee Cin dengan tali jala yang panjang dan sekali melontarkan ujung tali, tali itu telah melibat sebatang cabang pohon. Dia lalu menarik naik dan tubuh Lee Cin tergantung di udara, menelungkup dengan kaki dan tangan terikat. Apalagi kaki tangannya terikat, biarpun tidak diikat juga ia tidak akan mampu bergerak. "Ouw Kwan Lok, pengecut tak tahu malu! Turunkan aku dan mari kita bertanding sampai salah seorang dari kita menggeletak tak bernyawa di tempat ini!" teriak Lee Cin. DewiKZ 331 Akan tetapi Kwan Lok tertawa dan mulai makan, menggerogoti paha kelenci dan minum arak dari guci arak yamg dibawanya. "Enak saja. Engkau akan kuajak bersenang-senang dulu, baru engkau akan kubunuh. Sayang kalau engkau dibunuh begitu saja. Bersiaplah engkau untuk bersenang-senang denganku kemudian mampus. Berdoalah dan minta ampun kepada guruku Pak-thian-ong!" Tiraikasih Website Lee Cin maklum bahwa tidak ada gunanya bicara dengan pemuda yang seperti ini. Ia diam-diam merasa heran mengapa seorang pemuda yang demikian tampan dan gagah, halus tutur sapanya dan lembut gayanya, dapat memiliki watak yang demikian rendah dan jahat. Ia tidak berdaya. Ada sedikit harapan. Kalau pemuda itu hendak mempermainkannya, mudah-mudahan dia akan membebaskannya dari totokan. Tidak ada artinya baginya kaki tangan yang terikat itu. Kalau ia sudah terbebas dari totokan ia akan dapat meronta dan mematahkan ikatan kaki tangannya! Sedikit harapan ini membuat Lee Cin diam saja, tidak lagi memaki, bahkan ia memejamkan kedua matanya, dan diam-diam ia mengatur pernapasannya dan berusaha untuk memulihkan aliran darahnya yang terganggu oleh totokan itu. Kalau harapannya itu tidak terjadi, habislah ia! Kalau sampai ia dapat diperkosa pemuda ini, ia tidak akan mau hidup lebih lama lagi. Setelah ia berhasil membunuh pemuda ini, ia pun akan membunuh diri. Akan tetapi agaknya ia tidak akan dapat melakukan apa-apa. Ia teringat akan ayah ibunya dan tak terasa dua titik air mata membasahi matanya. Ouw Kwan Lok yang senang makan minum itu melihat air mata itu. "Souw Lee Cin, engkau menangis? Ha-ha-ha, aku sebetulnya sayang padamu, sejak pertemuan kita dahulu itu, aku telah jatuh cinta padamu. Kalau engkau mau berjanji menjadi isteriku, aku tidak akan membunuhmu. Aku akan melupakan sakit hati kedua orang guruku. Nah, maukah engkau menjadi isteriku? Berjanjilah dan aku akan membebaskanmu, karena aku percaya janji seorang gagah seperti engkau." DewiKZ 332 Lee Cin diam saja. Ia tidak percaya kalau ia mengatakan mau lalu pemuda itu mau membebaskannya. Pemuda itu terlalu cerdik, terlalu licik, terlalu jahat. Maka ia diam saja. Tiraikasih Website "Bagaimana, adikku yang manis? Engkau lapar, bukan? Dan haus? Aku akan memberimu daging dan juga arak ini, baru kita bersenang-senang. Nah, maukah engkau menjadi isteriku?" "Iblis gila, aku telah terperangkap. Bunuhlah kalau mau bunuh dan jangan banyak cerewet lagi!" Ouw Kwan Lok minum araknya lagi dari guci dan mukanya menjadi merah oleh pengaruh arak. Dalam keadaan setengah mabuk ia tertawa-tawa seperti seorang gila. "Aku habiskan dulu arak ini kemudian kita bersenang-senang!" Dia menempelkan bibir guci pada bibirnya dan menggelegak arak itu. Tiba-tiba ada benda hitam menyambar gucinya. "Pyaaaar......!" guci itu pecah berantakan dan sisa arak yang masih ada di guci menyiram muka Ouw Kwan Lok. Pada saat Kwan Lok gelagapan karena tersiram arak, sesosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu di situ sudah berdiri seorang yang berpakaian serba hitam, mengenakan kedok hitam pula dan dengan sebatang pedang dia memutuskan tali yang menggantung Lee Cin, membantu menotok tubuh Lee Cin sehingga gadis itu terbebas dari totokan. Setelah Lee Cin terbebas dari totokan, ia menggulingkan tubuhnya menjauhi dan sekali ia mengerahkan tenaganya, tali pengikat kaki tangannya sudah terputus! Ia meloncat bangkit sambil melolos pedangnya dari ikat pinggangnya. Akan tetapi ketika la menengok, ia melihat betapa Ouw Kwan Lok sudah bertanding melawan Si Kedok Hitam! Kwan Lok menggunakan sepasang pedangnya sedangkan Si Kedok Hitam menggunakan sebatang pedang. DewiKZ 333 Pertandingan itu seru sekali, tiga batang pedang lenyap bentuknya dan menjadi tiga gulung sinar yang menyilaukan Tiraikasih Website mata. Lee Cin merasa tidak enak dan bingung. Si Kedok Hitam telah menyelamatkannya dari aib dan malapetaka dan kini Si Kedok Hitam bertanding melawan Kwan Lok. Ia merasa tidak enak sekali. Ia mencari-cari Si Kedok Hitam untuk membalas kekalahan ayahnya dan kini Si Kedok Hitam muncul sebagai penyelamatnya! Bahkan Si Kedok Hitam membelanya dan kini bertanding mati-matian melawan Kwan Lok. Pertandingan itu memang hebat sekali. Mereka saling desak dan ternyata Si Kedok Hitam itu mampu mengimbangi permainan sepasang pedang dari Ouw Kwan Lok dengan seimbang. Merasa tidak enak kalau berdiam saja membiarkan Si Kedok Hitam mewakilinya, juga merasa malu untuk maju mengeroyok Kwan Lok, Lee Cin lalu berkata dengan suara nyaring, "Kedok Hitam, mundurlah dan akulah yang akan membunuh jahanam keparat ini!" Lee Cin meloncat ke depan dan menyerang Kwan Lok dengan kecepatan seperti kilat menyambar. Kwan Lok terkejut bukan main karena serangan itu benar-benar merupakan serangan maut. Dia melempar tubuh ke belakang, berjungkir balik dan segera melarikan diri secepatnya. Baru melawan Si Kedok Hitam saja dia tidak mampu menang, apalagi kalau Lee Cin datang mengeroyoknya. Amat berbahaya kalau dia harus menghadapi dua lawan tangguh itu, maka dia mengambil jalan yang paling menguntungkan, yaitu melarikan diri. DewiKZ 334 Lee Cin mengejar, mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari cepat sambil berseru, "Jahanam Ouw Kwan Lok, hendak lari ke mana engkau?" Akan tetapi Kwan Lok sudah melompat jauh dan berlari menyusup di antara semak belukar. Lee Cin yang masih asing dengan hutan itu mengejar dengan hati-hati karena khawatir kalau-kalau ia akan terperangkap seperti tadi. Karena berhati-hati, maka larinya tersendat-sendat dan akhirnya ia kehilangan Tiraikasih Website bayangan dan jejak Ouw Kwan Lok. Ia merasa menyesal sekali, dan sambil membanting-banting kakinya ia lalu kembali ke tempat tadi. Akan tetapi alangkah kecewanya karena Si Kedok Hitam sudah tidak berada di situ lagi. Ia merasa menyesal mengapa tadi mengejar Kwan Lok dan meninggalkan Si Kedok Hitam. Kalau orang itu masih ada, tentu ia dapat mengajaknya bercakap-cakap. Setelah Si Kedok Hitam menyelamatkannya dari bencana hebat diperkosa Kwan Lok, ia tidak mungkin lagi dapat memusuhinya. Si Kedok Hitam melukai ayahnya dalam sebuah pertandingan yang adil, bahkan hanya melukai tidak membunuh, dan kini Si Kedok Hitam telah menolongnya, telah menyelamatkan nyawanya, maka pertolongan itu sudah dapat menebus kesalahannya melukai ayahnya. Tak mungkin lagi ia membalas dendam itu. Si Kedok Hitam hanya berhutang melukai ayahnya, akan tetapi telah membayar dengan menyelamatkan nyawanya. Ia merasa penasaran sekali. "Siapakah engkau?" pertanyaan ini kini menindih hatinya. Kalau ia tahu siapa Si Kedok Hitam, tentu ia akan dapat menemukannya dan mengucapkan terima kasihnya. Akan tetapi Si Kedok Hitam sudah pergi dan agaknya akan sukar sekali baginya untuk dapat menemukannya. Besar kemungkinannya keluarga Cia mengetahui siapa Si Kedok Hitam itu, bahkan dugaannya masih condong kepada Cia Tin Siong. Mengingat ini, ia lalu berlari kembali ke arah kota Hui-cu untuk menemui keluarga Cia! Ketika tiba di pekarangan rumah keluarga Cia, Lee Cin disambut lagi oleh pelayan yang membersihkan halaman. "Ah, Nona Souw, engkau kembali ke sini?" kata pelayan itu dengan wajah gembira. DewiKZ 335 "Cepat laporkan kepada Cia-kongcu yang pertama atau yang ke dua bahwa aku datang untuk membicarakan urusan Tiraikasih Website penting," kata Lee Cin yang ingin bertemu dengan Tin Siong. "Baik, Nona. Silakan duduk menunggu sebentar karena saya melihat mereka semua sedang mengadakan pertemuan menyambut tamu." Lee Cin bertanya-tanya dalam hatinya siapa gerangan tamu yang disambut oleh mereka sekeluarga itu, akan tetapi merasa tidak enak untuk bertanya-tanya, maka ia mengangguk lalu duduk di atas kursi dalam ruangan depan untuk menanti. Pelayan itu lalu berjalan masuk ke dalam gedung. Yang keluar menyambutnya adalah Cia Tin Han! Agaknya begitu pelayan melaporkan bahwa di luar ada Lee Cin, Tin Han sudah mendahului semua orang dan cepat keluar. Wajahnya berseri, mulutnya tersenyum dengan senyumannya yang khas sehingga mau tidak mau Lee Cin terbawa dalam kegembiraan. Akan tetapi, untuk urusan saat itu, Tin Han merupakan orang terakhir yang diharapkannya muncul. Ia akan minta disampaikan maafnya kepada Si Kedok Hitam, maka kalau dapat, ia mengharapkan Tin Siong sendiri yang muncul. Kalau tidak pemuda itu, ia dapat menitip pesan itu kepada Nenek Cia atau Cia Kun, atau setidaknya kedua orang paman pemuda itu. Akan tetapi bukan Tin Han! "Cin-moi......!" Ah, usiamu akan panjang sekali karena selagi aku sedang terkenang kepadamu, mendadak engkau muncul! Akan tetapi tidak ada kegembiraan yang lebih dari pada ini, Cin moi!" DewiKZ 336 "Han-ko, aku mempunyai suatu urusan yang penting sekali untuk kubicarakan dengan ayahmu atau Nenek Cia," kata Lee Cin yang tidak mau menyebut nama Tin Siong Tiraikasih Website karena hal itu tentu akan menjadi bahan bagi Tin Han untuk menggodanya! "Ah, itu mudah sekali. Mereka sedang berkumpul di dalam, Cin-moi. Mari masuk saja, engkau dapat langsung menemui mereka, bahkan engkau akan kuperkenalkan kepada seorang badut yang lucu sekali di dalam. Marilah!" tanpa ragu-ragu lagi Tin Han yang sedang bergembira itu memegang tangan Lee Cin dan menariknya masuk dalam rumah besar itu. Kembali Lee Cin merasa heran kepada dirinya sendiri. Diperlakukan demikiam akrab oleh Tin Han, ia tidak menjadi marah dan membiarkan tangannya dipegang dan ditarik ke dalam! Kalau pemuda lain yang berani melakukan hal itu, tentu sudah ia damprat habis-habisan. Ternyata pemuda itu membawanya ke dalam ruangan makan yang luas. Dan benar saja, mereka semua berada di situ. Cia Tin Siong, ayah ibunya, kedua orang pamannya, bahkan Nenek Cia, semua duduk menghadapi meja yang penuh hidangan dan seorang laki-laki pendek tegap duduk berhadapan dengan mereka. Begitu melihat pria cebol yang usianya kurang lebih empat puluh tahun ini Lee Cin segera mengenalnya. Itulah Yasuki, orang Jepang yang ia lihat bercakap-cakap dengan kedua orang paman Tin Han pada malam hari itu! Dan Tin Han mengatakan bahwa ia hendak diperkenalkan kepada seorang badut yang lucu sekali. Karena di situ tidak ada orang asing lain kecuali Jepang itu, maka tentu orang itulah yang dimaksudkan sebagai seorang badut besar oleh Tin Han. Semua orang, kecuali Jepang itu, bangkit berdiri ketika Lee Cin masuk bersama Tin Han. DewiKZ 337 "Nona Souw......!" Semua orang berseru girang. Tiraikasih Website Agaknya Yasuki tidak mau ketinggalan. Dia memang berulah seperti seorang yang pandai, seperti seorang jagoan nomor satu. Dia mengamati dengan penuh perhatian kepada gadis yang baru masuk dan segera terdengar seruannya, "Po-kiam Pedang Pusaka yang baik sekali! Nona manis, lebih baik pedang itu dijual saja kepadaku. Tidak baik bagi seorang gadis cantik untuk membawa pedang, bisa melukai diri sendiri! Berapakah engkau mau menjualnya?" Semua orang menengok kepada Yasuki dan orang Jepang ini sudah bangkit berdiri dan menuding ke arah pinggang Lee Cin di mana Ang-coa-kiam membelit pinggangnya. Tentu saja ucapan itu lancang sekali, akan tetapi Yasuki agaknya bangga dengan kepandaiannya bicara dalam bahasa Han yang kaku dan lucu kedengarannya. Tentu saja Lee Cin menjadi marah mendengar ucapan itu. Ucapan yang sungguh memandang rendah kepadanya. Maka dengan alis berkerut ia memandang kepada orang Jepang itu dan menjawab dengan suara ketus, "Aku tidak menjual pedangku!" Akan tetapi Yasuki agaknya tidak tahu bahwa gadis itu marah sekali. Dia masih juga membujuknya. "Ah, jual saja kepadaku, Nona. Aku berani membayar dengan harga tinggi. Seorang gadis secantik Nona sebaiknya mempunyai benda lain untuk menjadi permainan. Bukan karena aku suka sekali kepada Po-kiam itu. Dibandingkan dengan samuraiku, tentu saja pedang itu tidak ada artinya, baik ketajamannya maupun kekuatannya. Aku hanya ingin membeli karena pedangmu itu cantik sekali, Nona." DewiKZ 338 Sebelum Lee Cin menjawab, Tin Han sudah mendahuluinya, "Yasuki - san Tuan Yasuki, kau bilang Tiraikasih Website pedang pusaka nona ini tidak ada artinya dibandingkan pedang samuraimu itu? Hayo, kita bertaruh! Kalau engkau dapat mengalahkan Nona Souw dengan pedangnya, menggunakan pedang samuraimu itu, aku berani bertaruh seratus tail emas! Akan tetapi kalau engkau yang kalah, engkau harus minta maaf kepada Nona Souw atas kelancanganmu bicara. Bagaimana?" "Tin Han......!" Nenek Cia menegur cucunya. "Aih, Nek. Ini hanya main-main saja. Tentu mereka tidak bertanding sungguh-sungguh, hanya untuk membuktikan keampuhan pedang dan kepandaian bermain pedang masing-masing. Biar Tuan Yasuki yang ahli pedang samurai itu tidak memandang rendah kepada gadis-gadis pendekar kita." Kemudian dia memandang kepada Yasuki. "Bagaimana, Tuan Yasuki, beranikah engkau bertanding pedang dengan Nona Souw?" Tentu saja Yasuki tidak merasa takut. Dia tidak tertarik oleh hadiah seratus tail emas, akan tetapi dia merasa malu kalau dikatakan tidak berani melawan seorang gadis! Dia lalu bangkit dan sambil menepuk-nepuk pedang samurainya dia menjawab, "Tentu saja aku berani! Akan tetapi aku sangsi apakah nona ini berani melawan aku?" "Siapa takut melawanmu? Biar ada sepuluh orang seperti engkau maju bersama, aku tidak akan takut!" jawab Lee Cin yang sudah marah. Tin Han bertepuk tangan gembira. "Bagus, kedua pihak telah setuju! Ruangan ini pun cukup luas untuk kalian bertanding pedang dan bersiaplah engkau untuk minta maaf kepada Nona Souw, Yasuki-san." DewiKZ 339 "Engkau yang harus bersiap menyediakan seratus tail emas!" jawab Yasuki sambil tertawa memperlihatkan deretan gigi yang rusak. Dia bangkit berdiri, meninggalkan Tiraikasih Website kursinya sambil mengangkat dada, lalu melangkah ke tengah ruangan yang luas itu. Lee Cin juga melangkah menghadapinya, dengan sepasang mata bersinar tajam. Nenek Cia mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke atas lantai. "Terlalu engkau Tin Han! Eh, Tuan Yasuki dan Lee Cin, ingat bahwa ini hanya merupakan adu kepandaian saja, bukan perkelahian, maka jangan saling melukai!" "Ha-ha-ha, Nyonya Tua Cia, jangan khawatir! Aku tidak akan melukai nona manis ini, hanya akan mengalahkannya dalam waktu singkat!" kata Yasuki menyombong. Tin Han memandang sambil tersenyum gembira. "Nona manis, engkau boleh mulai menggerakkan pedang mainanmu itu!" kata Yasuki. "Lihat serangan!" Lee Cin sudah menyerang dengan amat cepatnya. Yang nampak hanya sinar merah mencuat dari tangannya, menusuk ke arah dada Yasuki. Orang Jepang ini terkejut sekali. Tak disangkanya nona itu dapat menyerang sedemikian cepatnya. Akan tetapi dia sudah dapat mengelak dengan loncatan ke belakang, kemudian dengan kedua tangannya dia mengayun pedang samurainya yang panjang agak melengkung itu. DewiKZ 340 "Singggg......!" Pedangnya berdesing saking kuatnya dia rengayun. Akan tetapi dengan mudah saja Lee Cin mengelak dari sambaran pedang itu. Gadis ini selanjutnya hanya mengelak saja. Ia hendak mempelajari dulu ilmu pedang yang aneh dari lawannya. Yasuki menggerakkan samurainya dengan kedua tangan, mengandalkan tenaga dan kecepatan. Namun, dengan gerakan seperti itu, perubahan menjadi lambat karena dia harus mengikuti ayunan pedangnya kalau tidak mengenai sasaran. Setelah mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan bermain pedang, Lee Cin mulai membalas. Setiap kali serangan Tiraikasih Website Yasuki tidak mengenai dirinya, ia langsung membalas selagi orang Jepang itu masih melanjutkan ayunan pedangnya yang kuat. Dengan cara ini, setelah berlangsung dua puluh lima jurus, ia mampu mendesak lawannya yang menjadi sibuk sekali setelah gadis itu membalas dengan serangan bertubi-tubi. Yasuki terpaksa memutar samurainya untuk melindungi tubuhnya dari hujan serangan. Pada suatu saat, ketika melihat kesempatan, Lee Cin berseru nyaring dan membentak, "Lepaskan pedang!" dan seperti orang yang mentaati perintah ini, Yasuki benar-benar melepaskan samurainya yang jatuh berkerontangan di atas lantai. Ternyata kedua punggung tangannya tergores pedang sehingga mengeluarkan sedikit darah dan terasa perih. Yasuki berdiri terbelalak dan ternganga, ketika Lee Cin sudah melompat mundur dan menyimpan kembali pedangnya. Sama sekali Yasuki tidak mengerti bagaimana kedua punggung tangannya terluka sehingga dia terpaksa melepaskan pedangnya. "Heii, Yasuki-san! Engkau sudah melepaskan samuraimu, berarti engkau sudah kalah dan yang harus kau lakukan sekarang adalah membayar kekalahanmu dan minta maaf kepada Nona Souw!" teriak Tin Han dengan gembira sekali. Semua anggauta keluarga Cia yang lain hanya memandang dengan alis berkerut, akan tetapi tidak mengeluarkan kata-kata. Yasuki menjadi merah sekali mukanya. Dia mengambil samurainya yang tergeletak di lantai, memasang kembali ke punggungnya, dan dia lalu menjura sangat dalam terhadap Lee Cin sambil berkata dengan suara yang lirih, "Saya Yasuki minta maaf sebesar-besarnya kepada Nona Souw!" Dia membungkuk sampai dalam. DewiKZ 341 "Sudahlah, lupakan semua itu!" kata Lee Cin yang tidak ingin bermusuhan dengan siapapun juga di rumah itu. Tiraikasih Website Kedatangannya untuk minta maaf, malah dia yang dimintai maaf! "Saya berpamit dari keluarga Cia, biar lain kali saja kita bertemu dan bicara!" Setelah berkata demikian, kembali dia membungkuk lalu pergi dari situ dengan cepat. Setelah orang Jepang itu pergi, Tin Han tertawa gembira, "Hemm, baru tahu rasa dia, meremehkan Cin-moi!" "Tin Han, engkau tukang mencari urusan Si Berandal yang hanya membikin ribut!" Nenek Cia berseru. "Hayo minggir kau, dan biarkan kami bicara dengan Nona Souw!" Tin Han tersenyum dan melangkah mundur, mengambilkan sebuah kursi untuk Lee Cin, lalu mundur kembali dan duduk di atas kursinya yang tadi. "Silakan duduk, Nona Souw!" "Terima kasih, kedatanganku ini hanya untuk bicara sedikit kepada keluarga Cia, terutama kepada Saudara Cia Tin Siong." "Mau bicara apakah. Silakan, kami semua adalah anggauta keluarga Cia, tidak ada orang lain." "Saya ingin minta maaf kepada semua keluarga Cia, terutama kepada saudara Cia Tin Siong, bahwa saya pernah menuduh dia sebagai Si Kedok Hitam yang tadinya saya cari. Saya hanya ingin agar keluarga Cia dapat menyampaikan kepada Si Kedok Hitam, siapa pun dia, bahwa mulai saat ini saya tidak lagi mencari dan memusuhinya, dan saya telah memaafkan perbuatannya melukai ayah saya. Nah, saya telah cukup bicara. Permisi, saya harus segera melanjutkan perjalanan saya." DewiKZ 342 "Eh-eh, nanti dulu, Cin-moi. Setelah permusuhan dengan Si Kedok Hitam tidak ada lagi berarti kecurigaanmu Tiraikasih Website terhadap keluarga kami juga sudah tidak ada, mari silakan duduk dan kita rayakan ini dengan makan bersama. Nenek, Ayah Ibu dan para paman sudah tentu setuju." Semua anggauta keluarga itu mengangguk setuju. Mereka tidak dapat berbuat lain! Akan tetapi Lee Cin tetap tidak mau duduk dan ia memandang kepada Cia Tin Siong dengan perasaan bersalah. "Maafkan, biarlah undangan ini kuterima untuk lain kali saja. Aku harus pergi, selamat tinggal!" Lee Cin cepat pergi dari ruangan makan itu, terus keluar rumah dan hendak meninggalkan kota Hui-cu. Akan tetapi, baru saja ia tiba di pintu gerbang kota itu, terdengar seruan orang dari belakangnya, "Cin-moi..... tunggu......!!" Siapa lagi kalau bukan Tin Han yang mengejarnya. Dengan napas terengah-engah Tin Han lari menghampirinya. "Cin-moi, sebelum engkau benar-benar pergi jauh, aku ingin bicara sedikit denganmu. Mari kuantar engkau keluar kota sambil bicara." Sikap pemuda itu demikian sungguh-sungguh sehingga tidak ada alasan lagi bagi Lee Cin untuk menampik. Mereka berjalan keluar dari pintu gerbang, dan setelah tiba di tempat yang sunyi, Lee Cin bertanya, "Apa yang hendak kau bicarakan, Han-ko?" "Aku hanya ingin menyatakan kepuasan hatiku karena engkau telah menghajar kepada Jepang sombong itu! Benar-benar hatiku girang sekali karena aku amat tidak suka kepadanya." DewiKZ 343 Lee Cin berhenti melangkah dan memandang wajah pemuda itu dengan penuh perhatian dan keheranan. "Mengapa begitu? Bukankah keluargamu, amat menghormati dia bahkan menerimanya sebagai tamu Tiraikasih Website terhormat dan menjamu makanan? Kenapa engkau tidak suka kepadanya?" "Bukan hanya tidak suka, bahkan aku benci kepadanya." "Hemm, benarkah itu, Han-ko? Terus terang saja, tanpa kusengaja aku sudah mendengar bahwa keluarga Cia bersekutu dengan Yasuki, juga dengan seorang perwira bernama Phoa-ciangkun. Bukankah begitu?" Kini Tin Han. yang terbelalak mengamati wajah gadis itu. "Bagaimana engkau dapat mengetahuinya, Cin-moi?" "Tanpa kusengaja, aku mendengar percakapan antara kedua orang pamanmu di taman dan Yasuki serta Phoa-ciangkun, bahkan mereka merencanakan untuk menyingkirkan atau membunuh Ji-taijin dan Un-ciangkun. Benarkah itu?" Pemuda itu masih memandang kepada Lee Cin dengan mata terbelalak, kemudian menghela napas panjang dan berkata, "Kuakui bahwa keluargaku memang bersahabat dengan Yasuki dan Phoa-ciangkun, akan tetapi tentang rencana itu, baru sekarang aku mendengar darimu. Itulah yang membuat aku merasa tidak senang kepada Yasuki dan Phoa-ciangkun." "Kenapa tidak senang? Bukankah keluarga Cia sudah bersekutu dengan mereka, berarti engkau pun sudah bersahabat baik dengan mereka?" DewiKZ 344 "Justeru karena persekutuan itu maka aku membenci mereka! Aku setuju dengan semangat perjuangan nenekku, akan tetapi aku benci kalau mereka mengadakan persekutuan dengan para bajak kaut Jepang itu dan dengan panglima kerajaan yang hendak memberontak. Aku menghendaki perjuangan yang murni, hanya mengerahkan tenaga rakyat jelata yang terjajah, bukan bersekutu dengan Tiraikasih Website segala perkumpulan orang jahat dan dengan pengkhianat. Karena itulah, maka aku sengaja mengadu antara Yasuki dan engkau karena aku yakin bahwa engkau tentu akan dapat mengalahkan dia." "Hemm, permintaanmu berbahaya sekali, Han-ko. Bagaimana seandainya aku yang kalah?" "Aku tidak akan mengadu engkau dengan dia kalau aku tidak yakin bahwa engkau pasti menang." "Bagaimana engkau dapat memastikan hal itu? Engkau tidak mengenal tingkat ilmu silat." Pemuda itu tersenyum lebar. "Apa kau kira aku sebodoh itu, Cin-moi? Aku yakin engkau dapat menang karena sebelumnya aku bertanya kepada Nenek tentang tingkat kepandaian Yasuki di bandingkan dengan tingkatmu dan tingkat Kakak Tin Siong. Kata Nenek, melawan Siong-ko saja belum tentu Yasuki akan dapat menang, apalagi melawan engkau." "Ada satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu, Han-ko, dan kuharap engkau suka berterus terang kepadaku!" "Tanyalah dan akan kujawab sedapat mungkin." "Dapatkah engkau memberitahu, siapa sebetulnya Si Kedok Hitam itu? Aku yakin bahwa dia adalah seorang di antara anggauta keluarga Cia." "Eh? Bukankah engkau katakan bahwa engkau sudah tidak hendak menyelidiki atau mencari dia lagi, bahkan engkau sudah memaafkannya ketika dia melukai ayahmu dan sudah tidak ada permusuhan lagi?" DewiKZ 345 "Benar, kata-kataku itu masih berlaku. Akan tetapi aku sungguh ingin tahu sekali siapa sebenarnya dia yang begitu lihai. Dia pasti anggauta keluarga Cia, bukan?" Tiraikasih Website "Kenapa engkau dapat menduga begitu, Cin-moi?" "Keluarga Cia merencanakan untuk menyingkirkan Ji-taijin dan Un-ciangkun, dan dua kali aku melihat Si Bayangan Hitam hendak memasuki gedung tempat Ji-taijin pada malam hari. Bukankah hal itu sudah cocok sekali? Tentu dia akan melaksanakan rencana itu!" Tin Han mengerutkan alisnya dan menggosok-gosok dahinya. "Cin-moi, di antara keluarga Cia, orang yang paling tinggi kepandaiannya adalah Nenek Cia dan Kakak Tin Siong. Engkau sudah pernah bertanding dengan keduanya dan engkau pernah pula bertanding dengan Si Kedok Hitam. Nah, siapa di antara kakak dan nenekku itu yang kepandaiannya setingkat dan mirip dengan kepandaian Si Kedok Hitam?" "Tidak satu pun di antara keduanya. Aku percaya bahwa Si Kedok Hitam bukan nenekmu dan bukan pula kakakmu. Akan tetapi lalu siapakah?" "Ha-ha-ha, jangan-jangan engkau menyangka aku orangnya! Tidak lucu kalau begitu, Cin-moi, kalau engkau sudah menghilangkan permusuhanmu dengan Si Kedok Hitam, kenapa engkau masih saja bertanya-tanya siapa dia? Jelas dia tidak ingin kau kenal, kenapa engkau masih penasaran?" DewiKZ 346 Wajah Lee Cin berubah merah. "Aku hanya ingin tahu, Han-ko. Aku ingin sekali mengenal orang yang telah menolongku. Akan tetapi sudahlah kalau engkau tidak tahu. Benar pula katamu. Dia tidak ingin kukenal, mengapa aku mendesaknya?" Gadis itu menghela napas panjang, lalu berkata kepada Tin Han, suaranya menjadi riang kembali, "Nah, sekarang selamat tinggal, Han-ko. Terima kasih atas segala kebaikanmu padaku." Tiraikasih Website "Selamat jalan, Cin-moi. Baik-baiklah engkau menjaga dirimu dan kalau engkau kebetulan lewat di daerah ini, jangan lupa untuk singgah di rumah kami." "Tentu saja, Han-ko. Selamat berpisah." Gadis itu lalu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan pemuda itu cepat-cepat. Agaknya kalau ia dekat dengan pemuda itu, tidak akan habis-habisnya percakapan di antara mereka. Pemuda itu amat ramah dan merupakan seorang kawan bercakap yang menyenangkan sekali. Ia harus mengakui kepada dirinya sendiri bahwa ia lebih tertarik kepada Tin Han daripada kepada Tin Siong. Berdekatan dengan Tin Han mendatangkan rasa gembira dan tenteram, sebaliknya kalau is teringat akan ancaman Tin Siong kepada Tin Han agar tidak mendekatinya, membuat ia merasa tidak suka kepada Tin Siong yang tampan, lembut dan lihai itu. Akan tetapi ia pun sadar bahwa ia tidak akan dapat serasi dengan Tin Han. Ia seorang pesilat yang kasar, sedangkan Tin Han seorang terpelajar yang demikian lembut, sopan dan gembira walaupun kadang nampak ugal-ugalan. Bahkan kalau Tin Han bersikap akrab dan agak mesra, ia tidak akan tersinggung karena pemuda itu melakukannya dengan sewajarnya, tidak dibuat-buat untuk menarik hatinya, juga ia melihat keberanian yang luar biasa pada diri Tin Han yang tak pandai silat itu. oood0wooo Souw Hwe Li memandang kepada pemuda itu dengan mata bersinar-sinar menunjukkan kemarahannya. Akan tetapi, Siangkoan Tek, pemuda itu, hanya tersenyum saja. DewiKZ 347 "Sekali lagi kumohon dengan sangat, marilah kita pergi ke Poa-ting dan kuperkenalkan engkau kepada orang tuaku, Tek-ko," kata Hwe Li dengan suara memohon. Tiraikasih Website "Dan sekali lagi kukatakan kepadamu bahwa sekarang belum tiba saatnya bagiku untuk berkenalan dengan ayahmu. Bersabarlah dulu, Li-moi. Kelak kalau saatnya sudah tiba tentu aku akan datang menghadap ayah ibumu." "Sampai kapan lagi, Tek-ko?" tanya Hwe Li penasaran. "Selama hampir setahun aku ikut denganmu, menuruti segala keinginanmu. Sudah semestinya kalau sekarang engkau ikut aku menghadap orang tuaku dan mengajukan pinangan secara resmi." Tagcersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Share

cerita kumala dewi serial dewi ular